Jakarta, Hajinews.id – Vaksin Sinovac merupakan vaksin yang paling banyak diberikan kepada masyarakat, termasuk tenaga kesehatan di Indonesia. Berdasarkan pengamatan Guru Besar FK Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil imunogenisitas vaksin Sinovac ini akan menurun setelah 6 bulan usai penyuntikan. Apakah ini yang menyebabkan adanya lonjakan kasus covid di Indonesia? dan bagaimana cara menanggulanginya?
Prof Kusnandi menyarankan dilakukan, penyuntikan ulang atau suntikan ketiga kepada para penerima vaksin ini.
“Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang,” kata Prof Kusnandi dilansir kumparan, Jumat (16/7).
Kendati demikian, ia menganjurkan hal ini dilakukan apabila sudah banyak masyarakat yang divaksinasi. Dosis ketiga diberikan apabila penyuntikan kepada masyarakat lain yang belum divaksin sudah dilakukan.
Di sisi lain, Prof Kusnandi mengatakan pengulangan vaksinasi tak harus pakai Sinovac. Ia menyatakan seseorang boleh divaksin corona dengan merek yang berbeda-beda tiap tahunnya.
Misalnya di tahun pertama pakai vaksin Sinovac, sementara di tahun kedua memakai vaksin Pfizer. Sebab menurut dia, semua vaksin COVID-19 memiliki fungsi yang sama.
“Boleh. Karena kita semua sudah punya reseptor untuk menangkap rangsangan virus COVID-19. Apa itu Sinovac, Moderna, AstraZeneca, atau Pfizer itu sama-sama bikin reseptor sehingga tubuh kita itu mempunyai reseptor untuk membentuk antibodi. Jadi semua akan bentuk antibodi,” sambungnya.
Vaksin Sinovac adalah salah satu vaksin yang efikasinya paling rendah dari merek lainnya yakni 65%. Tenaga kesehatan adalah sasaran pertama vaksinasi Sinovac di RI, sehingga rata-rata nakes sudah mendapatkan dosis penuh vaksin tersebut.
Namun seiring tingginya lonjakan kasus COVID-19, banyak nakes yang terpapar COVID-19 bahkan sampai wafat meski sudah divaksin. Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan memulai program suntikan ketiga sebagai booster bagi nakes pakai Moderna pekan ini.
“Memang diperlukan itu [dosis ke-3], karena hasil uji klinis menunjukkan kadarnya [imun] akan turun [setelah menerima dosis ke-2],” pungkas Prof Kusnandi.