Sejarah Munculnya Paham Wahabi Dan Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia

Sejarah Munculnya Paham Wahabi Dan Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sejarah Munculnya Paham Wahabi Dan Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia

Wahabi merupakan Persekongkolan Yahudi untuk memecah-belah dan melemahkan Islam dari dalam, dengan dalih “Pemurnian Akidah Tauhid”
Mengapa orang Wahabi lebih senang menyebut dirinya – ganti nama – “Salafi”? Meminjam istilahnya Ustadz Abdul Shomad, “Ganti casing, tapi signal sama”. Untuk tahu jawabannya silahkan baca dengan seksama tulisan di bawah ini dengan tuntas agar tidak gagal paham.

Apa itu Wahabi (Wahabiyah)?

Wahabi merupakan faham yang dicetuskan oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. Faham ini dinisbatkan kepada nama bapaknya (yakni Abdul Wahhab) sebagai nama ajarannya yaitu Wahabiyah. Tidak dinisbatkan kepada namanya sendiri (Muhammad) sebagai Muhammadiyah. Ini sebagai ijtihad ulama agar supaya umat Islam tidak keliru dengan ajaran Islam sebenarnya dari Nabi Muhammad SAW.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Muhammad ibnu Abdul Wahab lahir tahun 1701 di kampung Uyainah, Najd (belum ada Arab Saudi waktu itu), dia dikenal sebagai orang yang lemah akal dan gagap. Ayah dan kakaknya menganggap dia sebagai orang kurang kesadarannya. Ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Dia sangat terpengaruh oleh ajaran Ibnu Taimiyah yang posisinya jadi landasan ajaran mujasimah. Dia mengembara dan belajar di Basrah berguru kepada Syaikh Muhammad Al Majmu’i alias Mr. Hempher seorang orientalist dan intel Yahudi dari Inggris. Hempher adalah seorang pakar ilmu Islam dan fasih berbahasa Arab, Turki, Persia dan telah lama mempelajari Islam di Turki dan Irak. Hempher menyuap Ibnu Abdul Wahab dengan hadiah kawin mut’ah dengan 2 orang intel perempuan Yahudi yang menyamar sebagai muslimah, bernama Safiadi Isfahan dan Asiadi Siraj. Maka dengan mudah Yahudi mengatur dan mengontrol Ibnu Abdul Wahab sesuka hatinya dan mengajarkan faham dalam Islam.

Dengan ajaran baru itu Ibnu Abdul Wahab kembali ke kampungnya, namun ditentang dan diusir ayahnya serta kakaknya. Firasat ayah dan guru-gurunya ternyata benar. Ayahnya memberi peringatan khusus kepadanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, seorang ulama besar Sunni dari Mazhab Hambali sampai menulis buku bantahan dengan judul “As sawa’iqul ilahiyah fir Raddi ‘alal Wahabiyah” (Beberapa dasar ketuhanan dalam mengoreksi ajaran Wahabiyah).

Tidak ketinggalan pula gurunya di Madinah Syaikh Sulaiman Al Kurdi As Syafi’i menulis surat berisi nasihat: “Wahai Ibnul Abdi Wahab, aku menasihatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin. Jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawasuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir. Kau tidak bisa mengkafirkan As Sawaadul A’dham (golongan terbesar) di antara kaum muslimin, karena jika demikian engkau menjauh dari kelompok terbesar (ahlu Sunnah wal jama’ah), orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan (yang benar) kaum muslimin.”

Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaannya semakin luas. Keduanya bekerja sama memperkenalkan aqidah Trilogi Tauhid (memilah-milah orang kafir sebagai ahli tauhid), Mujasimah (menjasmanikan Allah dalam rupa dan bentuk mahluk) sambil memberantas tradisi beragama di masyarakat Arab yang oleh mereka “dianggap keliru” seperti tawasul, ziarah kubur, maulid Nabi SAW, dan lain-lain.

Dengan demikian Golongan Wahabi yang senantiasa berkoar sebagai pengikut Sunnah yang paling tulen, telah muncul dan berkembang sebagai golongan menyempal dari aqidah Ahlussunah wal Jama’ah (yang murni sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits). Selayaknya Wahabi jangan berseberangan dan merenungi pesan Rasulullah SAW ini, “Alaykum bil jama’ah, iyyakumul furqon / hendaklah kalian selalu berdiri di atas jama’ah, jangan terpecah belah ( jangan menyempal)”.

Kerjasama Yahudi, Keluarga Al-Saud Dan Golongan Wahabi Membentuk Kerajaan Arab Saudi.
Setelah diusir ayahnya, Ibnu Abdul Wahab terus menyebarkan ajarannya itu ke seluruh Najd. Perjuangan Ibnu Abdul Wahab itu dipantau terus oleh Hempher dan mendapat dukungan dana dari pemerintah Inggris, yang telah berhasil memecah belah umat Islam di berbagai daerah jajahan lainnya dengan membentuk aliran sesat seperti Ahmadiyah di India dan Pakistan, Baha’i di Iran. Ajaran Ahmadiyah sengaja diciptakan untuk menghilangkan semangat jihad muslimin di India dan Pakistan dengan membuat nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.

Ibnu Abdul Wahab Membawa Misi Yahudi Kepada Para Pemimpin Arab.
Untuk mengembangkan ajarannya, Ibnu Abdul Wahab membujuk para pemimpin Arab dengan janji-janji, “Jika engkau menolong kami, maka engkau akan kami jadikan pemimpin seluruh wilayah Najd.”

Pada tahun 1747 Ibnu Abdul Wahab bertemu dengan Muhammad Ibnu Saud, seorang keturunan Yahudi yang menguasai kawasan Zuriyah. Ibnu Saud setuju dengan tawaran itu, maka bergabunglah dua orang ini mengembangkan ajaran Wahabi. Dalam mengembangkan ajarannya Ibnu Abdul Wahab mengeluarkan fatwa, “Sesungguhnya aku mengajak kalian kepada tauhid dan meninggalkan syirik terhadap Allah. Semua yang berada di bawah tujuh lapis langit ini benar-benar musyrik dan barang siapa yang membunuh orang musyrik maka dia mendapatkan surga. Siapa yang masuk dakwah kami, maka dia memiliki hak dan kewajiban sama dengan kami, dan siapa saja yang tidak masuk (ke dalam dakwah kami) bersama kami, maka dia kafir, halal nyawa dan hartanya.” Sehubungan dengan fatwa ini maka orang-orang Wahabi banyak menumpahkan darah.

Mereka melancarkan perang di dalam dan di luar wilayah Najd, seperti Yaman, Hijaz dan daerah sekitar Irak dan Suriah.
Ketika Pasukan Ibnu Saud dan Ibnu Abdul Wahab memasuki Hijaz dan membantai kaum Muslimin dengan alasan mereka telah syirik, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi SAW dalam sabdanya, “Orang-orang Khawarij akan membunuh orang-orang beriman dan membiarkan para penyembah berhala.” Mereka juga membunuh seorang ulama terkemuka – dengan menyembelih – Syaikh Abdullah Al-Zawawi, guru para ulama madzhab Syafi’i, sebagai layaknya menyembelih kambing. Padahal usia beliau sudah di atas 90 tahun. Mertua Syaikh Al-Zawawi yang juga sudah memasuki usia senja juga mereka sembelih. Mereka juga menyembelih Syaikh Nawawi Al Bantani ulama besar Madzhab Syafi’i asal Banten. Kemudian mereka memanggil sisa-sisa ulama yang belum dibunuh untuk diajak berdebat tentang tauhid, Asma Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Ulama yang setuju dengan pendapat mereka akan dibebaskan. Sedangkan ulama yang membantah pendapat mereka akan dibunuh atau dideportasi dari Hijaz. Mereka terus melakukan kekejaman ke seluruh Hijaz. Siapa yang taat pada ajarannya wajib berbaiat, bila melawan wajib dibunuh dan hartanya dirampas.

Umat Islam yang paling banyak dibunuh orang-orang Wahabi ini adalah keturunan Rasulullah SAW (Habaib) antara lain Syaikh Abdullah Al-Zawawi tersebut di atas . Banyak lagi ulama dan habaib yang dibantai. Mereka juga menyembelih 300 laki-laki di kampung Al Fusul di wilayah kota Al Ahsa dan merampas harta benda mereka. Diperkirakan 60.000 orang terbunuh pada masa itu.

Akibat kekejaman yang melewati batas ini, banyak penduduk negeri yang melarikan diri keluar Najd. Untungnya ada di antara Habaib keturunan Rasulullah SAW itu yang sempat melarikan diri ke Nusantara (Indonesia) dan Semenanjung Melayu (Malaysia) dengan menyamar sebagai perempuan untuk menghindari kejaran pasukan Wahabi.
Demikian juga bangun-bangunan peninggalan Rasulullah SAW, keluarga beliau dan para sahabat di musnahkan supaya umat Islam tidak lagi mengagung-agungkan Rasulullah SAW dan keturunannya.

Pada tahun 1793 Ibnu Abdul Wahab meninggal dunia, namun ajaran Wahabi makin berkembang dengan dukungan Keluarga Al Saud dan Inggris (Yahudi).
Dinasti Al Saud dan golongan Wahabi terus meluaskan jajahannya hingga pada tahun 1912 berhasil menguasai seluruh Najd.
Selanjutnya Yahudi merencanakan revolusi Arab untuk menjatuhkan Kekhalifahan Utsmaniyah, bertepatan ketika petinggi Kekhalifahan Utsmaniyah. Dalam hal ini agenda Yahudi adalah menghapuskan Perwakilan Kekhalifahan di Mekkah yang juga berfungsi sebagai penjaga Haramain ( Mekkah dan Madinah).
Yahudi melantik Thomas Edward Lawrence sebagai agen intelijen yang menyusup ke dalam bangsa Arab. Dia sangat menguasai kawasan dan peradaban bangsa Arab, sehingga dia dikenal juga sebagai Lawrence of Arabia.

Lawrence mengincar siapakah tokoh masyarakat Arab haus kekuasaan. Pilihannya jatuh pada tokoh yang bernama Syarif Hussein. Dia menjabat sebagai Wakil Kekhalifahan Utsmaniyah di Haramain (dua tanah suci yaitu Makkah dan Madinah). Lawrence berhasil menghasut dan menipu Syarif Hussein untuk membebaskan Haramain dari Kekhalifahan Utsmaniyah. Lawrence membangkitkan semangat nasionalisme di negara-negara Arab untuk menentang bangsa Turki yang saat itu memegang pimpinan Kekhalifahan Utsmaniyah.
Hubungan Syarif Hussein dan Lawrence sangat erat, bahkan juga menjadi kawan karib putranya yang bernama Amir Faisal.
Amir Faisal berkhianat dan memihak kepada Inggris. Sejak itulah Arab berkomplot dengan kerajaan Inggris. Atas nasihat Lawrence, Syarif Hussein mengirim surat rahasia memohon bantuan tentara Inggris. Dengan menjanjikan Syarif Husein sebagai penguasa bagi seluruh wilayah Arab, maka mudahlah bagi Lawrence mengarahkan keluarga ini untuk membagi-bagi wilayah Arab sesuai permintaan Yahudi.

Pada tahun 1915 Inggris mulai menduduki kawasan Irak. Akhirnya pada tahun 1917 Inggris menduduki semua kawasan Palestina. Tentara Inggris dipimpin Jenderal Allenby memasuki Palestina pada 9 Desember 1917. Allenby menginjak makam Salahuddin Al Ayyubi (pemimpin laskar Islam yang masyhur dalam perang salib) seraya berkata, “Hari ini perang salib sudah berakhir.”
Pada tahun 1918 tentara kolonial Inggris menduduki pusat pemerintahan Turki Utsmani yaitu Istambul.

Pada 3 Januari 1919 ditanda tangani Perjanjian Paris antara Faisal dan Weizmann yang menjadi Presiden Organisasi Zionis Dunia. Setelah perjanjian Paris Weizmann menjadi presiden pertama Israel. Irak diserahkan kepada Amir Faisal, Yerusalem Palestina diserahkan kepada Kristen, Baitul Maqdis diserahkan kepada Yahudi (inilah awal tegaknya negara Israel).
Pada tahun 1922 setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, diadakanlah perjanjian Luzerne, yang menghasilkan keputusan:
I. Sistim Kekhalifahan Islam diakhiri.
II. Khalifah dibuang ke Luar Negeri.
III. Kerajaan Turki baru dengan azas sekuler didirikan di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha Attaturk.
Negara jajahan Turki Utsmani diambil alih sebagai negara jajahan Inggris, Perancis dan Italia. Lord Carlson (ahli hukum ternama Inggris, wafat 1935) berkata dengan sombongnya “Hakikatnya Turki sudah dimusnahkan dan tidak akan bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatannya yaitu khilafah Islamiyyah atau sistem pemerintahan Islam.”Yahudi Menetapkan Saudi Dan Wahabi Sebagai Penguasa Haramain ( Mekkah dan Madinah)

Setelah kejatuhan Kekhalifahan Utsmaniyah negara-negara kecil seperti Yaman, Kuwait dan lain-lain diserahkan kepada kabilah-kabilah yang dipilih pihak Yahudi. Negara-negara kecil itu takluk kepada Inggris, Perancis dan Italia. Janjinya kepada Syarif Hussein untuk mengangkatnya sebagai penguasa seluruh Arab hanyalah janji kosong. Syarif Hussein hanya mendapatkan kerajaan Yordan yang kecil dan miskin. Inilah balasan bagi penghianat Islam.

Pada tahun 1925 keluarga Al Saud berhasil merebut kota suci Mekkah dari Syarif Husein.
Pada 10 Januari 1926 Abdul Aziz Al Saud di lantik menjadi raja Hijaz di Masjidil Haram Makkah.

Pada tahun 1932 dengan bantuan tentara Inggris, setelah berhasil menguasai sebagian besar semenanjung Arab, Ibnu Saud menamakan tanah gabungan Hijaz dan Najd sebagai Arab Saudi. Abdul Aziz Ibnu Saud kemudian menamakan dirinya sebagai Raja Arab Saudi dan Faham Wahabi menjadi Mazhab resmi Kerajaan Arab Saudi. Selanjutnya faham separatis yang menyelisihi faham ahlussunah wal jama’ah ini dikembangkan keseluruh dunia dengan dukungan penuh Kerajaan Arab Saudi.

Mengapa Yahudi Menciptakan Faham Wahabi?

  1. Yahudi sangat faham bahwa kekuatan umat Islam ada pada kekuatan spiritual/ ruhaninya, yakni ruhani yang sangat kenal, cinta dan takut kepada Allah SWT. Oleh karena itu umat Islam mesti dipisahkan dari Allah.
  2. Yahudi sangat faham bahwa kehebatan umat Islam karena berhasil menghubungkan kekuatan spiritual/ruhaniah dengan kehidupan lahiriah. Oleh karena itu keyakinan akan adanya kuasa spiritual/ ruhaniah terhadap kehidupan lahiriah mesti dihapuskan.
  3. Yahudi sangat faham bahwa kunci kemenangan umat Islam karena adanya bantuan ghaib dari Allah, maka Yahudi menghapuskan keyakinan terhadap perkara ghaib itu. Oleh sebab itu ajaran tasawuf divonis haram. Ulama Sufi dan Tarekat yang mempunyai karomah mereka vonis sesat dan syirik.
  4. Yahudi sangat faham bahwa kekuatan Islam adalah pada kecintaan pada Rasulullah SAW, Ahlul Bait dan para sahabat. Maka segala situs peninggalan atau amalan yang bisa menyuburkan kecintaan itu mesti dimusnahkan dengan alasan kurafat, kultus dan lain-lain alasan yang diada-adakan.
  5. Yahudi sangat faham bahwa selemah-lemah umat Islam mereka sangat fanatik kepada agama para ulama, oleh karena itu ulama baru dan Islam gaya baru mesti diciptakan yang sesuai dengan agenda Yahudi. Maka mereka munculkan paham Wahabi.
  6. Untuk menguasai kota suci Haramain (Makkah dan Madinah), Yahudi tidak dapat menghancurkannya seperti tempat-tempat yang lain, karena ditakutkan umat Islam sedunia akan bangkit menentang Yahudi.

Kejahatan Wahabi

  1. Meruntuhkan Kekhalifahan Utsmani, sistem pemerintahan Islam yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Sejak kerajaan Wahabi ini berkuasa maka di Masjidil Haram dan Nabawi tidak ada lagi zikir dan doa bersama bakda shalat wajib yang sejatinya amalan ini sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.
  2. Membuat fatwa bahwa setiap amalan yang tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW adalah bid’ah, dan menuduh pelakunya sesat dan masuk neraka. Padahal Rasulullah SAW tidak pernah berfatwa seperti itu. Inilah salah satu kebohongan Wahabi
  3. Membuat fatwa, umat Islam yang tidak ikut faham Wahabi sesat, halal darah dan hartanya.
  4. Membunuhi keturunan Rasulullah SAW (para habaib).
  5. Memvonis sesat keturunan Rasulullah SAW (habaib) dan para sahabat yang utama.
  6. Menganggap alam ruhaniah itu tidak wujud.
  7. Menolak hubungan alam lahiriah dan alam ruhaniah
  8. Memusnahkan situs-situs sejarah peninggalan Baginda Rasulullah SAW, keluarganya dan para sahabatnya.
  9. Dalam mempelajari ilmu Ushuluddiin atau tauhid menganut faham Ibnu Taimiyah, menganggap Tuhan itu berjizim seperti makhluk (faham mujasimah).
  10. Dalam fiqih dibenarkan menampal-nampal ( mencampur aduk) Mazhab atau talfiq.
  11. Mengambil sumber Al-Qur’an dan Hadits tanpa ijma’ ulama dan kias.
  12. Melarang keras umat Islam berdoa dengan tawasul.
  13. Melarang menziarahi kuburan/makam, bahkan menziarahi makam Rasulullah SAW sekalipun.
  14. Menghancurkan bangunan di atas tempat kelahiran Rasulullah SAW di Suq Al-Leil, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya milik keluarga dan sahabat Rasulullah SAW.
  15. Melarang memuji-muji Rasulullah SAW seperti membaca Qasidah, Barzanji, Burdah, Shalawatan, dll.
  16. Melarang doa bersama, dzikir bersama, istighosah, tahlilan, Yaasinan, dll.
  17. Melarang umat Islam merayakan Maulid Nabi SAW, Isra’ Mi’raj dan semua perayaan hari besar Islam yang lainnya.
  18. Melarang mempelajari “sifat 20” dan menuduh sesat faham Asy’ari yang jadi pondasi faham Ahlu Sunnah wal Jama’ah.
  19. Melarang amalan Thoriqoh seperti Naqsabandiyah, Qodiriyah, Syadzilyah, dll.
  20. Berkarakter Takfiri (suka menuduh kafir) dan Tadhlil (suka menuduh sesat) sesama muslim yang tidak ikut pahamnya.

Kejahatan Kerajaan Wahabi Saudi Arabia:

  1. 1. Menghancurkan situs-situs Islam dengan alasan “merusak kemurnian tauhid”, namun di sisi lain situs simbol iblis ada dimana-mana. Misalnya, simbol Dajjal bermata satu bertebaran di seluruh negeri dalam bentuk monumen-monumen di beberapa kota besar di Saudi Arabia. Simbol mata satu juga menjadi simbol resmi negara (bisa dilihat pada logo badge di baju dinas aparat atau mobil dinas aparat kerajaan Saudi Arabia).
    Di samping itu simbol Lucifer / tanduk setan (yang sangat familiar bagi siapa saja yang memahami bahasa simbol Illuminati) juga bisa dilihat di Abraj Al-Bait Tower di Mekkah. Di sini simbol ini dipasang di tempat yang jauh lebih tinggi dari lafadz “ALLAH”. Abraj Al-Bait Tower adalah sebuah kompleks bangunan hotel yang dirancang mampu menampung 10.000 orang. Bangunan ini terletak terletak di kota Mekkah, tepat di atas Ka’bah kiblat umat Islam. Lokasi ini berada di seberang jalan Masjidil Haram.
    Walaupun di dalam naskah resmi Abraj Al-Bait ini diperuntukkan bagi kaum muslim, namun pada kenyataannya Abraj Al-Bait dikelola oleh jaringan Fairmont Hotel. Benyamin Swig, seorang tokoh zionis Yahudi dan banker kenamaan dunia adalah pendiri Fairmont pada tahun 1945. Fairmont ini juga mengelola banyak kasino dan pusat judi di onte Carlo, Las Vegas dan lain-lain. Sungguh aneh jika penguasa Saudi Arabia begitu mudah memberi izin perusahaan maksiat dan zionis ini mengelola komplek hotel yang berdiri sangat megah mengangkangi Baitullah dan Masjidil Haram. Sejak Abraj Al Bait Tower ini selesai dibangun, semua orang yang sedang berhaji atau berumroh bisa menyaksikan simbol tanduk setan di puncak Abraj Al-Bait Tower ini.
  2. Mengundang Amerika (baca: Yahudi) untuk mengeksplorasi minyak di Timur Tengah
  3. Memberi kesempatan bagi Amerika untuk membangun pangkalan militer di Arab Saudi, untuk menghancurkan Iraq dengan alasan yang dibuat-buat bahwa Irak punya senjata pemusnah massal, yang tidak pernah terbukti sampai sekarang. Akibat kejahatan Amerika ini ratusan ribu muslimin Iraq terbunuh, termasuk Saddam Hussein yang dijatuhi hukuman mati. Tujuan Amerika adalah hanya satu, yaitu menguasai ladang² minyak di Irak.
    Saudi Arabia terus bersekutu dengan musuh-musuh Islam. Jadi jangan heran bila sampai sekarang Arab Saudi berdiam diri saat Palestina dicabik-cabik Yahudi. Termasuk kini saat pemindahan ibukota Israel ke Yerusalem, Kerajaan Arab Saudi berdiam diri sebab memang Kerajaan ini selalu bersekutu dengan Yahudi karena kerajaan ini lahir dengan dukungan Yahudi.
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *