8 Nasihat Syekh Ali Jaber yang Patut Diingat

8 Nasihat Syekh Ali Jaber yang Patut Diingat
Syekh Ali Jaber
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Kabar duka datang dari Syekh Ali Jaber, seorang ulama asal Kota Nabi yang ceramahnya dapat menyejukkan hati. Ia meninggal pada Kamis 14 Januari 2021.

Dakwahnya yang penuh kedamaian, penyampaiannya sangat rinci, dilengkapi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits, membuat kehadiran Syekh Ali Jaber dapat diterima masyarakat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Banyak pesan yang sudah disampaikan semasa hidupnya, yang tentu saja bisa menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia khususnya. Berikut beberapa pesan dari Syekh Ali Jaber yang dirangkum

1. Tak ada yang kebetulan, semua adalah takdir

Saya percaya satu hal, di dunia ini tidak ada yang terjadi kebetulan. Semuanya di bawah naungan takdir Allah. Kita tahu ada perkataan Umar bin Khattab ra, “kita lari dari satu takdir ke takdir yang lain.”

2. Keridhoan Allah, saat dirinya jadi korban penusukan

Saya tidak mau kasus yang menimpa saya ini dikaitkan dengan persoalan atau isu-isu politik. Itu nanti tugas Pemerintah. Saya hanya ingin menganggap ini sebagai kejadian yang menimpa diri saya pribadi. Karena kalau saya menyampaikan asumsi-asumsi, saya akhirnya akan berburuk sangka. Dan saya tidak mau.

Saya selalu menargetkan dalam berdakwah, targetnya adalah keridhoaan Allah. Orang terima, tidak terima; senang, tidak senang, itu diluar kekuasaan saya. Jamaah memuji, jamaah mencaci maki, itu saya kembalikan ke masing-masing.

3. Cara menasihati orang

Kalau ada orang mau memberi nasihat, kalau ia datang tujuan utamanya supaya bisa menegur kesalahan orang tersebut, itu sudah salah. Karena itu kondisinya kita sudah merasa benar dan orang yang kita mau nasihati itu murni salah.

Jadi, yang tepat kita memilih redaksi yang paling baik sehingga seseorang akan merasa ia sedang diajak berubah menjadi lebih baik, bukan disalahkan. Karena tugas kita hanya menyampaikan.

4. Allah menutupi aib seseorang

Setiap dari kita memiliki aib karena berdosa, tapi Allah menutupi aib kita. Coba bayangkan kalau setelah berdosa, Allah jadikan tubuh kita berbau. Karena itu, kita jangan mencampur urusan Allah. Saya selalu menyatakan, jangan pandangi wanita yang belum berjilbab sebagai wanita yang buruk.

Barangkali ia memiliki dua rakaat tahajud yang membuatnya terangkat derajatnya di sisi Allah SWT. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang diperbuat hamba dengan Allah. Masing-masing mungkin memiliki kebaikan di sisi Allah yang manusia tidak pernah tahu.

Makanya saya teringat hadis Qudsi: “Ya Ibn Aadam, law balaghat dzunuubuka ‘anaana as-samaa’, tsumma-staghfartanii, laghafartu laka maa kaana minka wa laa ubaalii” (wahai anak Adam, andaikan dosamu mencapai ujung langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, Aku pasti ampuni apa yang telah engkau perbuat dulu, dan Aku tidak memperdulikannya lagi) (H.R At-Tirmidzi dari Anas bin Malik)

5. Mendoakan orang lain

Saya selalu berprinsip, kalau ada orang yang melakukan kesalahan kepada saya, saya berdoa semoga Allah mengampuninya. Jika kebalikannya, saya berdoa agar Allah mengampuni dosa saya. Sudah, selesai, tidak perlu diperpanjang.

6. Cara mendekatkan diri dengan Nabi

Maukah anda memiliki kontak batin dengan Nabi Muhammad? Cobalah setiap melakukan sesuatu yang dikerjakan Nabi Muhammad, niatkan apa yang dikerjakan itu meniru apa yang pernah dilakukan Nabi Muhammad.

7. Tak hanya melarang seseorang, tapi juga menjelaskan kenapa tidak boleh dilakukan

Dalam menjelaskan agama ini, kita jangan hanya melarang, tapi menjelaskan apa gantinya dan betapa yang menggantikan itu jauh lebih baik dari yang dilarang.

Misalnya, kita mendakwahi orang jangan meminum minuman keras atau narkoba, lalu apa jawaban kita ketika ditanya “lantas, apa gantinya?” Karena itu, kita perlu belajar mendorong memberitahukan hal-hal baik dan menanamkan itu dilakukan demi “meniru Nabi Muhammad.”

8. Belajar Islam dari ajaran, bukan perilaku orang

Belajar Islam dari ajarannya, bukan melihat perilaku orangnya. Karena setiap muslim, hakikatnya bukan wakil tunggal Islam, apalagi wakil Allah. Karena kita belum tentu benar-benar mencontoh ajaran Islam.

Sumber : reqnews

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *