Tokoh Muhammadiyah Di Balik Sejarah Berdirinya Kementerian Agama

Tokoh Muhammadiyah Di Balik Sejarah Berdirinya Kementerian Agama
KH. ABU DARDIRI (1895-1967)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



KH. ABU DARDIRI (1895-1967)

Hajinews – Rapat pleno Fraksi Islam dalam Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah Banyumas pada awal November 1945 berlangsung alot. Salah satu gagasan yang menjadi perdebatan adalah pengadaan kementerian yang mengakomodasi persoalan-persoalan umat Islam meliputi: nikah, talak, rujuk, ibadah haji, pengadilan agama, politik umat Islam, urusan madrasah dan pondok pesantren.

Dengan latar belakang tersebut, Fraksi Islam akhirnya berhasil meloloskan usul pengadaan Kementerian Agama yang akan diajukan dalam Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) pada tanggal 25 November 1945 di Jakarta. Rapat pleno KNI Banyumas sepakat mengutus KH. Abu Dardiri dan Haji Soleh Su’aidy untuk memperjuangkan usulan tersebut dalam Sidang BPKNIP. Abu Dardiri inilah tokoh yang sangat berjasa dalam proses politik di BPKNIP hingga akhirnya terbentuk Kementerian Agama.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Siapakah sebenarnya KH. Abu Dardiri? Riwayat Abu Dardiri Wajahnya tampak bulat bersih. Kulitnya sawo matang.
Memakai kacamata minus dan mengenakan peci hitam. Mengenakan jas hitam necis menujukkan bahwa ia seorang yang berdedikasi tinggi.

Pembawaannya sangat tenang dan berwibawa sehingga banyak orang yang menghormatinya. Ia tercatat sebagai salah satu anggota KNI Banyumas yang cukup berpengaruh. Terbukti, rapat pleno KNI Banyumas mengamanatkan kepadanya untuk memperjuangkan usul pembentukan Kementerian Agama dalam Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) pada 25 November 1945 di Jakarta. Dialah KH. Abu Dardiri, Konsul Muhammadiyah daerah Banyumas. Lahir di Gombong pada 24 Agustus 1895, Dardiri muda adalah seorang terpelajar.

Dalam Riwayat Hidup KH. Abu Dardiri yang ditulis oleh HM. Junus Anis, sosok Dardiri muda pernah bekerja sebagai pegawai kereta api S.D.S. lalu pindah bekerja di pabrik gula. Ia menetap di Purbalingga lalu merintis usaha percetakan yang menggunakan peralatan sederhana. Konon, peralatan cetak masih menggunakan bahan batu (steendrukkerij). Kapasitas produksinya sekitar 300-500 lembar per hari.

Pada tahun 1920, ketika Muhammadiyah cabang Purbalingga berdiri, Abu Dardiri terpilih sebagai ketua. Sambil menjalankan bisnis percetakan, ia berjuang di bawah payung Muhammadiyah cabang Purbalingga.

Bisnis percetakannya terus berkembang. Ia juga berhasil mendirikan percetakan di Jakarta dan Gombong. Muhammadiyah daerah Banyumas menyelenggarakan konferensi daerah untuk memilih konsul.

Dalam konferensi tersebut, Abu Dardiri mendapat suara terbanyak (94 suara), disusul Hasanmiharja (83 suara), dan Soeparman (74 suara). Abu Dardiri terpilih sebagai Konsul Muhammadiyah Banyumas yang membawahi seluruh karesidenan ini.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *