Wasiat Rasulullah SAW Rutin Kerjakan Salat Dhuha Raih Keistimewaannya dicatat Sebagai Orang Taat

Wasiat Rasulullah SAW Rutin Kerjakan Salat Dhuha Raih Keistimewaannya dicatat Sebagai Orang Taat
salat dhuha
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Wasiat Rasulullah SAW Rutin Kerjakan Salat Dhuha Raih Keistimewaannya Dicatat sebagai Orang Taat

Hajinews.id – Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk rutin mengerjakan salat dhuha.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Salat dhuha memiliki banyak keistimewaan atau keutamaan bagi umat muslim jika rutin dikerjakan.

Saking istimewanya, Nabi Muhammad SAW sempat berwasiat kepada sahabatnya dan untuk umat Islam.

Dalam sejumlah hadits shahih disebutkan berbagai keutamaan salat dhuha. Apalagi jika dilaksanakan saat bulan puasa Ramadan.

“Salat dhuha adalah wasiat khusus dari Nabi kepada Abu Hurairah dan kepada seluruh umat beliau secara umum.” (Imam Thabari)

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, Salat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan salat witir.” (HR. Bukhari)

Merutinkan salat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang yang taat.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan salat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat salat Dhuha karena ia adalah salat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)

Jelas dari hadits tersebut, bahwasanya Rasulullah mewasiatkan umatnya untuk sebisa mungkin merutinkan salat dhuha.

Merutinkan salat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang yang taat.

Keutamaan Salat Dhuha

Berikut keutamaan atau keistimewaan mengerjakan salat dhuha bagi seorang muslim, yang dilansir Bangkapos.com dari sejumlah sumber:

1. Salat dhuha dua rakaat sebagai pengganti tasbih, tahmid dan tahlil

Rasulullah bersabda:

“Setiap pagi ada kewajiban untuk tiap-tiap persendian bersedekah. Tiap-tiap tasbih itu sedekah, tiap-tiap tahlil sedekah, tiap-tiap tahmid sedekah, tiap-tiap takbir sedekah, tiap-tiap menganjurkan kebaikan sedekah, tiap-tiap mencegah yang mungkar sedekah dan cukup menggantikan semua itu dengan dua rakaat salat dhuha”. (HR Muslim)

2. Dua Rakaat Dhuha sebagai Sedekah

“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat salat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”

Dari Abu Dzar al-Ghifari RA, ia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan salat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim)

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

4. Ghanimah Terbanyak

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:

Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.

Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.

Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).

Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”

Mereka menjawab; “Ya!”

“Barangsiapa berwudhu kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk melaksanakan salat dhuha, maka hal itu adalah peperangan yang paling dekat, ghanimah yang paling banyak, dan kembalinya lebih cepat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

5. Berpahala Umroh

Yakni jika dikerjakan satu paket dengan salat Subuh berjamaah di Masjid. Maksudnya, seseorang menunaikan salat Subuh berjamaah di Masjid lalu tidak pulang, ia menetap di Masjid untuk dzikir atau ibadah lainnya, lalu ketika tiba waktu dhuha, ia menunaikan salat dhuha baru pulang ke rumah.

Sesuai dengan isi hadist dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan salat wajib maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan salat Dhuha maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah. (Shahih al-Targhib : 673)

6. Dibangunkan Sebuah Rumah di Surga

Untuk yang rajin mengerjakan salat dhuha maka akan mendapat sebuah rumah yang dibangun di dalam surga.

Hal ini sesuai dengan isi hadist Nabi Muhammad SAW : “Barang siapa yang salat dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami’ : 634)

7. Salat Dhuha di Awal Pagi, Ganjaran Langsung di Sore Hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata: Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, salatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan salat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)

8. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan salat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan,” (HR Tirmidzi).

Waktu Salat Dhuha

Waktu salat dhuha terbentang sejak matahari naik hingga condong ke barat. Artinya, di Indonesia, waktu salat dhuha terbentang selama beberapa jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum masuk waktu dhuhur.

Waktu yang lebih utama adalah seperempat siang. Di Arab, waktu itu ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak.

Sebagaimana sabda Rasulullah:

Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan salat dhuha (di awal pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa salat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Salat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)

Waktu yang Sangat Penting

“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang yang menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta membinanya, demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”(QS. As-Syams:1-10).

Istilah dhuha dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur’an. Kita dapat menemukan istilah dhuha kurang lebih pada tujuh tempat. Di satu tempat (QS Thaha [20]:59; AI-‘Araf [7]:98; An-Nazi’at [79]:46), kata dhuha diartikan sebagai “pagi hari” atau sebagai “panas sinar matahari” di tempat lainnya (QS Thaha [20:119]). Istilah dhuha juga bisa mencakup kedua makna itu sehingga diartikan “sinar matahari di pagi hari” (QS As-Syams [91]:1).

Pada tempat lain (QS An-Nazi’at [79]:29), kata dhuha diartikan sebagai Siang yang terang. Namun, makna dhuha ini barangkali tidak merujuk pada keadaan terangnya siang di tengah hari yaitu waktu dzuhur.

Pada pembukaan surah AdDhuha, Allah berfirman, ”Demi waktu dhuha.” Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting.

Batas Waktu Salat Dhuha

Salat dhuha dikerjakan umat muslim ketika waktu dhuha.

Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya hingga menjelang waktu zuhur.

Waktu salat dhuha terbentang sejak matahari naik hingga condong ke barat. Artinya, di Indonesia, waktu salat dhuha terbentang selama beberapa jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum masuk waktu zuhur.

Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan salat Dhuha (di awal pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa salat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Salat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)

Istilah dhuha dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur’an. Kita dapat menemukan istilah dhuha kurang lebih pada tujuh tempat.

Di dalam QS Thaha [20]:59; AI-‘Araf [7]:98; An-Nazi’at [79]:46), kata dhuha diartikan sebagai “pagi hari” atau sebagai “panas sinar matahari” di tempat lainnya (QS Thaha [20:119]).

Istilah dhuha juga bisa mencakup kedua makna itu sehingga diartikan “sinar matahari di pagi hari” (QS As-Syams [91]:1).

Pada tempat lain (QS An-Nazi’at [79]:29), kata dhuha diartikan sebagai Siang yang terang. Namun, makna dhuha ini barangkali tidak merujuk pada keadaan terangnya siang di tengah hari yaitu waktu zuhur.

Menurut Ustadz Abdul Somad, waktu salat dhuha mulai 12 menit setelah matahari terbit dan selesainya 10 menit sebelum waktu zuhur.

Ustadz Abdul Somad mengatakan, jika matahari sudah naik kira-kira satu tombak, itulah yang disebut dengan awal waktu dhuha.

“Setelah diukur menurut ilmu astronomi matahari naik setinggi tombak, kira-kira 12 menit setelah matahari terbit. Jadi kalau matahari terbit jam 6:00, waktu duha dimulai jam 6:12,” ungkap alumnus Universitas Al Azhar Kairo dan Universitas Darul Hadits Maroko tersebut,

Sumber : Bangka Pos

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar