Hafidz  Cilik Ini Dijuluki Google-nya Alquran, Yatim dan Mantan Pengemis

Ahmad dan Kamil (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id,- Muhammad Ghazali Akbar (Ahmad) dan Kamil Ramadhan adalah dua Hafidz Cilik asal Indonesia. Keduanya merupakan anak yatim sekaligus santri di Pesantren de Muttaqin Islamic Boarding School Yogyakarta.

Ahmad yang berusia 9 tahun, berasal dari Tegal Jawa Tengah. Dia berhasil menghafal Al-Quran 30 Juz hanya dalam waktu 8,5 bulan. Keunggulan Ahmad, selain hafalannya yang kuat, Ahmad selalu terlihat tenang dan suaranya pun sangat indah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tidak kalah dengan Ahmad, ada Kamil yang berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Quran 30 juz hanya dalam waktu 6,5 bulan. Tidak cukup dengan itu, dia berhasil mengkhatamkan dengan ingatan yang cukup baik. Keduanya hafal di luar kepala sampai titik koma, halaman dan ayat, dari atas ataupun dari bawah. Luar biasa.

Bocah berusia 8 tahun itu bahkan disebut sebagai berlian dari pelosok Magelang. Ada juga yang menjuluki google-nya Alqur’an. Seperti mesin pencarian saja.

Diketahui, Kamil telah menjadi yatim sejak umur 1 tahun. Konon, dia pernah menjadi pengemis untuk membantu biaya sekolah kakaknya.

Namun, di balik kesuksesan mereka, ternyata ada sosok guru yang sangat penyayang. Sosok guru teladan, yang akan membuat kita terenyuh dengan keikhlasan dan kelembutan yang dimilikinya.

Siapakah dia? Simak kisah dari Veggy Monarika yang menceritakan sosok guru sejati di balik dua bocah emas Ahmad dan Kamil.

Suatu ketika, saya melihat dari jauh Kamil sedang duduk bersila di hadapan seorang guru. Tapi entah mengapa, sang guru dengan gerakan tangannya menyuruh Kamil agak menjauh dari hadapannya.

Kamil pun menjauh, namun tetap saja sang guru masih menyuruh Kamil mundur dari hadapannya, kali ini tak hanya tangannya membuat isyarat mengusir, namun tangannya juga menutup hidungnya.

Dan kali kedua Kamil menjauh, sang guru masih tetap saja meminta Kamil mundur, bahkan kali ini tak hanya memintanya menjauh, namun agak keras menyuruh Kamil untuk pergi dari hadapannya.

Saya pun yang melihat dari kejauhan merasa iba pada Kamil kecil, ketika kelas usai, saya mendekati sang guru dan bertanya “kenapa ustadz dengan Kamil?”

“Mulutnya bau!!!”, kata sang Ustadz.

“Apa tidak bisa ustadz dinasehati biasa, atau disuruh sikat gigi?”, ujar saya.

“Sampai bosan saya menyuruhnya sikat gigi Pak!”

“Ustadz, bolehkah Kamil saya bawa saja? biar sama saya”

Akhirnya Kamil saya bawa. Benar memang mulutnya kurang sedap baunya, ketika saya lihat mulutnya, giginya tampak kotor. Maka saya pun mengambil sikat gigi, dan saya sikat gigi Kamil.

Bukan hanya giginya, lidahnya pun saya sikat. Tak hanya mulut dan lidahnya, kaki Kamil yang korengan bahkan bernanah pun saya rawat. Tiap hari saya ajari dan temani Kamil merawat dirinya. Dan bersama saya ia menghafal Quran.

Tahukah Anda siapa kamil?

Kamil berusia 10 tahun, ia seorang anak yatim asal Magelang. Memukau dan seperti menyihir dunia karena kemampuannya menghafal nomor ayat, nomor halaman dari Alquran yang ia hafal selama 6.5 bulan.

Kamil, anak yang terusir karena mulutnya bau itu rupanya Allah pilih untuk mengharumkan nama bangsa.

Dan tahukah anda siapa sosok yang mengasuh Kamil? menyikat giginya, lidahnya, dan merawat luka di kaki Kamil dengan penuh kasih sayang?

Itulah Ustadz Ike Muttaqin, sang guru, sekaligus ayah asuh, sekaligus pembina pesantren tempat Kamil, Ahmad dan 18 anak yatim lainnya menghafal Alquran.

Tanggal 23 November 2018, saya berkesempatan mengunjungi Ustadz Ike, Ahmad dan Kamil di pesantrennya. Dan mengalirlah kisah indah ini.

Bahwa, kasih sayang seorang gurulah yang atas izin Allah bisa mengantarkan Kamil menjadi sekarang.

Seorang guru bukan hanya pengajar, tapi ia datang dengan segenap ruhnya untuk mendampingi dan menumbuhkan bibit yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang.

Muhammad Ghazali Akbar (Ahmad) dan Kamal Ramadhan (Kamal) berfoto bersama setelah tampil di Crocus City Hall, Moskow © Panca Syurkani, Russia Beyond

“Ahmad, kemana si Ahmad? sudah makan belum?”
Ustadz Ike mencari si Ahmad, santri yatim piatu berusia 4 tahun yang tak ia temukan bersama rombongan Ahmad dan Kamil di ruang makan.

Tiba-tiba ada suara dari dapur “ini buya, Ahmad ada di dapur lagi makan”. Buya adalah panggilan untuk Ustadz Ike.

Lalu dari arah dapur, terlihat seorang anak kecil lucu sekali, dengan mulut menggembung penuh makanan, mendekati Ustadz Ike. Ustadz Ike langsung merendahkan badannya dan merengkuh si Ahmad, membawanya dalam pelukannya dan mencium dahi, mata, serta pipi kanan kiri Ahmad.

“Sudah berapa sendok madunya, sudah berapa butir telur sarapannya?”, ujarnya sambil menatap Ahmad. Dari matanya saya tau itu tatapan teduh seorang ayah. Bukan saja sebagai seorang guru.

Saya berkaca-kaca melihatnya. Ini dia rahasia seorang guru, sekaligus seorang ayah, dan seorang pendidik. Ia datang dengan cinta.

Selamat hari guru. Untuk para guru lainnya, yang telah menorehkan tinta kecintaan di hati murid-muridnya, sebagaimana sosok sang Maha Guru Muhammad Rosululloh tertancap kuat di hati para sahabat bahkan mereka yang tak pernah berkesempatan bertemu dengannya … semoga Allah memberkahi ilmu dan umur kalian, dan menjadikan kalam kalam cahaya yang keluar dari hati dan lisan kalian sebagai amal jariyah dihadapan Allah.

(sumber: Veggy Monarika/Muslim Obsession).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar