Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Rasulullah SAW Tidak Melaksanakan Salat Dhuha Setiap Hari Karena Ini!

Ternyata Rasulullah SAW Tidak Melaksanakan Salat Dhuha Setiap Hari Karena Ini!
Salat Dhuha
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews Salat dhuha adalah salah satu Salat sunnah yang dikerjakan di pagi hari hingga menjelang waktu dzuhur. Salat dhuha ditunaikan minimal 2 rakaat namun disarankan untuk menunaikan 4 rakaat.

Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan untuk melaksanakan Salat dhuha, namun tidak untuk dikerjakan setiap hari.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Salat dhuha hukumnya sunah. Madzhab Maliki dan Syafi’i memandang nilai kesunnahan Salat dhuha sangat kuat, sehingga hukumnya adalah sunnah muakad. Rasulullah SAW mewasiatkan agar menunaikan sholat sunnah dhuha.

Rasululllah SAW bersabda:

“Kekasihku (Rasulullah SAW) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar tidak aku tinggalkan hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, Salat dhuha, dan tidur dalam keaaan sudah melakukan Salat witir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salat sunah dilaksanakan minimal dua rakaat. Namun Rasulullah SAW saat melaksanakan Salat dhuha melakukannya sebanyak empat rakaat bahkan lebih. Adapun keutamaan Salat dhuha adalah diampuni dosa-dosanya.

Hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang menjaga Salat dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Tirmidzi)

Seseorang yang melakukan Salat dhuha juga akan dicukupkan rezekinya, serta diangkat derajatnya. Bahkan Salat dhuha juga disebut sebagai penyempurna Salat fardhu.

Dalam melaksanakan Salat dhuha umat Islam harus mengetahui ketentuan waktu pelaksanaannya. Syekh Hasan bin Amar dalam kitab Maraqil Falah menyebutkan dhuha adalah nama waktu yang diawali dengan naiknya matahari hingga sebelum tergelincir.

Sementara, Syekh Muhammad bin Abdullah Al-Kharasyi Al-Maliki menerangkan terdapat tiga waktu antara terbit hingga tergelincirnya matahari yaitu dhohwah (waktu saat matahari terbit hingga naik), dhuha (waktu ketika naiknya matahari hingga tepat diata langit), habis waktu dhuha ( waktu dhuha yang dimulai sejak habis waktu dhuha hingga tergelincir matahari).

Waktu pelaksanaan Salat dhuha penting untuk diketahui. Sebab ada waktu-waktu tertentu pelaksanaan Salat yang dilarang yaitu setelah Salat subuh sampai matahari naik sekitar satu anak panah, ketika matahari tepat di atas kepada sampai masuknya waktu Salat dhuhur, dan waktu matahari berwarna kekuningan sampai terbenamnya matahari.

Dari ketiga waktu tersebut yang berkaitan dengan Salat dhuha adalah waktu pertama dan kedua. Diriwayatkan dari Uqabah bin Amir Al-Juhani:

“Tiga waktu yang Rasulullah, melarang kami untuk shalat dan menguburkan orang mati: Ketika matahari terbit sampai naik (sedikit), ketika matahari berada titik tertinggi sampai tergelincir, dan ketika matahari condong untuk terbenam sampai terbenam.” (HR. Muslim)

Maka waktu yang paling tepat untuk melaksanakan Salat dhuha adalah saat terbitnya matahari ditambah 15 hingga 20 menit.

Ulama Malikiyah dan Syafi’iyah menyatakan bahwa Salat dhuha hukumnya adalah sunah muakad. Akan tetapi para ulama berselisih pendapat mengenai wajibnya menunaikan Salat dhuha bagi Rasulullah SAW.

Ada pula pendapat ulama yang sepakat bahwa Salat dhuha tidak wajib bagi kaum muslimin. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa Salat dhuha tidak wajib bagi Rasululllah SAW.

Sedangkan, ulama Syafi’iyah, ulama Malikiyah, dan sebagian ulama Hanbali menyatakan bahwa Salat dhuha diwajibkan khusus bagi Rasulullah SAW. Kewajiban tersebut minimal dilaksanakan dua rakaat.

Perihal pelaksanaan Salat dhuha ulama hanafiyah menyatakan bahwa tidak dianjurkan melakukan Salat dhuha secara rutin agar tidak sama dengan sholat wajib. Pendapat tersebut dilandasi oleh hadist Aisyah RA.

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah, “Apakah Nabi selalu melaksanakan Salat dhuha?”, Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis tersebut maka bisa dipahami bahwa Salat dhuha memang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat memanglah tidak rutin karena dikhawatirkan menjadi beban dan dianggap wajib oleh umatnya.

Akan tetapi dalam hadist lainnya disebutkan tentang keutamaan menunaikan Salat dhuha lebih pada sebagai motivasi.

“Siapa yang dapat melaksanakan Salat dhuha dengan kontiniu (setiap hari), niscaya akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu layaknya sebanyak buih lautan.” (HR. Tirmidzi)

Hadist yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga ritme ibadah, meskipun sedikit namun secara terus-menerus, maka Salat dhuha setiap hari tidak dapat dislaahkan.

“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang didawamkan (kontiniu) meskipun hanya sedikit.” (HR. Muslim).

Wallahu a’lam bishawab

Sumber: lingkarmadiun

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *