Bekas Gereja Hagia Sophia Jadi Masjid, Ini Reaksi Dunia

Bagian dalam Hagia Sophia (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id,- Keputusan Pengadilan Turki yang mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid pada 10 Juli 2020 mendapat reaksi dunia, karena berdasarkan UNESO bagunan ini telah menjdi milik atau warisan dunia, meski saat ini berada di bawah pemerintahan muslim Presiden Erdogan. Erdogan menegaskan, bahwa bangunan ini tetap menjadi warusan dunia, umat Islam dan non Islam bisa masuk ke dalamnya.

Berikut ini adalah reaksi dunia atas perubahan fungsi bangunan bersejarah itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

  1. UNESCO sempat meminta agar Turki membuka dialog sebelum mengubah fungsi Hagia Sophia

Sebelum Erdogan resmi mengumumkan status Hagia Sophia diubah menjadi masjid, badan PBB terkait perlindungan budya, UNESCO, sempat mengajukan permintaan agar dilakukan dialog lebih dulu. Apalagi Hagia Sophia merupakan salah satu warisan budaya yang diakui oleh UNESCO. Laman Financial Times, Sabtu (11/7/2020) turut menyebut maka hal itu berarti ada persyaratan yang mengikat secara hukum untuk tidak mengubah apapun yang berdampak kepada pemahaman nilai-nilai universal keagamaan.

Namun, usulan dari UNESCO dan beberapa negara lainnya yang meminta agar fungsi Hagia Sophia tetap dipertahankan sebagai museum telah membuat Presiden Erdogan marah. Ia menilai pihak asing ikut campur mengenai masalah di dalam negeri. Namun, ia tetap menghargai pandangan dari beberapa negara lain.

“Pertanyaan mengenai bagaimana Hagia Sophia akan digunakan, biar bagaimana pun itu adalah permasalahan kedaulatan negara kami,” tutur Erdogan.

  1. Gereja ortodoks Rusia kecewa masukannya tidak didengar oleh Turki

Keputusan Turki mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid juga disambut dingin oleh gereja ortodoks di Rusia. Juru bicara gereja, Vladimir Legoyd mengaku kecewa karena masukan mereka tidak didengar oleh Turki.

“Kami harus akui kekhawatiran kami karena jutaan aspirasi umat Kristiani tidak didengar,” kata Legoyd dan dikutip dari Financial Times.

Ia juga menambahkan mulai hari ini Ankara akan dipandang oleh dunia sebagai negara yang melanggar keseimbangan dalam toleransi beragama dan kehilangan otoritasnya sebagai pemain penting di kawasan.

Sedangkan, Ketua Komite Bidang Luar Negeri di Senat Rusia, Konstantin Kosachev mengatakan perubahan status Hagia Sophia akan diterima dengan reaksi yang negatif di mata umat Kristiani.

  1. Hagia Sophia dianggap sebagai jembatan untuk membangun rasa pengertian dua pemeluk agama

Hagia Sophia dibangun sekitar 1.500 tahun lalu sebagai gereja katedrak ortodoks. Lalu, di bawah Kesultanan Utsmaniyah, fungsinya diubah menjadi masjid di tahun 1453. Fungsinya kembali diubah oleh pendiri Turki, Mutafa Kemal Attaturk sebagai museum di tahun 1934. Ia sengaja menjadikan bangunan itu sekuler dan menjadi langkah kompromi di antara umat Muslim dan Kristiani. Sebab, di masa lalu kedua pemeluk agama tersebut pernah menggunakannya.

Kini keputusan Erdogan dinilai seolah-olah membawa mundur Turki enam abad ke belakang. Bagi masyarakat internasional, kendati Hagia Sophia berlokasi di Istanbul, tetapi bangunan itu sudah menjadi warga dunia dan kemanusiaan.

Seharusnya, fungsi bangunan itu tidak diubah. Mereka mengatakan Hagia Sophia adalah jembatan di antara dua keyakinan agama dan simbol bahwa keduanya bisa hidup saling berdampingan.

Kepala Gereja Ortodoks Timur di Yunani telah mengecam langkah Turki dengan mengubah status Hagia Sophia. Menteri Kebudayaan Yunani, Lina Mendoni menilai langkah itu adalah sebuah provokasi terbuka bagi dunia yang beradab.

“Nasionalisme yang ditunjukkan Presiden Erdogan telah membawa Turki enam abad ke belakang,” tutur Mendoni dan dikutip dari stasiun berita BBC.

Ia juga menambahkan bila bercermin dari keputusan pengadilan Turki malah membuktikan tidak ada keadilan yang berimbang di negara tersebut.

Sejarah mencatat bahwa Hagia Sophia adalah Gereja Katedral di zaman Kekaisaran Kristen Bizantium.  Lalu ketika penaklukan Konstantionel oleh kaum muslimin tahun 1453, bangunan itu menjadi Masjid dan tapi tahun 1934 oleh Presiden sekuler Kemal Attatruk jadi museum.

Jika reaksi non musklim menyayangkan, sebaliknya umat islam bergembira dan bersyukur warisan budaya yang pernah jadi kejayaan Islam zaman Ottoman itu berkumandang kalimah Allah untuk kedamian dunia.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sebelumnya meminta negara lain tidak ikut campur dalam urusan ini karena Hagia Sophia adalah urusan dalam negeri Turki. (fur/dbs/tirto).

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *