Fragmen Kaum Fundamentalis

Fragmen Kaum Fundamentalis
Emha Ainun Nadjib. foto/dok
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Saya menyambungnya: “Allahu Akbar! Allahu Akbar!…..” – kemudian saya fade in ke Allahu Akbar yang dilagukan, yang rata-rata mereka hapal lagu itu….

Allahu Akbar, betapa gembira wajah mereka.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setelah lagu usai, saya meneruskan: “Saudara-saudaraku, apakah Anda ingin Ustadz dihukum ataukah dibebaskan?”

“Bebas!” – untuk pertama kalinya terdengar kata yang bukan Allahu Akbar.

“Kekuasaan yang mengadili Ustadz ini kekuasaan yang prinsip nilainya sama dengan prinsip nilai Anda atau tidak?”

“Tidak sama!”  terdengar suara serempak.

“Bertentangan!” seseorang menyambung.

“Jadi Anda minta kepada penguasa yang tidak seprinsip dengan Anda itu agar Ustadz dibebaskan?”

“Allahu Akbar!”

“Anda meminta kebebasan kepada musuh Anda?”

Tidak ada jawaban.

“Anda meminta-minta kepada musuh Anda?”

Tetap diam.

“Mana yang lebih membanggakan dan bermartabat: dibunuh dalam kegagahan oleh lawan, ataukah Anda minta agar tak dibunuh oleh lawan?”

Semakin diam.

“Bisakah pikiran sehat Anda membayangkan bahwa kekuasaan yang bertentangan prinsipnya dengan prinsip Anda akan membebaskan beliau?”

Teruuus diam.

“Mana yang Anda pilih: martabat atas prinsip ataukah keselamatan hidup tanpa prinsip?”

Tetap tak ada sahutan.

“Kita memilih hidup hina atau mati mulia? Saudara-saudaraku, demi Allah harus saya katakan bahwa Ustadz sendiri tidak sedikitpun bermimpi, berpikir atau apalagi meminta untuk dibebaskan. Ketika beliau ditangkap di Rumah Sakit, beliau berteriak-teriak: Tembak saya! Tembak saya! — Apakah para muridnya akan mengucapkan kata yang bertentangan dengan itu: Bebaskan saya! Bebaskan saya!?”

Saya terus memberanikan diri meneruskan: “Ustadz menyatakan kepada saya bahwa kalau ia dipenjarakan, berarti cuti atau liburan. Kalau beliau dibuang ke pulau terpencil yang jauh, berarti piknik. Kalau beliau ditembak mati, berarti syahid. Beliau beserta semua anggota keluarganya sudah ikhlas dengan kemungkinan-kemungkinan itu. Kenapa saudara-saudaraku di sini tidak ikhlas?”

Sampailah saya ke ujung pembicaraan: “Dan demi Allah perkenankan saya mengatakan kepada saudara-saudaraku di sini bahwa selama berada dalam tahanan, Ustadz tidak pernah satu detikpun tampak kesedihan di wajahnya. Beliau bergembira. Beliau bangga dengan apa yang dialaminya. Keyakinan dan perjuangan selalu sangat luas dan agung, seluas alam semesta dan seagung Penciptanya. Sedangkan kematian hanyalah kerikil kecil yang kaki kita nanti terantuk olehnya. Beliau bergembira! Beliau bangga!”

Kemudian saya bernyanyi lagi. Dengan lambaian tangan saya mengajak mereka semua bernyanyi. Meskipun pelan-pelan, akhirnya semua turut bernyanyi, bertepuk tangan….

Sumber: caknun

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *