Sehelai Rambutmu Lebih Mulia Dari Jubah Ulama

Sehelai Rambutmu Lebih Mulia Dari Jubah Ulama
H. M. Yasin, Kabid Organisasi Pengurus Daerah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PD IPHI Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : H. M. Yasin, Kabid Organisasi Pengurus Daerah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PD IPHI Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Hajinews.id – Sejarah selalu berkisah tentang tokoh dibaliknya. Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal didatangi oleh seorang perempuan separoh baya, dengan jilbab yang lusuh dan pakaian yang penuh dengan tambalan. Langkahnya begitu teratur seperti jatuhnya rintik hujan kebumi menuju kediaman Imam Ahmad bin Hanbal.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu pendiri Mazhab Hambaliyah, sosok ulama yang kaya raya dan dermawan. Tak lama kemudian tibalah ibu itu dirumah Imam Ahmad bin Hanbal lalu mengadukan kehidupannya :

“Syaikh, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal mati suami. Saya sangat miskin, sehingga utk menghidupi anak-anak, saya merajut benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak sambil bekerja sebagai buruh kasar di sela waktu yang ada.

Karena saya tidak mampu membeli lampu, maka pekerjaan merajut itu saya lakukan apabila sedang terang bulan.

”Imam Ahmad menyimak dengan serius penuturannya. Perasaannya miris mendengarnya. Dia adalah seorang ulama besar yang kaya raya dan dermawan.

Sebenarnya hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada wanita itu, namun ia urungkan dahulu karena wanita itu melanjutkan pengaduannya.

“Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut benang dengan memanfa’atkan cahaya lampu-lampu itu.

Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual ?

Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu ? Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat.”

Imam Ahmad terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.

Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa. Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad  bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa ?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”

Imam Ahmad makin terkejut. Basyar Al-Hafi adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya. Rupanya, jabatannya yg tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad berkata,

“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk menumpuk kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, ibu..

Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia dibandingkan dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.

Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau haramkan ? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara…”

Kemudian Imam Ahmad  melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”.

Sungguh beruntung sebuah keluarga jika mempunyai orang tua yg ta’at kpd agama sehingga dalam manafkahi keluarganya dari hasil usaha yg halal yg di ridhai oleh Allah SWT karena dgn makan makanan yg haram menjadi darah dan daging yg haram pula, lalu bagaimana dgn Sholat kita  ? di terimakah do’a kita oleh Allah.?

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).“ (HR. Muslim).

Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kpd orang-orang beriman seperti apa yg telah diperintahkan Kepada para Rasul,

أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Wahai para Rasul  Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Mu’minun: 51).

أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’” (QS. Al Baqarah: 172).

Rasulullah Saw menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a

يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?“ (HR. Muslim)

Wallahu A’lam

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *