Masa Pandemi, KH Nasaruddin Umar: Dahulukan Hukum Alam Sebelum Syariat

KH Nasaruddin Umar: Dahulukan Hukum Alam Sebelum Syariat
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar mengimbau masyarakat untuk mendahulukan hukum alam (takwini) sebelum hukum syariat (tasyri’i) di masa pandemi. Hal ini dikarenakan, katanya, Islam mengutamakan menjaga dan memelihara diri daripada mengejar pahala.

“Bahaya lebih utama daripada mengejar manfaat dalam ajaran Islam karena itu kita tidak boleh menyalahkan siapa pun. Mana kala berhadapan dengan hukum takwini dan tasyri’i dalam kondisi darurat yang digunakan adalah hukum takwini jangan kita mengadakan sunnah daripada yang wajib,” kata Nasaruddin dalam dalam dialog virtual nasional lintas agama yang disiarkan secara virtuai melalui akun Masjid Istiqlal TV, Selasa (07/09/2021).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ia mencontohkan dalam agama Islam saat salat dianjurkan untuk merapatkan shaf barisan yang menjadi sabda Rasulullah. Namun protokol kesehatan (Prokes) mewajibkan seluruh umat shalat dengan berjarak satu meter. Maka dari itu yang mengatur seseorang harus berjarak itu adalah hukum Takwini, sedangkan seseorang yang mengatur dalam merapatkan shaf adalah hukum tasyri’i.

“Maka hukum takwini ini yang harus digunakan dalam era krisis. Kita memang dianjurkan ke masjid tapi dalam era sekarang ini terutama zona merah dianjurkan untuk tidak ke masjid, apalagi guna mempertahankan kesehatan. Manakala terjadi kontradiksi antara hukum takwini dan tasyri’i, mana yang harus dimenangkan? Hukum yang paling asasi dari makhluk Allah iyalah hukum takwini,” katanya.

Ia pun berpesan kepada umat masyarakat terutama umat Islam agar dapat beragama secara rasional dan proposional serta tidak hanya menguasai fiqih juga harus memahami usul fiqih sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

“Mudah-mudahan dengan pemahaman yang komprehensif tentang agama-agama kita masing-masing, maka agama-agama itu betul-betul akan menjadi faktor untuk menciptakan kebersamaan dan mengusir penyakit. Tapi kalau pemahaman keagamaan kita keliru, maka potensi untuk menimbulkan kebalikannya,” katanya.

Sumber: sindonews

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *