Doa Lintas Agama, Toleransi Semu Dan Haramnya Pluralisme

Doa Lintas Agama, Toleransi Semu Dan Haramnya Pluralisme
foto: doa lintas agama
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Sastra

Hajinews – Islam memandang aktifitas doa adalah bagian dari ibadah sebagai manifestasi aqidah seorang muslim. Karena itu berdoa tentu saja harus mengikuti adab dan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah. Sebab ibadah dalam Islam telah ada ketentuannya, tidak boleh menyimpang. Di antara ketentuan paling penting dalam berdo’a adalah bahwa do’a hanya dipanjatkan kepada Allah SWT semata. Dengan demikian, di dalam do’a sebenarnya terkandung juga unsur aqidah, yakni hal yang paling fundamental dalam agama (ushul al-din).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Allah memerintahkan agar umat muslim berdoa kepada Allah dalam QS Al Mukmin atau Ghafir ayat 60  : Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS Al Mukmin : 60)

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi, Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya) (QS An naml : 62)

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai (QS Al A’raf : 205).

Karena itu jika ada aktivitas doa lintas agama, maka termasuk aktivitas ibadah yang menyimpang dari ajaran Islam, sebab tidak pernah diperintahkan Allah dan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Toleransi agama dibatasi oleh saling membiarkan aktivitas agama sesuai dengan keyakinan masing-masing, tidak mesti dengan doa lintas agama. doa lintas agama termasuk aktivitas mencampur aduk antara yang haq dan yang batil (sinkretisme), padahal Allah dengan tegas melarangnya.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui (QS Al Baqarah : 42).

Doa lintas agama sebagai dalih untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama adalah interpretasi yang ngawur. Sebab kerukunan antar umat beragama itu cukup memahami bahwa setiap orang punya keyakinan dan agama lantas memberikan kesempatan kepada setiap umat beragama untuk menjalankan keyakinannya tanpa mengganggu dan ikut campur adalah sikap tepat. Dalam Islam konsep toleransi dirumuskan dalam frase agamaku adalah agamaku dan agamamu adalah agamamu.

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS Al Kafirun : 1-6).

Sesungguhnya aktifitas doa bersama lintas agama muncul dari peradaban Barat yang mengesahkan aktivitas sinkretisme, karena Barat selama ini selalu mempropagandakan paham sekulerisme, liberalisme dan pluralisme agama yang telah difatwakan haram oleh MUI pada tahun 2005.  Pluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah benar dan menuju tuhan yang satu. Karena semua agama adalah benar, maka berdoa lintas agama dianggap benar juga. Inilah kesalahan fatal dari pluralisme agama.

Barat melancarkan gerakan ghozwul fikr yang mencakup empat tujuan yang berujung kepada upaya untuk memadamkan cahaya agama Allah. Perhatikan firmanNya : Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai (QS At Taubah : 32).

Pertama, Harakah At Tasykik yakni menumbuhkan keraguan (skeptis) pada umat Islam akan kebenaran Islam. Diantara keraguan yang mereka lancarkan adalah gugatan tentang otentitas Al Qur’an, Islam sebagai Mohammadanisme, keraguan atas kerasulan Muhammad. Dampak dari at tasykik adalah tumbuhnya sikap netralitas dan relativitas terhadap ajaran Islam. Jika masih ada seorang muslim yang secara fanatik memahami Islam maka mereka kemudian dicap sebagai fundamentalis, radikalis, islamist dan teroris.

Kedua, Harakah At Tasywih, yaitu menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam dengan cara memberikan stigma buruk terhadap Islam. Mereka dengan gencar mencitrakan Islam secara keji melalui media-media. Islam dipresentasikan sebagai agama yang antagonistik terhadap ide-ide kebebasan, HAM, demokrasi, pluralisme dan nilai-nilai Barat lainnya. Dampak dari tasywih ini adalah menggejalanya inferiority complex (rendah diri) pada diri umat Islam, islamopobhia, pemujaan  kepada Barat.

Ketiga, Harakah At Tadzwib, yakni gerakan pelarutan (akulturasi) peradaban dan pemikiran.  Dampaknya adalah terjebaknya umat Islam dalam pemikiran pluralisme agama seperti mempropagandakan doa lintas agama. Pluralisme jelas bertentangan dengan Islam. Sebab pluralisme menurut WC Smith bermakna transendent unity of religion (wihdat al adyan), dan global teologi menurut John Hick.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *