Sri Mulyani Akui Ekonomi Triwulan III Bisa Lebih Buruk

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan ekonomi pada triwulan III-2020 belum bisa tumbuh positif. Bahkan, diakuinya, bisa tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada kisaran minus dua persen hingga nol persen.

“Mungkin lower end dari minus 2,1 persen atau lebih rendah, itu perkiraan terbaru berdasarkan assessment pergerakan dalam dua minggu. Kita berharap tidak terlalu jauh,” kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Sri Mulyani salah satu potensi turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut karena dimulainya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta yang saat ini menyumbang 17 persen PDB nasional.

Untuk itu, ia mengharapkan kebijakan pusat dan daerah yang semakin baik dalam menangani COVID-19 bisa memberikan harapan terhadap pemulihan ekonomi, terutama pada triwulan IV-2020 yang diperkirakan mencapai 0,4 persen-3,1 persen.

“Semua proyeksi ini tergantung dari bagaimana mengelola dan mencegah kenaikan kasus COVID. Saya berharap hubungan pusat daerah yang semakin baik, ada delapan provinsi yang bisa dikendalikan COVID-nya, bisa ikut mempengaruhi ekonomi triwulan empat,” jelasnya.

Dengan perkiraan tersebut, Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan tahun bisa berada pada kisaran minus 1,1 persen – 0,2 persen yang didukung oleh belanja maupun stimulus penanganan dampak COVID-19.

Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan para menteri dan pejabat Kabinet Indonesia Maju bahwa masih tersisa waktu dua pekan lagi untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi agar tumbuh positif.  Jokowi mengingatkan hal tersebut untuk menghindari resesi yang bisa terjadi jika ekonomi Indonesia pada kuartal III kembali negatif.

Namun Ekonom di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menegaskan, tak mungkin bisa waktu dua pekan dipakai untuk mencegah resesi. Apalagi, ada kebijakan PSBB di Jakarta. Maka bisa dipastikan Indonesia tidak bisa lepas dari jurang resesi. “Nggak bisa. Ada PSBB lebih ketat ya pasti resesi di Kuartal III-2020,” kata Bhima dilansir dari detikcom, Senin (14/9/2020).

Adapun Direktur riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal III dan IV tahun ini akan membaik, tapi masih mengalami pertumbuhan negatif akibat pandemi.

Menurut Piter, berbagai pemberian stimulus dan bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah selama ini adalah bertujuan agar perekonomian tidak mati dan bukan supaya kembali normal. Oleh karena itu, tegas dia konsumsi dan investasi akan tetap turun selama wabah masih berlangsung, karena insentif belum akan efektif untuk menggerakkan kembali perekonomian. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *