Lantas bagaimana caranya untuk meraih ketenangan batin?
Cendekiawan Muslim Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan ketenangan merupakan pemberian dari Allah SWT. Prof Nasar menyebut tidak ada ketenangan yang diperoleh dengan cara gratis, karena hal tersebut merupakan pemberian dari Allah SWT.
“Uang sebanyak apapun belum tentu menjadikan ketenangan. Sekaya apapun kita belum tentu kita bisa tidur enak. Dengan uang banyak pun belum tentu kita bisa makan sepuasnya. Dokter melarang kita makan sembarangan,” kata Prof Nasar
Menurut Prof Nasar, ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki adalah pemberian atau anugerah Allah SWT yang paling mulia. Artinya, semua yang manusia miliki tetapi kalau tidak ada ketenangan batin, semuanya akan percuma.
Oleh karena itu, Prof Nasar mengajak umat Islam untuk mengevaluasi perjalanan hidup manusia, barangkali selama ini ia tidak pernah ke masjid, mungkin selama ini ia tidak sempat sujud meminta ampun terhadap kedua orang tua, mungkin ia tidak pernah menengok makam orang yang pernah membesarkan kita, mungkin selama ini ia selalu berjauhan dengan Allah SWT, dan mungkin juga ia tidak pernah sujud di hadapan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Bagaimana bisa merasakan ketenangan hidup jika kita berjauhan dengan Allah subhanahu wa ta’ala,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu.
Selain itu, Prof Nasar juga menyebut Pilihan yang paling efektif untuk meraih ketenangan hakiki adalah dengan cara kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atau disebut dengan Taubat. Taubat artinya kembali ke jalan atau rel yang benar. Karena tidak mungkin seseorang akan sampai ke tempat tujuan jika tidak berjalan di atas rel yang benar. Tidak mungkin seseorang akan bisa meraih ketenangan kalau ia hidup dalam jalan yang sesat.
“Bagaimana mungkin kita bisa merasakan kesejukan hati, kedamaian batin kalau kita berjauhan dengan Allah subhanahu wa ta’ala,” tutur Guru Besar UIN Jakarta itu.
Sebab menurut Prof Nasar, tanda-tanda orang yang dianugerahi Allah SWT dalam bentuk petunjuk adalah mereka yang mau mengevaluasi kehidupannya, mau beristighfar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta mau menyadari jika sekian lama hidupnya telah tersesat.
Sumber: akurat