Kiai Anwar Zahid: Kekerasan Atasnama Islam adalah Pelecehan

Dies Natalis Ke-51 UIN Walisongo (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SEMARANG, Hajinews – Mubaligh kondang asal Bojonegoro, KH Anwar Zahid mengatakan, segala macam kekerasan mengatasnamakan Islam sama saja menghina dan melecehkan agama Islam.

‘’Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Jangan dikira kalau sudah melakukan bom bunuh diri dijemput bidadari masuk surga. Mati syahid itu kalau perang melawan orang kafir, melawan penjajah. Bom bunuh diri itu ya sama saja bunuh diri,’’ tegasnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia mengatakan hal itu ketika menggembleng dosen dan mahasiswa yang mengikuti Dzibaan para profesor dan doktor dalam rangka Dies Natalis Ke-51 UIN Walisongo, di auditorium kampus tiga, Ngalian Semarang, Senin lalu (5/4).

Selama satu setengah jam Kiai Anwar Zahid menggembleng para dosen dan mahasiswa yang hadir maupun secara virtual dengan gaya yang penuh canda dan humor. Satu persatu para guru besar dan doktor membaca kitab Dziba atau barzanji yang biasa dilakukan oleh umat Islam. Selain dihadiri Rektor Prof Dr Imam Taufiq, Dzibaan diikuti mantan Gubernur Jateng Ali Mufiz, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng Drs H Achmad, salah satu pendiri UIN Walisongo H Saliyun Moh Amir, para wakil rektor, dekan dan pejabat di lingkungan UIN Walisongo.

Menurut Anwar Zahid, Islam masuk ke Indonesia abad 14 pasca runtuhnya Kerajaan Majapahit. Metode yang dilakukan para Walisongo menggunakan metode akulturasi budaya. ‘’Mereka tidak hanya menyampaikan mauizah hasanah (ceramah) tetapi sekaligus uswah hasanah. Bahasa sikap lebih efektif ketimbang bahasa lisan,’’ tegas KH Anwar Zahid.  Karena menggunakan akulturasi budaya maka dakwahnya bisa diterima. Yang semula Hindu-Budha berpindah menjadi Islam. ‘’Kalau menggunakan kekerasan, tidak akan menarik simpati tetapi malah merusak citra Islam itu sendiri,’’ tuturnya.

Menurutnya, peran Walisongo dalam menyebarkan Islam secara damai adalah cara yang paling tepat untuk Indonesia. Cara Walisongo bahkan mengalahkan metode dakwah para penjajah.

Menurutnya Islam datang ke Indonesia termasuk agak terlambat dibanding masuknya Islam ke beberapa negara lain. ‘’Kedatangan Islam ke Eropa misalnya, di Eropa, lahir para tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam Imam Bukhari itu dari Turkistan, Imam Muslim perowi Hadist dan lain-lain,’’ katanya.

Islam masuk ke Indonesia dibawa para wali disebarkan melalui wadah  pondok pesantren. Syiar agama, pembelajaran Al-Quran semua melalui pondok pesantren. Metode akulturasi budaya tersebut menurutnya berhasil mengislamkan orang dengan luas. ‘’Berbeda dengan penjajah, mereka juga menyebarkan agama. Tapi agamanya tidak laku,” tuturnya.

Dia pun ingin agar masyarakat Indonesia tidak menjadikan keislaman sebagai label saja tanpa memperhatikan substansi. Islam harus menjadi ruh dan menjadi perilaku keseharian.

Mantan Gubernur Jateng Ali Mufiz mengatakan, budaya Dzibaan di Kota Semarang biasa dilakukan oleh para guru besar dan profesor. Tujuannya untuk menambah kecintaan kepada Rasulullah saw dan nguri-nguri budaya tersebut.

Rektor UIN Imam Taufiq mengatakan Dies Natalis Ke-51 diwarnai kegiatan berbau 51. Ziarah ke 51 makam wali yang tersebar di Jateng dan Jatim, Khataman AlQur-an 51 kali dan lain-lain.(ingeu/agus)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *