Ancaman Resesi Saat Pandemi, BRI Komitmen Dalam Hal Ini

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Pandemi yang berkepanjangan mau tidak mau menyebabkan Perekonomian ikut melemah dan menyebabkan resesi di hampir semua negara. Namun tiap negara mempunyai kiat sendiri dalam menangani hal ini.

Di tanah air sendiri BRI sebagai badan perbankan milik negara berkomitmen untuk tetap bisa meningkatkan perekonomian kerakyatan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam paparan kerja kuartal III-2020, Rabu (11/10/2020), Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, realisasi kredit secara konsolidasi mencapai Rp935,35 triliun. Atau tumbuh 4,86% dibandingkan periode sama tahun lalu, yang mencapai Rp891,97 triliun. Capaian ini sungguh menjadi kabar baik di tengah lesunya perekonomian karena pandemi COVID-19. “BRI mampu mencatat pertumbuhan kredit dan simpanan yang positif dan lebih baik dari industri perbankan nasional,” kata Sunarso.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan hanya 0,12% per September 2020. Namun, BRI tetap optimis dan konsisten menjalankan strategi business follows stimulus, atau bisnis mengikuti stimulus yang digelontorkan pemerintah. Sehingga dapat mendorong daya beli atau permintaan masyarakat.

Caranya, lanjut dia, dengan mengerahkan sumber daya BRI untuk fokus membantu penyaluran berbagai stimulus pemerintah kepada masyarakat sehingga mengungkit permintaan terhadap kredit. Adapun fokus penyaluran kredit, kata dia, diarahkan kepada kredit dengan skema penjaminan di antaranya kredit usaha rakyat (KUR), KUR supermikro, dan kredit modal kerja.

Sunarso menjelaskan strategi itu juga sekaligus akan memberikan sinyal kepada investor untuk tetap berinvestasi di BRI. “Dengan mekanisme itu, kita tunjukkan sinyal bahwa kami tidak ngawur, kami sangat hati-hati mengikuti kebijakan makro dan hati-hati dalam pengelolaan risiko dengan pencadangan,” katanya.

Dari total penyaluran kredit, pendukung utama dari segmen mikro mencapai Rp328,7 triliun atau naik 8,91% dibandingkan periode sama tahun lalu, kemudian ritel dan menengah Rp283,02 triliun atau naik 9,93%. Selanjutnya, segmen UMKM mencapai Rp754,33 triliun atau naik 8,28 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar RpRp696,63 triliun.

Komposisi kredit kategori UMKM tumbuh signifikan dari semula porsinya 78,1 persen pada triwulan III 2019 menjadi 80,65 persen pada kuartal III 2020 terhadap total realisasi kredit. “Ini merupakan milestone perseroan di mana untuk pertama kalinya BRI mampu mencapai porsi kredit UMKM 80,65 persen, cita-cita 80 persen porsi kredit UMKM tercapai akhir 2022. Ini hasil melakukan refocusing kepada segmen UMKM,” imbuhnya.

Sedangkan, rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 3,12 persen dan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1.131,93 triliun atau naik 18 persen dari Rp959,24 triliun, yang didominasi dana murah (CASA) sebesar 59,02 persen dengan nominal mencapai Rp668,1 triliun. Untuk loan to deposit ratio (LDR) tercatat sebesar 82,63 persen dan rasio permodalan (CAR) mencapai 20,92 persen yang menunjukkan likuiditas bank BUMN ini masih bisa tumbuh dan ia menyebut tidak ada masalah dalam modal.

Sementara itu, BRI mencatat laba konsolidasi hingga akhir September 2020 mencapai Rp14,15 triliun dan aset konsolidasi Rp1.447,85 triliun. “Dalam situasi ini, kita kejar laba atau selamat dulu? Saya memilih mencari selamat dulu artinya kita harus sediakan cadangan apabila sewaktu-waktu terjadi pemburukan. Pilihan kita laba tetap positif tapi tidak sebesar tahun lalu,” imbuhnya.

– nenden – dbs

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *