Memperindah “Tuhan”

Memperindah "Tuhan"
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Perhatikan bagaimana sibuknya sebagian orang memperindah Tuhannya. menghiasi patung adalah yang paling jelas kita saksikan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Di masa lampau, di era Nabi Ibrahim alaihissalam, kegiatan memperindah penampilan tuhan-tuhan dilakukan oleh petugas kuil yang diangkat langsung oleh raja Namroed atau Naram Sin. Hal yang sama kita bisa temukan pula pada peradaban Mesir Kuno, bahkan yang terkenal dan diabadikan dalam Al-Qur’an adalah patung emas berbentuk sapi yang dibuat oleh Samiri di masa Musa, tat kala Musa meninggalkan kaumnya ke Bukit Tursina dalam rangka berkhalwat selama 40 hari, guna menerima pewahyuan kitab Taurat di Lembah tuwa. Kita juga menyaksikan aktivitas seperti itu dalam kuil-kuil Hindu-Budha, hingga dewasa ini, termasuk pada Gereja yang memperindah patung/salib Yesus, dan atau Bunda Maria.

Semua aktivitas memperindah patung-patung sesembahan itu, tentu memiliki makna simbolik bagi pemeluknya. Dan tafsir atas aneka model kegiatan memperindah sesembahan itu pun berbeda dikalangan mereka.

Bagi mereka yang berpikir kritis, melihat kegiatan seperti itu pastilah mendatangkan sejumlah pertanyaan dibenak mereka. Misalnya, apakah manusia yang melayani Tuhan, atau Tuhanlah yang melayani manusia? Apakah Tuhan yang memelihara alam semesta, atau alam semesta yang didalamnya termasuk manusia yang memelihara tuhan? Apakah Tuhan yang memberi atau tuhan yang “diberi” keindahan? Dan banyak lagi pertanyaan lain yang bisa dihadirkan atas fenomena demikian.

Pertanyaan-pertanyaan kritis itu, semuanya telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an, sebagaimana fungsi dari Al-Quran sebagai petunjuk, pembelajaran, pengingat, penjelas, pembeda atas segala sesuatu.

Allah SWT misalnya menjelaskan bahwa DIA-lah yang menciptakan serta memelihara segala sesuatu, memberi keindahan atas setiap ciptaan-Nya, karena DIA-lah yang Maha Terindah. Sehingga sehebat apapun manusia berkreasi tidak akan pernah menyaingi keindahan dari kreasi Allah dalam mencipta.

Keindahan ciptaan Allah tiada bandingannya, sejak dari “konsepsi” yang tersampaikan melalui Kalam-Nya (firman-Nya), hingga manifestasi dari firman-Nya itu berupa berbagai variasi makhluk ciptaan-Nya tidak ada yang dapat mengalahkan keindahannya.

Karena itu, ketika kita membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kita akan menyaksikan keindahan dari susunan kata-kata didalamnya, keindahan bunyi yang dihasilkan jika dilantunkan dengan benar, keserasian makna-makna dari setiap hurufnya, dan tentu saja kedalam atas makna-makna yang dikandungnya akan menimbulkan ketakjuban bagi pembacanya. Dimana semua itu akan membawa pembacanya berkesimpulan bahwa sungguh pemilik Kalam itu pastilah teramat indah, karena mustahil yang tidak indah dapat menciptakan keindahan.

Maka, sekiranya ada maksud untuk memperindah diri, memperindah wajah, penampilan, baik lahiriah maupun batiniah, perkataan maupun perbuatan, cukuplah dengan kehadiran-Nya. Dengan senantiasa menyadari kehadiran-Nya, manusia akan terpengaruh, termotivasi untuk “mencipta” keindahan tentang diri-Nya.

Allah memperindah manusia daripada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebab itu manusialah yang bisa menata patung agar menjadi indah, menata taman agar menjadi indah, menata prilaku agar menjadi indah. Dan bukan sebaliknya, berharap kepada aneka lipstik, atau gincu, bedak dan berbagai aksesoris lainnya untuk maksud memperindah penampilannya. Kehadiran Yang Maha Indah itulah yang dibutuhkan oleh manusia dalam memperindah dirinya. Bahkan lebih jauh lagi, Tuhanlah yang memberikan keindahan pada diri manusia dengan senantiasa menyadari kebersamaan-Nya

Untuk menjadi pandai, menjadi perkasa, menjadi kaya, dan menjadi apa saja yang diinginkan manusia, akan dicapainya, jika Allah berkenan untuk hadir memberikan bimbingan-Nya, pembelian-Nya, pembinaan-Nya, dan seterusnya.

Untuk semua itu, manusia hanya perlu “mendatangi-Nya”, memohon pertolongan-Nya, dengan berserah diri sepenuhnya untuk diperlakukan sebagaimana yang Allah kehendaki baginya. Penyerahan diri itu, tentu dilakukan dengan suatu keyakinan bahwa apapun yang diberikan oleh Yang Terindah, tercantik pastinya lebih indah, apa yang diberikan oleh Yang Maha Besar, pastilah lebih benar, apa yang diberikan oleh Yang Maha Baik, pastilah lebih baik dan seterusnya. Sehingga penyerahan diri, bukanlah sikap fatalisme, yang muncul dari ketidaktahuan. Penyerahan diri adalah hasil dari pengetahuan yang benar, bahwa DIA-lah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk memperoleh apa yang tidak dapat diberikan oleh manusia atau makhluk lainnya.

Sebab itu hanya orang yang berpengetahuan “tinggi” saja yang mau berserah diri kepada Allah secara ikhlas tanpa ragu. Dan seperti itulah yang kita temukan dari orang-orang yang telah menimba ilmu dan menjadi teladan masyarakat pada masa lampau, dewasa ini, dan juga pada masa-masa yang akan datang.

Hentikanlah kegiatan memperindah “Tuhan“, ubahlah pandangannya, bahwa Tuhan lah yang telah dan senantiasa memberikan keindahan, karena hanya DIA saja Yang Maha Indah.

Depok, 4 September 2021

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *