Jurus Jitu Dirut Garuda Ancam Leasing

Irfan Setiaputra (Foto: Detikcom)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra sempat mengancam perusahaan “leasing” (sewa) atau “lessor” pesawat jika tak kunjung menyetujui restrukturisasi sewa pesawat di tengah pandemi COVID-19 ini.

“Diskusi kita dengan ‘lessor’ hampir 3 bulan, kita diskusi apapun sampai kita mengancam lah istilahnya. Kalau lo enggak mau ngikutin gue, ambil aja lah itu pesawatnya,” kata Irfan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa (14/7/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun, ia menuturkan pihak “lessor” akhirnya tidak ada yang menarik kembali armada pesawat Garuda karena situasi yang sulit ini.

Irfan menyebutkan total biaya sewa yang disetorkan tiap bulannya berkisar 70 juta dolar AS, namun pihaknya masih mengupayakan penurunan di level 15-20 juta dolar AS per bulan. “Ini kalau kita kalikan 12 kita akan sampai 200 juta dolar AS ‘saving’ (penghematan) hanya dari ‘lessor’ ini,” jelas Irfan.

Total pesawat yang disewa Garuda, yakni 155 pesawat dari 26 perusahaan “leasing” di antaranya untuk pesawat Boeing-777, Boeing-737, CRJ-1000 serta ATR-72.

Selain restrukturiasasi sewa pesawat, Garuda juga mengembalikan 18 unit armada pesawat Bombardier CRJ-1000 dan Airbus yang dinilai tidak cocok. “Yang kedua adalah pesawat yang tidak cocok buat Garuda kita kembalikan. Kontraknya ada yang 10 tahun, 12 tahun,” katanya.

Untuk pesawat Bombardier CRJ-1000 terdapat 18 unit yang akan dikembalikan. “CRJ ada 18 pesawat, hari ini ‘full grounded’ (dikandangkan total). Ini yang kita sedang lagi coba ‘possibility’ (kemungkinan) dikembalikan ke mereka,” katanya.

Untuk pesawat Airbus, Irfan mengaku adanya ketidaksesuaian dalam kontrak yang merugikan Garuda, karena itu pihaknya meminta bantuan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta pemerintah Inggris untuk menuntut ganti rugi.

“Kita dalam proses minta ganti kerugian Airbus lewat pemerintah Inggris dengan bantuan Kumham sudah menyampaikan surat. Mereka sudah mengetahui ketidakpatutan dalam pembuatan. Ini yang kita sedang dalam proses mendapatkan pengembalian,” jelas dia.

Selain itu Irfan mengungkapkan  PT Garuda Indonesia selama ini dibelit kesulitan keuangan. Dia menyebut masih negatifnya arus kas maskapai pelat merah yang dipimpinnya itu. Cash flow perseroan hanya USD14,5 juta. Parahnya lagi flag carrier Indonesia itu, dihadapkan pada pinjaman bank dan utang usaha yang nilainya lumayan besar, yaitu  Rp 18,2 triliun.

“Pinjaman bank sebanyak USD1,3 miliar (setara Rp18,2 triliun), utang usaha USD905 juta. Total utang usaha dan pinjaman bank per 1 Juli 2020 sebesar USD2,2 miliar,” urainya.

Lebih jauh Irfan merinci USD2,2 miliar itu terdiri atas USD905 juta utang operasional, pinjaman jangka pendek USD668 juta dan pinjaman jangka panjang USD645 juta. Kata mantan Direktur PT INTI (Persero) ini, dari USD645 juta itu, ada pinjaman sukuk USD500 juta, yang berhasil dinegosiasi dan extend menjadi Juni 2023.

Irfan berencana memperbaiki arus kas maskapai. Salah satunya, dengan mengoptimasilasi pendapatan dari operasional penumpang. Pihaknya akan memaksimalkan pendapatan kargo. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *