Kritisi Ade Armando Terkait Istilah Islam Radikal, Waketum MUI: Sebagai Muslim, Saya Keberatan

Papua Bisa Bernasib Sama Seperti Timor Timur
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas. Foto: Dok Republika
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas turut menanggapi polemik istilah Islam radikal yang ramai diperbincangkan usai tragedi bom bunuh diri Gereja Katedral Massar.

Sebagai informasi, istilah Islam radikal kembali digaungkan oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia Ade Armando.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sebuah ledakan terjadi di depan Gereja Katedral Makassar. Bom meledak sebelum pelaku masuk gereja. Masih tidak percaya ada Islam radikal?” kata Ade Armando dalam akun Twitter-nya.

Terkait hal tersebut, Haikal Hassan menilai istilah Islam radikal tidak tepat dilontarkan dalam ranah publik lantaran membuat stigma dan citra negatif terhadap agama Islam.

“Kalimat ini gak salah, kalau lihat ranahnya. Ini kalau di ranah publik dan umum seperti ini memunculkan masalah baru. ‘Oh ternyata Islam begitu’, bagi orang-orang yang belum tahu terhadap Islam,” ujar Haikal Hassan.

Menanggapi hal tersebut, Anwar Abbas mengaku keberatan dengan istilah Islam radikal yang digaungkan kembali oleh Ade Armando.

Hal tersebut disampaikan Anwar Abbas dalam acara Catatan Demokrasi yang tayang di kanal YouTube tvOne News dengan judul ‘Waketum MUI: Islam Tidak Akan Mengajarkan Radikalisme dan Terorisme’.

“Sebagai seorang Muslim, saya keberatan,” tutur Anwar Abbas, sebagaimana dilansir dari laman Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Rabu, 31 Maret 2021.

Menurutnya, istilah Islam radikal yang digunakan Ade Armando dianggap mengeneralisir dan menyudutkan ajaran Islam.

“Karena bagi saya itu mengeneralisir. Dan ada kesan menyudut-sudutkan ajaran Islam,” ucap Anwar Abbas.

Selain itu, Anwar Abbas menilai paham radikalisme tidak terbatas hanya pada satu agama tertentu.

“Saya percaya ada orang Islam radikal, juga orang Kristen radikal,” kata Anwar Abbas.

Walaupun demikian, Anwar Abbas meyakini bahwa setiap masing-masing agama tidak mengajarkan radikalisme.

“Tetapi, ajaran Kristen tidak akan mengajarkan radikalisme dan terorisme, seperti Islam,” ujar Anwar Abbas.

Atas dasar tersebut, Anwar Abbas menganggap bahwa pilihan diksi sangat penting dalam membuat argumentasi.

“Pilihan diksi menjadi penting. Shakespeare mengatakan ‘apala arti sebuah kata’, ternyata malam ini menunjukkan kalau kata ini sangat penting,” kata Anwar Abbas.

Pada penutupnya, Anwar Abbas menyampaikan pesan agar memperbaiki gramatika berbahasa yang berpotensi memunculkan konflik.

“Marilah kita perbaiki bahasa-bahasa kita ke depan supaya Presiden Jokowi juga tidak kerepotan menghadapi konflik-konflik di media sosial.” tutur Anwar Abbas. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *