Reka Ulang Atau Rekayasa Ulang ?

Reka Ulang Atau Rekayasa Ulang ?
Rekonstruksi penembakan laskar FPI
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Hajinews – Sekawanan perampok, membunuh satu keluarga. Tak ada saksi dalam peristiwa itu, yang ada hanya pelaku perampokan. Kemudian perampok diminta melakukan rekonstruksi kejadian.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perampok menyebut, tidak merampok. Dia hanya membela diri, ketika ada orang rumah tempat mereka mampir istirahat di emperan rumah hendak mengambil harta perbekalan.

Perampok mengaku, sedang melakukan perjalanan malam. Mereka mengaku sebagai musafir, bukan perampok.

Keluarga jauh yang melakukan komunikasi akhir, adanya kegaduhan dari ujung telepon tidak dilibatkan dalam rekonstruksi. Pembantu pemilik rumah, yang sebelumnya pergi meninggalkan rumah dan mengetahui adanya perampok yang menghampiri rumah tidak juga dilibatkan.

Kisah di atas hanyalah ilustrasi. Tak ada kaitannya, dengan rekonstruksi kejadian di TKP yang dilakukan oleh kepolisian, terkait tewasnya 6 anggota FPI oleh tembakan anggota Polda Metro Jaya.

Menurut hasil rekonstruksi polisi, Polisi menembak empat anggota Laskar FPI di sekitar KM 50 Tol Jakarta-Cikampek. Penembakan dilakukan karena keempat anggota FPI itu diduga melawan dan berupaya merebut senjata polisi.

Hal ini , ‘agak’ berbeda dengan cerita adanya ‘tembak-tembakan’ yang menewaskan 6 anggota FPI sebagaimana dituturkan Kapolda Metro Jaya. Agak berbeda, seperti perbedaan kepemilikan senjata oleh FPI yang mulanya senjata organik menjadi senjata rakitan.

Selanjutnya, dalam rekonstruksi yang dilakukan Bareskrim dijelaskan bahwa polisi dan anggota FPI sudah terlibat baku tembak sejak di Jalan Internasional Karawang. Polisi akhirnya menangkap keenam anggota FPI yang menaiki mobil Chevrolet Spin di rest area KM 50 Tol Jakarta-Cikampek

Namun di rest area tersebut, dua anggota FPI diduga sudah tewas oleh baku tembak sebelumnya. Kedua tubuh anggota FPI itu kemudian diangkut dengan mobil Avanza milik polisi.

Sementara itu, empat anggota FPI yang masih hidup dibawa dengan mobil Daihatsu Xenia menuju Polda Metro Jaya. Dalam mobil itu, ada tiga polisi yang mengawal. Dua polisi duduk di depan, satu polisi di tengah bersama satu anggota FPI, sementara tiga anggota FPI lainnya duduk di bangku belakang. Mereka tak diborgol.

Dikabarkan, sekitar satu kilometer dari rest area itu, para anggota FPI melawan dan berupaya merebut senjata polisi. Karena itu, polisi akhirnya menembak mereka. Tamat.

Pihak kepolisian dapat melakukan penyelidikan dan reka ulang kejadian (rekonstruksi), dan mengabarkan hasilnya kepada publik. Hanya yang menjadi persoalan, apakah penyelidikan yang dilakukan kepolisian independen ? Profesional ? Objektif ? Imparsial ? Dan yang terpenting transparan ?

Hal ini, nampaknya yang akan menyebabkan kesimpulan penyelidikan dari pihak kepolisian tidak otoritatif dan tidak legitimate. Penyelidikan seperti ini, hanya cenderung digunakan untuk melegitimasi peristiwa versi kepolisian.

Publik akan mempertanyakan, rekonstruksi yang dilakukan polisi apakah benar-benar reka ulang peristiwa, atau rekayasa ulang. Sejak awal, penjelasan dari kepolisian tidak konsisten dan bertentangan dengan logika.

Saya khawatir, kesalahan penanganan kasus ini mengakibatkan jatuhnya kepercayaan publik kepada lembaga kepolisian. Bahkan, lebih jauh akan menurunkan wibawa dan kepercayaan rakyat terhadap Negara

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *