Kampung Blandongan

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kampung Blandongan

Oleh : Edhy Aruman

Dalam bahasan ilmu geografi ada istilah yang disebut dengan toponimi, yakni bahasan ilmiah yang merujuk pada nama tempat, asal-usul, arti, penggunaan, dan tipologinya. Nama tempat tidak harus diartikan nama pemukiman (nama tempat tinggal), tetapi nama unsur geografi yang ada di suatu tempat (daerah), seperti sungai, bukit, gunung, pulau, tanjung, dsb.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Unsur-unsur ini dikenal secara luas sebagai unsur “topografi”, seperti sungai, bukit, gunung, pulau, tanjung, dan sebagainya. Di Jakarta Barat misalnya, ada wilayah yang dinamai Kebon Jeruk. Kenapa? Hal ini tidak dapat dilepaskan daerah sejarah bahwa di masa lalu, daerah ini dipenuhi pohon-pohon jeruk. Kemudian nama kota Surabaya berawal dari gabungan nama ikan Soera (hiu) dan buaya.

Di Gresik ada daerah yang disebut dengan Kampung Blandongan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran daerah itu di masa lalu yang dikenal sebagai tempat pembuatan atau perbaikan kapal. Jangan lupa, pada kurun waktu abad XIV-XVIII M, di Gresik telah tumbuh beragam industri, dari industri skala kecil hingga besar. Di Kampung Balndongan masih terdapat bangunan tua yang besar dengan tembok serta pagar tinggi.

Melimpahnya ikan di sekitar perairan Gresik, memicu tumbuhnya industri terasi serta ikan kering di Desa Kroman dan Lumpur. Industri skala besar diwakili dengan aktivitas pembuatan kapal kecil berukuran 10 hingga 100 ton yang dipakai untuk berlayar ke Maluku sekaligus menyediakan fasilitas reparasi kapal. Di Kampung Blandongan itulah kapal-kapal tersebut di reparasi.

Saat saya masih duduk di bangku SD, daerah ini juga dikenal sebagai daerah pembuat kapal-kapal. Saya pernah menyakisikan bagaimana kapal yang selesai dibuat ditarik ke laut. Caranya masih tradisional. Kapal yang dibuat di daratan ditarik ke laut saat air laut pasang. Menariknya dengan tenaga manusia dengan bantuan bantalan kayu gelondongan panjang yang dalam hal ini berfungsi seperti roda.

Blandongan juga menjadi sentra produksi kopiah (songkok) Awing. Songkok Awing merupakan industri rumahan songkok tersohor yang terletak di Kelurahan Blandongan. Sejak abad ke-16 ketika Gresik menjadi kota bandar paling ramai di Jawa, industri rumahan peralatan ibadah menjamur di sana.

Sebut saja songkok, sarung, pakaian muslimah, bahkan batik sempat tenar di Gresik. Namun, songkok Awing bukan produsen songkok tertua, “Tapi kami yang pertama membuat songkok tanpa kertas,” kata Suraji.

Songkok Awing didirikan sejak 1986 oleh H. Anwar Ilyas dengan mengkoordinasi beberapa perajin songkok yang ada di Blandongan. Bersama salah satu orang kepercayaannya, Abed Hakim atau biasa dipanggil Awing, mereka membuat inovasi songkok tanpa kertas.

Songkok Awing beralih menggunakan bahan kain yang kaku dan keras sebagai pengganti kertas. Kain-kain itu diimpor dari Jepang, sedangkan bagian luar yang berbahan kain beludru lokal mapun impor dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Di Kampung Blandongan terdapat Pondok Pesantren Yai Kholil yang didirikan oleh KH. M. Kholil (Gresik). Nama itu diabadikan menjadi nama jalan di daerah tersebut. Pondok Pesantren itu jaraknya beberapa puluh meter dari Kompleks Perguruan dan Rumah Sakit Muhammdiyah. KH. M. Kholil Gresik merupakan santri dari KH. M. Kholil Madura. KH. M. Kholil bernama asli Marlikhan yang lahir tahun 1881 M. Beliau merupakan putra Syamsudin seorang pekerja kapal antar pulau, sedangkan ibunya bernama Muslikhah.

Beliau hidup dari keluarga serba kekurangan, ketika usianya menginjak 4 tahun ibunya meninggal dunia. Diusia 12 tahun, ayahnya meninggal dalam kapal yang sedang berlayar di Pulau Sumbawa dan dimakamkan di Sumbawa. Akhirnya Marlikhan diasuh bibinya (adik ibunya) yang bernama Mustiah. Selama masa asuhan bibinya, Marlikhan belajar ilmu agama pada seorang guru bernama Ilyas dan diwaktu luangnya beliau mencari nafkah untuk membantu bibinya.

Keinginannya untuk memperdalam ilmu agama begitu tinggi, beliau melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu. Beberapa diantaranya belajar di Pondok Pesantren KH. Zubair (Pekauman, Gresik), Pondok Pesantren Maskumambang (Dukun, Gresik), Pondok Pesantren KH. Muhammad (Pasuruan), Pondok Pesantren Syekhona Kholil (Bangkalan). Salah satu tanda keistimewaan KH. M. Kholil Gresik sudah terlihat saat menuntut ilmu di pesantren.

Harapan para guru KH. M. Kholil ini menjadi kenyataan, pada tahun 1912 M, KH.M. Kholil mendirikan pondok pesantren di Kampung Blandongan yang populer di masyarakat dengan nama Pondok Pesantren Yai Kholil Blandongan. Kala itu KH. M. Kholil menginjak usia 31 tahun, diantara santri-santri beliau adalah KH. Danyalin (Tokoh NU), KH. Ibrahim Tamim (Tokoh NU), KH. Faqih Usman (Tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi Ketua PP Muhammadiyah, tokoh Masyumi dan Menteri Agama), KH. Hasan Basri (Tokoh NU), KH. Syaikhul (Tokoh Muhammadiyah).

Sumber : Gresik Pedia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar