Daftar Donatur Palestina
Oleh: Dr. Adian Husaini
Hajinews.id – Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), mulai hari ini (26/7/2021) membuka pendaftaran peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) tingkat doktoral. Inilah salah satu contoh terobosan pendidikan tinggi ideal di era pandemi. Pendidikan ini tetap bertumpu pada model pendidikan Islam ideal, dengan penekanan pada adab atau akhlak mulia dan penguasaan ilmu yang mumpuni.
Para peserta PKU-DDII tingkat doktoral ini akan difasilitasi dan diarahkan untuk mengambil kuliah S3 secara formal di suatu kampus yang bekerjasama dengan DDII. Yang lebih penting, para peserta PKU-DDII akan diberikan pembinaan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi ulama yang baik. Peserta PKU juga akan dibimbing untuk menghasilkan karya ilmiah (buku) yang menjadi karya terbesarnya (magnum opus).
Ulama yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai pelanjut perjuangan Rasulullah saw (waratsatul anbiya’). Sebab, ulama adalah pewaris para nabi. Hadits ini memberikan isyarat bahwa di tengah umat Islam harus senantiasa ada ulama-ulama yang mampu memimpin umat dalam melanjutkan perjuangan para nabi. Selain berilmu tinggi, mereka harus zuhud, juga hati dan pikiran mereka senantiasa bersama umat.
Itu artinya, keberadaan ulama dalam jumlah yang cukup merupakan kewajiban kolektif (kifayah) umat Islam. Karena itulah, sejak tahun 2006, DDII telah menyelenggarakan program Kaderisasi Seribu Ulama (PKSU) yang bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Program itu telah menghasilkan sekitar 70 Doktor dan 250-an master. Mereka telah berkiprah dalam berbagai bidang pendidikan dan dakwah di Indonesia.
Setelah sekian tahun berhenti, maka PKU-DDII dibuka kembali. Pembukaan ini dipicu oleh begitu banyaknya ulama-ulama kita yang dipanggil oleh Allah SWT, selama berlangsungnya pandemi Covid-19. Kita tidak bisa berdiam diri. DDII sebagai satu lembaga dakwah warisan tokoh-tokoh dakwah di Indonesia berkewajiban mengambil langkah cepat untuk melahirkan ulama-ulama pewaris para nabi.
Sabda Rasulullah saw: Bahwasanya Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilih orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang bodoh itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (HR Muslim).
Imam al-Ghazali memberikan rumus penting tentang kehancuran dan kebangkitan masyarakat: ”Rakyat rusak karena penguasa rusak. Penguasa rusak karena ulama rusak. Dan ulama rusak, karena cinta harta dan kedudukan.”
Jadi, disamping DDII harus memperjuangkan lahirnya calon-calon penguasa (negarawan) yang baik, DDII juga harus berusaha melahirkan ulama-ulama yang baik. Sebenarnya, inilah yang sejak tahun 1967 sudah dikerjakan oleh Mohammad Natsir sebagai ketua DDII pertama. Pak Natsir dan DDII telah mengirimkan ratusan kader-kader ulama ke Timur Tengah dan ke berbagai Perguruan Tinggi.
Jadi, DDII telah memiliki tradisi kaderisasi ulama yang sangat panjang. Kepemimpinan DDII sekarang hanya melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan para pendahulu di DDII. Tentu saja, diperlukan inovasi-inovasi baru dalam proses kaderisasi ulama di era disrupsi ini. Kemudahan memperoleh informasi harus didasari dengan adab yang kuat. Yakni, kemampuan dalam memilih dan memilah informasi, serta menggunakannya untuk kemaslahatan diri, keluarga, dan masyarakat.
Salah satu keunikan Program Kaderisasi Ulama (PKU) DDII adalah penekanannya kepada pembentukan probadi ulama pejuang (dai) yang memiliki kepedulian dan kemampuan dakwah yang baik. Karena itulah, disamping Kuliah S3 formal, dalam PKU-DDII kali ini, para mahasiswa akan dibekali dengan ilmu-ilmu dan ketrampilan penting yang diperlukan untuk mereka mampu menjadi ulama yang baik.
Diantaranya ilmu-ilmu dan ketrampilan yang diperlukan itu adalah:
- Ketrampilan Menulis
- Public Speaking
- Sejarah Indonesia
- Kajian peradaban Islam
- Kajian peradaban kontemporer
- Kajian Politik Indonesia
- Sejarah Perjuangan Penegakan Syariat Islam di Indonesia
- Kajian Ekonomi Islam di Indonesia
- Pendidikan Indonesia, Problem dan Solusinya
- Politik internasional
- Teknologi informasi
- Tantangan pemikiran kontemporer (Liberalisme, hermenutika, gender, sekulerisme, pluralisme, LGBT)
- Kajian Pemikiran ulama dan tokoh dakwah (KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, A. Hassan, Hamka, Mohammad Natsir),
- Konsep ilmu: Islam dan Barat
- Fiqhud dakwah
- Aqidah Islamiyah
- Kajian Pancasila
- Islam dan Tata Negara Indonesia
- Kajian HAM dan demokrasi
- Kajian Ekonomi Indonesia kontemporer.
- Kajian-kajian ulumuddin secara tematik.
Adalah sangat penting bagi pada calon ulama untuk menguasai problematika umat di Indonesia secara komprehensif dan memahami solusinya, meskipun secara global. Bekal ulumuddin yang dimiliki harus digunakan untuk memahami dan memberikan solusi yang dihadapi umat dan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai hasil yang optimal, maka para peserta PKU-DII wajib memiliki niat ikhlas dalam mencari ilmu dan memperhatikan benar-benar adab dalam mencari ilmu agar meraih ilmu yang bermanfaat. Salah satu rumusan terkenal pernah disampaikan oleh Imam asy-Syafii. Bahwa ada enam syarat untuk meraih ilmu, yaitu: cerdas, haus ilmu, sabar, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.
Karena pentingnya peran guru, maka dalam PKU-DDII akan disiapkan guru-guru (dosen-dosen) yang “terbaik” di bidangnya. InsyaAllah, ini adalah Program Kaderisasi Ulama yang serius dan berkualitas tinggi. Jadi, PKU-DDII tingkat doktoral ini bukan sekedar program kuliah untuk mencari gelar doktor. Bukan sekedar itu!
Yang lebih penting adalah para peserta program ini mendapatkan pengarahan dan motivasi dari para dosen yang terbaik agar bisa mewujudkan tujuan program untuk melahirkan ulama-ulama pewaris nabi. Jadi, ini program unggul dan sangat berharga bagi para sarjana S2 yang memenuhi kualifikasi.
