Pembangunan Indonesia Bangun Borobudur Highland Dipercepat, Nilai Investasi Mencapai Rp350 Triliun

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah fokus mempercepat pembangunan kawasan pariwisata Borobudur Highland. Proyek ini menelan investasi yang tidak kecil. Untuk nilai investasi resort diproyeksikan sebesar Rp1,5 triliun, sedangkan untuk nilai infrastruktur dasar diproyeksi sebesar Rp350 triliun.

Borobudur Highland terletak di perbukitan Menoreh, perbatasan antara Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D. I. Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini memiliki luas wilayah kurang lebih 309 hektare. Luas lahan 50 hektare akan bersertifikat HPL (Hak Pengelolaan). Sementara luas lahan 259 hektare dikelola dalam bentuk kerja sama antara BOB dengan Perhutani, dengan prinsip Single destination, single manajemen.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam siaran pers Kemenparekraf, yang dikutip Jumat (25/6/2021), Borobudur Highland akan berkonsep Cultural Adventure Eco-tourism, yang memberikan ruang bagi wisatawan yang datang untuk bersantai, menghirup udara segar di alam yang asri dan indah, serta melepas lelah dan penat dari hiruk-pikuk aktivitas perkotaan.

“Percepatan pembangunan Borobudur Highland meliputi rencana pembangunan jalan untuk memudahkan akses menuju Borobudur Highland. Pembangunan jalan akan dilakukan oleh Kementerian PUPR, pada Agustus, dan ditargetkan selesai akhir 2021. Kita harapkan ini dapat menggeliatkan ekonomi, membangkitkan harapan, semangat masyarakat untuk pulih ditengah pandemi dan tantangan ekonomi,” kata Menparekraf, Sandiaga Uno, dikutip dari asiatoday.id.

Rapat itu diikuti Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, Bupati Purworejo Agus Bastian, dan sejumlah pejabat daerah. Menparekraf juga mengusulkan untuk menghadirkan even-even yang berbasis eco-tourism dan sport tourism. Tentunya gelaran even tersebut dilakukan dalam bingkai protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.

Direktur Utama BOB Indah Juanita menjelaskan atraksi wisata yang dihadirkan nantinya meliputi amphitheater, mountain biking, tree top cycling, spa, forest tracking, off road, dan berbagai atraksi menarik lainnya.

Indah memproyeksikan Borobudur Highland akan menyerap kurang lebih 1.800 tenaga kerja. Selain itu, BOB juga telah menggandeng Bobobox untuk menghadirkan penginapan di alam terbuka, dengan menggunakan teknologi yang maju.

“Targetnya, akhir 2021 ini sudah dirampungkan,” kata Indah.

Indah juga mengatakan, sudah ada beberapa investor yang menyatakan minat serius membangun fasilitas resort di dalam Borobudur Highland.

Konferensi Internasional Sounds Of Borobudur

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menggelar konferensi internasional Sound of Borobudur dengan tema “Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik” yang berlangsung secara hybrid dari Balkondes Karangrejo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi antara Kemenparekraf dengan Yayasan Padma Sada Swargantara dan Kompas Group dalam upaya melestarikan warisan dunia Borobudur.

“Melalui musik yang dapat dipahami oleh semua kalangan, kita dapat menggali nilai-nilai universal yang terdapat pada Candi Borobudur. Melalui alat-alat musik yang tergambar pada relief dan tersebar di 40 negara diseluruh dunia, kita dapat menggaungkan nilai-nilai tersebut dapat kepada dunia sebagai upaya promosi dan pelestarian warisan budaya yang berkelanjutan.

“Pada konferensi internasional hari ini kita bersama-sama melihat kembali jejak peradaban yang dimiliki bangsa ini serta relasi yang telah terjalin dengan berbagai bangsa seperti yang terpahat pada relief alat-alat musik Candi Borobudur,” kata Sandiaga Salahuddin Uno, saat pembukaan konferensi internasional Sounds of Borobudur, Kamis (24/6) siang.

Konferensi Internasional Sounds of Borobudur menghadirkan berbagai narasumber. Pada sesi pertama diisi oleh Professor of Music in The Sir Zerman Cowen School fo Music and Performance at Monash University, Australia, Prof. Emerita Margaret Joy Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil; Duta Besar LBBP RI New Zealand, Tantowi Yahya; Produser Musik, Addie MS.

Sementara di sesi kedua diisi Professor Pakar Geografi Universitas Gajah Mada, Prof. DR. M. Baiquni MA; Direktur Industri Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf, Muhammad Amin; perwakilan VITO Singapura, Sulaeman Shehdek; dan perwakilan UNESCO, Moe Chiba.

Sounds of Borobudur juga menghadirkan penampilan orkestrasi musik yang dimainkan dengan indah oleh sejumlah musisi. Di antaranya Dewa Budjana dan Trie Utami yang berkolaborasi dengan musisi nusantara dari 5 DSP dan Nusantara (Vicky Sianipar, Ivan Nestor, Samuel Glenn, Moris, dan Nur Kholis) yang memainkan alat-alat musik yang terpahat pada relief Candi Borobudur seperti suling, luthe, ghanta, simbal, cangka, gendang, dan saron.

Alat-alat musik tersebut bisa ditemukan di beberapa relief yang ada di Candi Borobudur, seperti relief WadariaJtaka, Gandawyuha, Karmawibhangga, dan Lalitavistara.

“Relief berbagai alat musik yang dimainkan dalam orkestrasi ini tentu telah menunjukkan betapa majunya peradaban leluhur kita,” ungkapnya.

Sounds of Borobudur juga mendapat dukungan partisipasi aktif dari seniman dan musisi dari 10 negara, diantaranya Laos, Vietnam, Filipina, Myanmar, Taiwan, Jepang, China, Amerika, Spanyol, dan Italia.

“Besar harapan saya kegiatan ini dapat menciptakan inovasi dan terobosan baru dalam pengembangan destinasi super prioritas Borobudur sebagai destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” lanjut Menparekraf.

Turut hadir Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (daring); Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizki Handayani (luring); Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran (MICE) Kemenparekraf, Masruroh (luring); Ketua Yayasan Padma Sada Svargantara, Ir. Purwa Tjaraka (daring); dan para peserta lainnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Yayasan Padma Sada Svargantara, Ir. Purwa Tjaraka mengatakan penemuan relief alat musik di Candi Borobudur sudah terjadi lama namun selama ini hanya menjadi ilmu pengetahuan pasif. Sehingga, gagasan untuk memulihkannya adalah gagasan yang cerdas dan original, serta perlu ditindaklanjuti dengan baik oleh semua pihak.

Dengan ratusan gambar relief-relief alat musik ini menunjukkan bahwa aktivitas musik di tempat ini 13 abad yang lalu sejauh ini belum ditemukan ditempat lain. Uniknya lagi sebagian besar alat musik tidak ditemukan lagi di Jawa, khususnya Jawa Tengah, tetapi justru tersebar di 34 provinsi dan ditemukan kemiripannya di negara lain.

“Maka dalam kesempatan ini kami ingin melakukan eksplorasi lanjutan, untuk menunjukkan secara lebih nyata keterkaitan dengan bangsa lain dan adanya persahabatan antar bangsa melalui musik, yang sudah terjalin sejak dulu kala,” ujarnya.

Produk ekonomi kreatif artisan lokal juga ditampilkan di acara ini, seperti Coklat Borobudur (kuliner), Griya Handycraft (kriya), Wang Si Nawang (kuliner), Wedang (kuliner), Kriya Kayu Rik Rok (kriya), Seruas Production (kriya), Mahadika Rajut (kriya), Gubuk Kopi Borobudur (kuliner), Singkong Keju Mlahar (kuliner), Batik Borobudur (fesyen), dan Wader Presto Yu Sari (kuliner). (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *