Ingat Sejarah Soeharto, Rizal Ramli Sarankan Jokowi Tarik Gibran

Rizal Ramli. (Foto: ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Pencalonan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, serta menantunya, Bobby Nasution, dari kontestasi pemilihan wali kota Solo dan Medan menjadi sorotan ekonom senior Rizal Ramli.

Rizal mengingatkan sejarah di tahun 1998 ketika Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun saja baru mengangkat anak sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto, sebagai menteri koordinator kesejahteraan rakyat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Karena rakyat marah, (Pak Harto) ngangkat Tutut. Dan sebulan setengah jatuh,” ujar Rizal dalam acara Ngobrol Perkembangan Indonesia Bareng RR secara virtual, baru-baru ini.

Rizal menyarankan Presiden Jokowi untuk menarik mundur pencalonan Gibran dan Bobby. Alasannya, Rizal menilai selain belum punya pengalaman memimpin, terlihat sekali niatan Jokowi membangun dinasti politik. “Saya usul tarik mundur dulu dah Gibran dan Bobby, nanti kalau (Jokowi) nggak Presiden dia (Gibran-Bobby) baru maju,” tutur Rizal.

Menurut mantan Menko Perekonomian itu bahwa dengan menarik mundur Gibran dan Bobby, rakyat Indonesia akan menaruh hormat setinggi-tingginya kepada Presiden Jokowi.

Rizal mengaku jika Jokowi mau mengikuti sarannya, maka ia dengan sukarela akan membantu pemenangan Gibran dan Bobby nantinya dalam pemilihan kepala daerah. “Itu rakyat jadi hormat. Kalau perlu saya bantu, kalau sekarang nggak lucu, pesaingnya dipanggil suruh mundur,” ujar Rizal.

Sebelumnya, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai pencalonan Gibran sebagai gejala langgengnya dinasti politik dan menguatnya oligarki. “Munculnya nama Gibran ini merupakan gejala menguat dan terkonsolidasinya oligarki dan dinasti politik,” kata Ujang dikutip dari Tempo, Ahad (19/7/2020).

Ujang menekankan, PDIP semestinya memunculkan kader-kader internal terbaik untuk menjadi kepala daerah. “Bukan mencomot orang dari luar, yang tak pernah berkeringat dan berdarah-darah untuk partai. Kasus Gibran ini menandakan partai politik belum siap melahirkan kader-kader calon pemimpin daerah dan bangsa,” ujarnya.

Menurut Ujang pertimbangan PDIP mengusung Gibran hanya dari sisi politis semata. Sementara dari sisi kapabilitas, Gibran belum memiliki pengalaman. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *