Tak Sesuai Realita, Jokowi Terus Klaim Berhasil, Media Asing Soroti Kondisi Indonesia Usai Lewati 1 Juta Kasus Covid-19

Tak Sesuai Realita, Jokowi Terus Klaim Berhasil, Media Asing Soroti Kondisi Indonesia Usai Lewati 1 Juta Kasus Covid-19 (foto: mbisnis)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Bak panggang jauh dari api, terus-terusan diklaim Jokowi Indonesia berhasil atasi krisis, media asing soroti kondisi Indonesia sesungguhnya usai lewati 1 juta kasus Covid-19.

Adapun dua krisis yang dimaksud yakni krisis pandemi dan krisis ekonomi sepanjang 2020 dan memasuki 2021.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kita bersyukur Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik,” kata Jokowi dalam acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja (PGI) di Indonesia melalui tayangan YouTube Yakoma PGI, Senin (25/1/2021).

Namun sayangnya, klaim tersebut justru dinilai tak sesuai realita situasi pandemi di Indonesia saat ini.

Tanggapan pakar Singapura

Pakar sosiologi bencana dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir menilai, klaim Jokowi hanya sebatas pernyataan politik yang bertujuan menghindari kecaman publik.

“Statement Pak Jokowi itu lebih sebagai statement politik yang tujuannya self defense dan menghindari kecaman publik. Sayangnya, statement tidak sesuai dengan realita pandemi,” kata Sulfikar dilansir Kompas.com, Selasa (26/1/2021).

Sulfikar kemudian membeberkan berbagai realita pandemi yang terjadi, mulai dari jumlah kasus Covid-19 yang menembus satu juta per Selasa (26/1/2021) hingga tenaga kesehatan yang sudah kelelahan.

Selain itu, ia melihat realita yang ada justru semakin menunjukkan buruknya penanganan pandemi di Indonesia.

Menurut dia, hal ini juga mengindikasikan kegagalan penanganan pandemi di Indonesia.

“Rumah sakit kolaps, kuburan penuh, dan sebagainya ini adalah indikasi bahwa Indonesia sudah gagal menangani pandemi.

Jika itu saja diklaim sebagai keberhasilan, mau nunggu sampai seberapa buruk untuk bilang kita sudah gagal?” kata dia.

Sulfikar berpandangan, saat ini Indonesia mengalami masalah yaitu pola penyangkalan dari pemerintah yang semakin hari semakin buruk.

Ironisnya, penyangkalan tersebut ditunjukkan oleh Kepala Negara yaitu Presiden Joko Widodo.

Padahal, kata dia, dalam prinsip crisis management, seharusnya hal seperti ini tidak ditunjukkan atau dilakukan oleh seorang Kepala Negara.

Sebaliknya, ia mengatakan, Presiden Jokowi harusnya mengaku kepada publik terkait kelemahan pemerintah dalam penanganan pandemi.

“Hanya dengan mengakui kelemahan, kita bisa memperbaiki diri dan mampu melewati masa krisis dengan baik,” ucap Sulfikar.

Sayangnya, ia menyebut pengakuan itu sama sekali tidak ditunjukkan oleh Presiden Jokowi.

Oleh karena itu, ia khawatir penanganan pandemi di Indonesia bisa semakin buruk jika pemerintah tak terbuka.

Menurut dia, seharusnya Presiden Jokowi sudah mengakui buruknya penanganan pandemi sejak 5 bulan yang lalu.

Hal ini ditunjukkan dengan mengganti menteri kesehatan. “Kalau saja Pak Jokowi mengakui kesalahan 5 bulan yang lalu dan segera mengganti menkes pada saat itu, mungkin situasi tidak seburuk sekarang,” kata dia.

Dengan kondisi seperti itu, beberapa media asing menyoroti lonjakan kasus infeksi virus corona di tanah air yang telah melampaui angka 1 juta pada Selasa (26/1/2021).

Kantor berita AFP melaporkan lonjakan kasus infeksi virus corona di Indonesia dengan judul “Indonesia passes one million coronavirus cases” atau berarti Indonesia telah melampaui 1 juta kasus virus corona.

AFP juga menyatakan bahwa dengan tingkat pengujian rendah di Indonesia, kasus infeksi diyakini jauh lebih parah dibandingkan dengan yang ditunjukkan melalui angka.

Media Perancis itu juga mengabarkan bagaimana rumah sakit-rumah sakit di Indonesia kewalahan dengan kasus infeksi Covid-19.

Menjadikan Indonesia sebagai ‘satu negara yang paling terdampak di Asia’. Media AFP juga mengutip pernyataan pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono yang mengatakan, “Saya pikir kami telah mengalami 1 juta kasus Covid-19 sejak lama.”

Riono mengibaratkan, “Kami masih mendaki sebuah gunung dan kami bahkan tidak tahu di mana puncaknya. Ini adalah pendakian yang tiada pernah berakhir.”

Sorotan Media Asing

Tak hanya AFP, media Australia ABC mengabarkan lonjakan kasus infeksi virus corona di Indonesia dengan judul “Indonesia set to pass 1 million coronavirus cases as vaccinations roll out” atau berarti Indonesia lampaui 1 juta kasus virus corona beriringan dengan peluncuran vaksin”.

Sedikit berbeda dengan AFP, media ABC menyorot bagaimana pendapat warga Indonesia tentang peraturan di tengah pandemi.

Seorang warga ibu kota Jakarta, Sabriyanti (42) mengatakan kepada ABC bahwa dia berharap pemerintah memberlakukan aturan jarak sosial yang lebih ketat.

“Seharusnya pemerintah lebih tegas, karena kita masih bisa melihat keramaian dan mereka yang tidak memakai masker,” ujar Sabriyanti.

Warga lainnya, seorang mahasiswa yang berusia 20 tahun, Muhaimin Zega mengatakan bahwa pemerintah harus memberikan “aturan yang jelas agar masyarakat bisa mengerti.”

“Kita tidak bisa menyalahkan semuanya pada rakyat, itu tanggung jawab pemerintah untuk mengendalikan rakyatnya,” kata mahasiswa itu.

Pemerintah Indonesia juga dikabarkan memulai program vaksinasi dan memperketat pembatasan pergerakan warga pada Januari karena rumah sakit semakin terteran.

 

Indonesia Memiliki Ringkat Pengujian yang Rendah

Media yang berbasis di Sydney itu mengungkapkan bahwa Indonesia juga kerap dikritik karena memiliki tingkat pengujian dan pelacakan yang rendah di dunia.

Mereka juga mengatakan bahwa Indonesia berfokus pada pengamanan vaksin namun mengorbankan upaya penegakan protokol kesehatan.

Sementara media Skotlandia, Evening Express menyoroti seberapa banyak Indonesia membutuhkan dosis vaksin.

Menurut media yang berbasis di Aberdeen itu, Indonesia akan membutuhkan hampir 427 juta dosis vaksin dengan perkiraan sebanyak 15 persen dosis mungkin terbuang percuma selama proses distribusi karena luasnya wilayah negara.

“Sebanyak 15 persen dosis mungkin terbuang percuma selama proses distribusi di negara yang punya lebih dari 17.000 pulau itu, di mana transportasi dan infrastruktur terbatas di beberapa tempat,” ungkap Evening Express.

Media itu juga mengulas tentang Jakarta dengan mewartakan bahwa ibu kota adalah tempat paling terdampak di Indonesia dengan total kasus infeksi 254.000 pada Selasa dan angka kematian mencapai 4.077 jiwa.

Faktanya, melansir AFP yang mengutip dari sumber independen, virus corona telah menewaskan lebih dari 600 dokter, perawat dan pekerja medis lain di Indonesia karena persediaan alat pelindung diri (APD) yang terbatas.(ingeu/dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *