Joe Biden Jadi Presiden AS, Perang Dagang dengan Cina apakah Berlanjut?

Presiden terpilih AS, Joe Biden. Foto: Dok Gage Skidmore
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Joe Biden memenangi Pilpres AS 2020 mengalahkan petahana Donald Trump. Dengan terpilihnya pria 77 tahun ini diharapkan memberi sentimen positif bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menilai AS di bawah kendali Joe Biden akan memberikan harapan baru bagi aktivitas dagang AS dan dunia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Khususnya dari Cina dan negara-negara lain yang dianggap melakukan persaingan dagang yang tidak sehat,” kata Shinta, Minggu (8/10/2020).

Hal itu tercermin dalam presentasi atas rencana kebijakan ekonomi Joe Biden berjudul Made in All of America yang menunjukkan adanya political will untuk memproteksi pasar AS guna penciptaan lapangan kerja.

Kendati demikian, kebijakan presiden baru negari paman Sam itu diyakini lebih akan mengupayakan terjadinya keseimbangan antara proteksi pasar AS dari impor.

“Karena itu, Biden kemungkinan besar tidak serta merta akan menghentikan trade war, review ataupun penyelidikan-penyelidikan dagang terkait aktivitas perdagangan AS dengan negara-negara lain,” tegasnya

Oleh karena itu, dia memastikan, pada prinsipnya kebijakan Biden akan relatif sama dengan Trump. Hanya saja konsep yg diusung Biden lebih terstruktur (bukan sporadis seperti Trump), sehingga mengarah pada konsep “fair Trade”.

“Joe Biden akan lebih terbuka untuk menciptakan kompromi dagang yang mengarah pada konsep “fair trade” ini dengan negara-negara yang saat ini sedang sangat ditekan oleh kebijakan perdagangan Trump,” pungkasnya.

Sementara itu, ekonom Senior Faisal Basri berpendapat, kemenangan Biden akan kurang menguntungkan Indonesia. Hal ini karena Partai Demokrat dilihat akan memiliki banyak agenda yang hanya mengutamakan penekanan defisit anggaran.

“Nah kalau Partai Demokrat itu cenderung akan menahan defisit, menurunkan defisit, akan menaikkan pajak untuk orang kaya. Nah itu bagus untuk ekonomi AS, artinya strengthening Dolar AS karena defisitnya turun. Nah akibatnya apa? Rupiahnya melemah. Jadi faktor eksternalnya yang bersifat eksogen dari Amerika, very unfortunate. Ingat enggak waktu Pak Harto jatuh? Presidennya Demokrat,” katanya dalam webinar DPP PAN, Rabu (4/11/2020).

Selain itu, menurut Faisal Partai Demokrat akan lebih ketat dalam memberikan insentif atau menjalin kerja sama dengan negara lain, misalnya Indonesia.

“Partai Demokrat kalau mau ngasih banyak banget syaratnya, human rights, harus dimasukkan, yang begitu-begitu,” tukas Faisal. (mh)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar