Mendinginkan

Mendinginkan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Mendinginkan

Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Bagaimana tadi pagi diskusinya tentu seru, karena kabarnya tokoh-tokoh pemikir, yang bersebrangan yang selama ini berseteru ikut pada hadir, itulah, gara-gara ikut diskusi dengan para pendekar pemikiran, kepala menjadi pening, emosi sepertinya kurang terkendali, makanya sementara ini berusaha sedang mendinginkan pikiran dan berusaha menstabilkan kembali emosi. Walaupun dalam arena diskusi tadi ada perempuan setengah baya usia lima puluhan yang telah bergelar profesor yang menjadi peserta baru dalam percaturan perdebatan pemikiran ini, tidak mengambil waktu bicara tapi sering nyeletuk ditengah pembicaraan terhadap pembicara dari kedua belah kubu, sehingga tidak jelas dipihak mana berdiri dan siapa yang mengajak dia ikut, tapi apa yang disampaikannya logis dan relevan malah kemudian pembicara menjadi terkecoh lalu mengupas celetukannya itu, hadirin agak sedikit gusar dan ini tertangkap oleh moderator tapi moderator juga seperti patah kata tak mampu menghentikan celetukan-celetukannya itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Baru kali ini perdebatan yang digelar tanpa rumusan catatan kesimpulan, pembicara sepertinya ada yang tidak plong, tidak puas, pesertapun ada yang ngedumel, tapi sedikit terhibur karena paras cantik dari sang profesor muda setengah baya itu, selain ia selalu menebar senyum manisnya kepada siapapun bila sempat bertatapan beradu pandang. Setela bubaran untuk sekedar menghilangkan kepasaran lalu bertanya kepada moderator siapa peserta baru yang dikenalkan profesor itu, ia jawab itu istriku, ooh pantas cocok sekali, dalam pikiran komentar ini ngawur dan pantas saja moderator tidak berani menghentikan celetukan-celetukannya.

Perjalan menuju kampung halaman itu sesungguhnya tidak terlalu jauh bisa ditempuh antara empat sampai lima jam bila dalam kecepatan antara sembilan puluh hingga seratus kilo meter perjam, itupun bila perjalanan lancar, tidak menemui kemacetan yang cukup berarti, tapi mengingat kendaran yang biasa dipakai itu relatif sudah cukup tua, menuntut harus jeda sejenak untuk mendinginkan mesinnya. Sambil pula menghilangkan kepenatan karena selalu menyetir sendiri bila pulang kampung, kecuali bila kondisi badan sangat tidak memungkinkan. Memang konon kabarnya bila perjalanan terus menerus telah mencapai dua jam atau dua jam setengah perlu istirahat barang sejenak, agar kontrol konsentrasi terjaga dengan baik.

Sesungguhnya suasana hidup dimasyarakat itu sering terselingi dengan suasana yang senantiasa berganti dan berubah ada suasana yang tegang centang perenang panas, tapi ada juga yang dingin menyejukan dan menyegarkan, sebagaimana iklim yang berganti ada musim panas yang perlu air condition untuk mendinginkan udara, tapi ada juga musim dingin yang dibagian belahan bumi lain disebut juga dengam musim salju, butuh pemanas udara atau tungku.

Dalam suasana kehidupan yang panas yang terasa oleh semua lapis masyarakat, dikarenakan ada gerakan yang bersenjata yang mengganggu keutuhan negara bangsa sehingga tercipta ketegangan dan konflik yang berkepanjangan yang menggangu ketenangan dan ketentraman publik, sehingga masyarakat kemudian seakan terbelah maka diperlukan suatu peran yang dapat meredam mendinginkan suasana (cooling down) kearah tetap terwujudnya keutuhan masyarakat bangsa. Disini peran pemimpin menjadi sentral dengan semangat melindungi segenap bangsa, menyadarkan pentingnya kebersamaan untuk mengukuhkan persatuan demi keutuhan negara bangsa. Sebab sebagaimana kita ketahui bahwa sejarah menginfokan pada kita, hampir saja negara ini pecah bercerai berai bukan lantaran konsep kenegaraan tetapi juga ego kedaerahan telatif menguat hingga ingin memisahkan diri dari negara kesatuan, syukurlah saat itu ada gerakan mosi integral yang menyatukan kembali negara-negara bagian yang sangat potensial ingin memisahkan diri dengan menyatakan kemerdekaannya sendiri-sendiri.

Peran pemimpin untuk mendinginkan suasana itu sangat menentukan, karena memang pemimpin yang memiliki tanggung jawab dalam melaksakan kepemimpinannya itu, sudah barang tentu akan disegani dan diturut oleh masyarakat yang dipimpinnya, berbeda tentunya dengan pemimpin yang kurang bertanggung jawab dan lebih banyak memikirkan dirinya dan kelompoknya saja, sehingga sudah barang tentu dapat menimbulkan ketegangan dimasyarakat, memicu lahirnya daya kritis dan protes dari masyarakat, yang pada gilirannya lahir pula benih ketidak percayaan pada pemimpin. Bila ini yang menggejala sepertinya ada dua hal sebagai konsekwensinya, apakah pemimpin segera mengambil kebijakan yang dapat mendinginkan suasana atau apakah pemimpin membiarkan bahkan memanage konplik karena kedudukannya tidak akan tergoyahkan sekaligus memperoleh keuntungan dari suasana yang memanas.

Mengamati apa yang tersirat dibalik beberapa rangkaian peristiwa sejarah yang tersurat maka tergambarlah pula bahwa peran agama pun dapat mendinginkan suasana kehidupan masyarakat yang tadinya tidak mengenal kemanusiaan yang adil dan beradab maka agama mengisinya dengan prilaku yang sopan penuh dan beretika (akhlaqul karimah). Peristiwa manusia mengorbankan sesama, mengubur hidup-hidup dan menyembah pada benda yang dibuatnya sendiri yang dianggap sebagai tuhan, nampaknya zaman yang disebut dengan zaman kebodohan ini, telah terlewati dalam sejarah kendati tidak menafikan mungkin masih ada, masih menyisakan gejala kehidupan yang menghambakan hidupnya pada materi. Karena itu bagi kaum beragama hendaknya selalu berusaha mendinginkan kehidupan yaitu dengan tetap memkukukuh keyakinannya (aqidah) seiring dengan senan tiasa menebar kasih sayang terhadap sesama (asyidda u ‘alal kuffar ruhama u bayna hum). Wa Allahu a’lam (azs, 1892020).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *