Gus Baha; Belum Mampu Naik Haji, Bisa Memberi Uang Saku ke Orang Yang Pergi Haji

Gus Baha: Anjing Tidak Najis di Semua Periode Islam
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Dua tahun belakangan ini, nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha’ adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah yang sedang viral.

Gus Baha’ dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur’an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, K.H. Maimun Zubair.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang.

Ayah Gus Baha’ (KH. Nursalim) merupakan murid dari KH. Arwani al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Salam al-Hafidz Kajen Pati, yang nasabnya bersambung kepada para ulama besar.

Dalam menjaga sekaligus membumikan al-Qur’an, ayah Gus Baha’ bersama dengan sahabatnya Gus Miek (KH. Hamim Jazuli) pada waktu itu beliau berdua membuat gerakan, yaitu dengan menyelenggarakan semaan Al-Qur’an secara keliling dari satu tempat ke tempat lain.

Gerakan tersebut pada awalnya diberi nama Jantiko (Jamaah Anti Koler). Nama gerakan Jantiko kemudian mengalami perubahan menjadi Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto) disertai Dzikrul Ghafilin.

Ada pesan khusus yang disampaikan Gus Baha’ dalam setiap ia memebrikan pengajian. Kali ini membahas soal Haji.

Menurut Gus Baha’, kalau kita Tidak mampu naik haji jangan dijadikan alasan bagi kita untuk memutus harapan berhaji.

“Seandainya kita tidak mampu naik haji, kita tetap perlu menunjukkan keseriusan dalam berhaji melalui orang yang berhaji. Salah satu caranya dengan ikut merasa senang dengan orang yang berhaji,” paparnya Gus Baha’.

Gus Baha’ memberikan contoh. “Misal kamu belum mampu berhaji, maka berilah uang orang yang berangkat haji. Perbuatan kecil ini, mengandung hikmah supaya rezeki kita ikut terbawa ke tanah suci. Agar sebagian rezekimu ikut mengantar dia ke Makkah. Jadi kamu pede,” jelasnya.

Gus Baha mendasarkan pendapat ini atas dasar kaidah fikih, jika kita tidak mampu ideal, maka jangan tinggalkan semuanya.

Menurut Gus Baha, logika ini memang kadang tidak bisa diterima logika Orang-orang modern.

“Dalam logika orang modern, orang yang mampu berhaji seharusnya menyantuni orang di sekitarnya yang belum mampu berhaji.

“Orang yang mampu berhaji kok malah disantuni oleh orang yang tidak mampu berhaji..? Tapi dalam logika hikmah agama, tidak demikian. Justru bagi orang yang belum mampu naik haji, ikut memberi uang kepada orang berhaji menunjukkan rasa cinta kita kepada tanah suci,” jelanya.

Bahkan dengan memberi uang kepafa orang yang pergi haji, imbuh Gus Bahak’ sebagai upaya mendekatkan diri kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang makamnya ada di tanah suci.

“Yang penting, niatnya ditujukan untuk menghormati orang berhaji, dan mencintai ibadah haji,” katanya.

Gus Baha ternyata sering melakukannya sendiri, yakni memberi uang kepada teman-temannya yang mondok di Makkah. Beliau menceritaan, bapak beliau sempat menyuruh untuk mondok ke Makkah. Namun beliau memilih untuk tetap menuntut ilmu di Indonesia. Meski demikian, beliau tetap memberi uang saku kepada teman-teman beliau yang berangkat ke Makkah.

“Tapi saya kasih mereka uang Real. Saya akali. Karena kalau saya kasih Rupiah, khawatir dibelanjakan di Indonesia!,” kata Gus baha’ disambut tawa jama’ah. (Disarikan dari pengajian Gus Baha’ dan berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *