Bukan Hanya Sri Mulyani, Para Ilmuwan Ngeri Ancaman Selain Covid

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Sebanyak 14 ribu ilmuwan dunia menyebut bahwa Bumi saat ini mendekati titik kritis iklim yang sangat mengkhawatirkan.

Mengutip Al Jazeera, para peneliti itu menandatangani sebuah inisiatif yang menyebut bahwa negara-negara secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi berlebihan terhadap Bumi, dimana mereka menggambarkannya sebagai akar penyebab krisis.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kami mencatat lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bencana terkait iklim, termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, gelombang panas dan kebakaran hutan yang memecahkan rekor di Australia dan AS, dan topan yang menghancurkan di Afrika dan Asia Selatan,” tulis pernyataan ilmuwan itu yang diunggah di jurnal BioScience pada hari Rabu (28/7/2021).

Dalam mengemukakan peringatan ini, ilmuwan berkaca pada beberapa fenomena termasuk deforestasi, emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser dan luas es laut, serta deforestasi. Dari 31 tanda-tanda alam, mereka menemukan bahwa ada 18 indikator mencapai rekor tertinggi atau terendah.

“Greenland dan Antartika baru-baru ini menunjukkan tingkat massa es terendah sepanjang masa dan gletser mencair 31% lebih cepat daripada 15 tahun yang lalu,” kata para penulis.

“Suhu panas permukaan laut global mencatat rekor baru sejak 2019, dan tingkat deforestasi tahunan hutan Amazon Brasil mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir pada 2020.”

Sebelumnya darurat krisis perubahan iklim sempat digaungkan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati. Ia menyebut bahwa bencana perubahan iklim sendiri hampir sama parahnya bila dibandingkan dengan pandemi Covid-19 yang dihadapi dunia saat ini.

“Climate change adalah global disaster yang magnitude-nya diperkirakan akan sama seperti pandemi Covid-19,” ujarnya dalam ESG Capital Market Summit, Selasa (27/7/2021).

Menurutnya, yang membedakan dari kedua bencana ini adalah Covid-19 muncul tanpa peringatan dan penyebarannya sangat cepat hingga ke seluruh negara di dunia. Pandemi juga mengubah kebiasaan manusia karena mobilitas harus dibatasi.

Sedangkan, perubahan iklim adalah ancaman bencana yang nyata di kemudian hari berdasarkan penelitian oleh para ilmuwan di dunia. Sama seperti pandemi, perubahan iklim juga tidak bisa dihindari oleh semua negara.

Sebab, makin suatu negara membangun maka mobilitas akan semakin tinggi dan penggunaan energi semakin besar, maka tekanan bagi sumber daya alam menjadi makin sangat nyata.(dbs)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *