Terowongan Khusus Untuk Gajah di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Ada yang menarik dari peresmian jalan tol ruas Pekanbaru-Dumai (Permai) sepanjang 131,48 kilometer (km) yang dilakukan secara virtual oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. Disana, pemerintah membangun terowongan kusus gajah di jalan tol Pekanbaru-Dumai (Permai). Ini adalah terowongan pertama di Indonesia yang dikhususkan bagi satwa bernama latin Elephas maximus sumatranus dan menjadi subspesies dari gajah asia.

Pembagungan lima underpass khusus untuk gajah sumatra di ruas tol Pekanbaru-Dumai sengaja dilakukan agar tidak memutus daerah jelajah dari hewan yang dilindungi dan terancam punah itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebagaimana pernyataan resmi yang didapat hajinews.id, terowongan khusus gajah yang dibuat oleh PT Hutama Karya Infrastruktur, selaku kontraktor pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra di ruas Permai, menghabiskan anggaran senilai Rp12,18 triliun ini. Setiap terowongan memiliki ukuran bervariasi antara lebar 25 meter hingga 45 meter dengan tinggi 4,5-11 meter disesuaikan dengan ukuran dan berat tubuhnya yang bisa mencapai 6-7 ton.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melalui keterangan resmi mengatakan bahwa dalam pengerjaan proyek strategis nasional (PSN), seperti jalan tol, tak bisa dihindari tindakan membelah kawasan konservasi habitat satwa dilindungi. Itulah sebabnya, harus dibuatkan perlintasan khusus bagi satwa.

Ada lima terowongan yang dibangun dan semuanya terdapat di Seksi IV antara Kandis Utara dan Duri Selatan sepanjang 26,5 km. Masing-masing terdapat di Km 61+705, Km 69+154, Km 71+992, Km 72+950, dan Km 74+400. Di ruas tersebut terdapat dua kawasan suaka margasatwa, Balai Raja dan Giam Siak Kecil-Bukit Batu dengan populasi fauna antara lain gajah sumatra, harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus), dan tapir (Tapirus indicus).

Mengutip data Rimba Satwa Foundation (RSF) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, populasi gajah sumatra liar yang menetap di Balai Raja saat ini tersisa tujuh ekor. Sebelumnya ada delapan ekor dan berkurang sejak kematian Dita, gajah betina 25 tahun, pada Oktober 2019, karena sakit. Gajah tertua yang menetap di Balai Raja adalah Seruni, seekor betina berusia 42 tahun yang dua tahun silam melahirkan Rimba. Sedangkan di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, terdapat 50-60 gajah liar yang menetap di dalamnya. (Diolah dari berbagai sumber)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *