Kebijakan Gas-Rem ala Indonesia Tidak Efektif Tangani Covid-19, Pakar Kesehatan: Lockdown!

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Kebijakan pemerintah dalam menerapkan gas dan rem dalam penanganan Covid-19 dikritik dan dianggap tidak efektif.

Kata Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia atau IAKMI – Hermawan Saputra, konsep gas rem tidak akan bisa mengeluarkan Indonesia dari kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kebijakan rem-gas, rem-gas itu adalah kebijakan yang terkatung-katung. Hanya membuat kita menunda waktu saja karena tidak mampu memutus mata rantai Covid. Tidak mungkin kita memenangkan dua-duanya, kesehatan kembali pulih dan ekonomi kembali pulih,” katanya dalam acara webinar bersama Lapor Covid, Minggu (20/6/2021).

Hermawan mengatakan, pemerintah perlu menentukan aspek prioritas dan memiliki inisiatif agar mampu memutus mata rantai penularan Covid-19.

Melihat kondisi yang terjadi saat ini, ia menyarankan pemerintah berani membuat sikap radikal dengan memberlakukan lockdown atau PSBB total secara nasional.

“Negara yang mayoritas sudah memutus mata rantai juga lakukan lockdown,” ucapnya.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia masih berada dalam gelombang pertama paparan Covid-19. Kondisi itu terlihat dari positivity rate yang masih di atas 10 persen sejak awal pandemi.

Selain itu insidensi angka harian juga masih ribuan bahkan di atas 10.000 dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan penelusuran para epidemiologi terkait tracing, testing, dan treatment (3T) yang dilakukan selama 15 bulan terakhir, Hermawan menyampaikan masih belum cukup.

Tindakan testing dan tracing masih sekitar 100.000 spesimen per hari dengan hanya 40 sampai 60 persen laboratorium yang berfungsi dengan baik dan melaporkan laporan harian kasus positif secara nasional.

Faktor lainnya yakni terkait dengan lambatnya program vaksinasi Covid-19 dan kejenuhan masyarakat dalam situasi pandemi. Menurut Hermawan, meskipun masyarakat sudah lebih paham terkait informasi Covid-19 tetapi tidak didukung dengan sikap dalam pencegahan infeksi.

“Jadi semua indikator menunjukkan kita masih di gelombang pertama. Masih jauh dari kata terkendali. Mudah-mudahan kita masih bisa menemukan puncak kasus. Karena sejujurnya kita belum pada puncak kasus juga lereng tanjakan masih jauh,” pungkasnya. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *