Karena itu, Mu’adz berhasil menjadi murid yang baik dari guru yang paling baik. Rasulullah SAW bersabda,” Umatku yang paling alim tentang halal dan haram iala Mu’adz bin Jabal.”
Disampung itu, Muadz bin Jabal juga memperoleh kemulian lain dengan ditunjuknya ia sebagai kelompok enam yang bertugas mengumpulkan ayat-ayat suci Alquran pada masa Rasulullah.
Pada saat delegasi Yaman menghadap Nabi Muhammad SAW dan menyatakan diri masuk Islam, delegasi tersebut meminta Rasulullah mendatangkan seorang guru untuk mengajarkan Islam. Rasulullah kemudian menunjuk Mu’adz sebagai ketua kelompok dai yang akan berdakwa di Yaman.
Sejak kecil, Muadz bin Jabal mendapatkan pendidikan secara langsung dari Rasulullah
Ketika hendak melepas rombongan Mu’adz bin jabal, Rasulullah berwasiat kepadanya. “Hai Mu’adz, mungkin engkau tidak akan bertemu lagi denganku sesudah tahun ini. Mungkin engkau akan menemui masjid dan makamku sesudah ini,” kata Rasulullah.
Mendengar hal itu, Mu’adz menangis. Diriwayatkan, kaum Muslimin yang mendengar hal tersebut juga menangis bersama Mu’adz. Nubuah yang disampaikan kepada Mu’adz, tak lama kemudian menjadi kenyataan. Sejak perpisahannya dengan Rasulullah ke Yaman, Mu’adz tidak melihat lagi sosok yang dikasihinya itu.
Tatkala kembali ke Madinah, Mu’adz menangis. Sosok yang dicintainya itu tak lagi bisa ditemuinya. Madinah seakan sunyi lantara Rasulullah SAW telah tiada.
Sumber: republika
2 Komentar