Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 53-55

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 53-55
ilustrasi : tafsir al-quran
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh  K.H. Didin Hafidhuddin
Ahad, 21 Februari 2021

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Bisillahirrahmanirahim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Kita bersyukur kepada Allah SWT masih dapat berjumpa lagi, pada hari ini Ahad tanggal 9 Rajab bertepatan dengan 21 Februari 2021 untuk melanjutkan Kajian Tafsir Al-Quran, hari ini kita sudah sampai pada Surat Az-Zumar ayat 53-55. Kita awali dengan membaca Ummul Kitab “Al-Fatihah”, kemudian kita bersama-sama membaca Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 53-55 artinya, “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya”

Ayat-ayat ini berkaitan dengan Zat Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jika kita atau banyak orang melakukan dosa dan kesalahan, kita tidak boleh putus asa terhadap ramhat Allah, jika kita bertaubat. Paling tidak ada 10 yang berkaitan dengan sifat Allah, yaitu:

  • Ar-Rahman (Mahapengasih),
  • Ar-Rahim (Mahapenyayang),
  • Al-Ghaffar (Mahapengampun),
  • Al-Wahhab (Mahapemberi),
  • Al-Halim (Mahapenyabar),
  • Al-Gahfur (Mahapengampun),
  • Al-Waddud (Mahapencinta),
  • At-Tawwab (Mahapenerima taubat),
  • Al-Afwu (Mahapemaaf) dan
  • A-Rauf (Mahapenyayang).

Allah SWT akan mengampuni semua dosa, asal kita mau bertaubat; kecuali doa musyrik yang terbawa mati. Jika masih sempat bertaubat sebelum meninggal, Allah SWT masih akan mengampuninya. Kita harus yakin bahwa Allah SWT Maha penerima taubat. Kita dianjurkan membaca istighfar setiap hari. Rasulullah SAW saja setidaknya membaca istighfar 100 kali sehari, yang keluar dari hati dan mulut secara tulus. Rasulullah SAW yang ma’sum atau terbebas dari dosa dan kesalahan pun masih melakukan istighfar sangat sering. Apalagi kita ini manusia biasa.

Perintah Allah kepada para hamba-Nya sangat jelas untuk senantiasa bertaubat. Orang yang baru bertaubat itu seakan keluar dari dosanya, seperti orang yang tidak melakukan dosa. Taubat harus menjadi lifestyles kita, karena sehari-sehari kita melakuan dosa dan kesalahan, disadari atau tidak, sehingga kita wajib bertaubat setiap hari. Tangan kita, kaki kita, maka kita, pendengaran kita, dll. Kita sekali lagi, wajib bertaubat setiap hari. Apalagi, yang disebut dengan taubatan nasuha, taubat yang tidak akan mengulanginya lagi. Perhatikan Surat At-Tahrim ayat 8. Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”.

Ada beberapa persyaratan untuk melakukan taubat, dan taubatan nasuha. Taubat itu adalah sebuah kewajiban dari segala macam dosa. Jika dosa atau maksiat itu adalah antara Allah dan hamba-Nya (atau tidak terkait dengan haqqul adami, kesalahan kepada sesama mansuia), maka terdapat tiga cara untuk melakukan taubat, yaitu:

  1. Keluar dari maksiat, atau tidak melakukan dosa dan maksiat tersebut. Misalnya, orang yang sering minum khamar, dia lari dan keluar dari itu, dan tidak mengulanginya lagi.
  2. Merasa sedih, merasa menyesal dengan mendalam dengan hati dan pikiran, karena telah melakukan maksiat atau dosa tersebut. Penyesalan itu sangat penting, karena sesorang mau melakukan perbuatan buruk. Emosinya bergetar karena telah melakukan dosa. Pikirannya, perasannya, rohaninya.
  3. Memiliki azam atau kemauan yang kuat, tidak akan kembali melakukannya. Inilah esensi dari taubat nasuha itu. Setiap kalimat asa, harapan, atau formatna mudah-mudahan, itu sudah merupakan permohonan, insya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Akan tetapi, jika dosa dan maksiat berkaitan dengan manusia, misalnya: berbuat dzalim, memfitnah, mengambil hak orang lain, membunuh karakter, dll., maka ada satu lagi tambabahan persyaratan dalam melakukan taubat.
  4. Membersihkan diri dari dosa-dosa kepada orang-orang yang dianiaya, yang pernah dihinakan martabatnya, dengan cara meminta maaf, minta ampunan dari hati yang paling dalam, dengan sungguh-sungguh. Jika mengambil hartanya, ya kembalikan harta itu. Jika merusak kredibilitasnya, ya upayakan memperbaiki kredibilitasnya.

Sampai kapan kita bertaubat? Sampai menjelang sakratul maut. Pada saat sakratul maut ini, tidak ada kesempatan lagi untuk bertaubat, karena malaikat telah menunjukkan gambaran dosa-dosanya dan gambaran tempat kembalinya kelak di akhirat. Taubat dianjurkan sejak masa muda, sejak anak-anak, bertaubat dan rendah hati kepada Allah SWT. Insya Allah, jika jadi pemimpin kelak, ia akan menjadi pemimpin yang adil dan mampu mensejahterakan.

Dalam menjawab pertanyaan hadirin tentang tanda-tanda taubat nasuha diterima, kita sebenarnya dapat merasakannya sendiri. Kembali pada prinsip 3 dan 4 di atas, jika dosa dan maksiat itu berhubunan dengan Allah SWT dan hamba-Nya, maka taubatnya ada 3 cara. Tapi, jika dosa atau maksiat juga berhubungan kepada sesama manusia, maka ada tambahan untuk minta maaf langsung kepada yang bersangkutan. Esensinya, kita tidak boleh putus-asa atas rahmat Allah SWT. Taubat itu persoalan fikiran, bukan persoalan fisik. Ikuti pertaubatan itu dengan perbuatan sunnah, shalat, berinfaq, dll. Sekarang memang banyak hal yang aneh-aneh, orang banyak yang tidak percaya kepada kekuasaan Allah SWT, tapi justeru banyak datang kepada dukung, tukang ramal dan tukang sihir. Kita datang ke dukun saja sudah kufur, apalagi minta ramalan dan saran pada dukun atau tukang sihir itu. Ingat kisah Fir’aun yang terlalu percaya pada dukun atau tukang sihir, yang meramalkan bahwa kekuasaannya akan direbut oleh anak laki-laki Bani Israil, sehingga Fira’un berlaku dzalim dengan membunuh semua anak laki-laki dan membiarkan hidup anak perempuan. Kita semua paham akan akhir cerita Fira’aun yang dikalahkan Nabi Musa AS, atas izin Allah.

Syirik kepada Allah termasuk salah satu dari perkara penting yang harus dijauhi karena akan menghancurkan perbuatan baik yang kita lakukan, selain sihir, dzalim, biadab dll. Jika kita terlanjur berbuat syirik kepada Allah, maka bertaubatlah, jangan sampai terbawa mati. Jika ada teman yang terlibat, kita wajib memperingatinya. Surat Al-Baqarah ayat 102. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. Al-Quran mengistilahkan sihir itu dengan kufur, kafir, karena memang menutupinya”.

Dalam menjawab pertanyaan tentang dosa dalam bentuk korupsi, itu sebenarnya termasuk perbuatan dosa dua tingkat: Dosa kepada Allah SWT dan dosa kepada sesama manusia. Korupsi itu sangat dzalim. Tidak ada jalan lain, kecuali harus mengembalikan harta yang telah diambil dan bertaubat kepada Allah. Sifat orang mu’min itu menyesal ketika melakukan dosa dan kesalahan dan bergembira ketika melakukan amal baik. Dosa berkaitan dengan perasaan dan hati. Dosa itu berupa titik-titik hitam, yang menutupi hati. Semakin banyak dan besar dosa, maka semakin banyak titik hitam itu. Orang-orang yang didzalimi yang telah menerimta atau memaaafkan dosa dan kesalahan orang yang mendzalimi, nanti di akhirat ia akan menerima tambahan pahala yang dilakukan orang yang mendzalimi. Pertanyaan lain dari hadirin adalah tentang cara medoakan dan berbakti kepada orang tua, yang telah meninggal dunia. Setidaknya, tiga cara berikut mampu bermanfaat, yaitu:

  1. Berdo’a mendoakan orang tua, setiap hari. “Rabbighfirli wa liwaladayya war hamhuma kama rabbayani sahgiran”, insya Allah akan menampuni dosa-dosa orang tua yang telah wafat.
  2. Meneruskan perbuatan baik orang tua, misalnya silaturrahmi dan berpuasa sunnah.
  3. Hubungkan silaturrahim dengan sahabat dan kerabat orang tua.

Apalagi masa sekarang, kita berusaha untuk menghibur hati orang tua. Kita boleh berinfaq kepada orang tua dan kerabat.

Dalam menjawab pertanyaan tentang dosa-dosa yang melakukan riba, ya kita berhenti saja melakukan itu. Sekarang, menabung di bank syariah. Kita karyawan memiliki hak, jika pembayaran gaji akan dilakukan melalui bank syariah, karena untuk menghindari riba. Perhatikan Surat Al-Baqarah ayat 275, Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. Mudah-mudahan kita terus sehat dan mendapat taufik dan hidayah Allah SWT, mudah bertaubat atas kesalahan dan dosa yang telah perbuat, mudah memaafkan orang lain yang telah berbuat dosa pada kita, karena hal ini akan meningkatkan derajat taqwa kita kepada Allah SWT. Insya Allah kita berjumpa lagi pada Ahad yang akan datang. Mari kita tutup dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asyahadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Prof. Dr. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *