Seorang Muslim Harus Tahu Arti Namo Buddhaya

Seorang Muslim Harus Tahu Arti Namo Buddhaya
Seorang Muslim Harus Tahu Arti Namo Buddhaya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Hajinews.id – Mungkin akhir-akhir ini kita sering menyaksikan banyak pejabat yang mengucapkan salam lintas agama. Salah satu ucapan salam yang popular adalah “Namo Buddhaya“. Apa sebenarnya arti ucapan tersebut?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jika kita telaah, ternyata, namo Buddhaya, bukan merupakan salam dalam agama Buddha, tetapi artinya adalah : “Terpujilah Buddha!”

Dalam sebuah situs online agama Budha ditulis: “Namo Buddhaya” bukanlah salam, tetapi ungkapan penghormatan seseorang kepada Buddha. Artinya adalah Terpujilah Buddha (yang telah merealisasi pencerahan Agung). Ungkapan ini amat umumnya diucapkan sebelum membabarkan Dhamma atau tulisan Dhamma.

Di Indonesia, umat Buddha sering mengucapkannya sebagai salam Buddhis. Jadi sungguh sangat salah kaprah dan keluar dari makna sesungguhnya. Saya pun seringkali memulai tulisan kepada teman Buddhist, dengan kata “Namo Buddhaya“, tapi bukan sebagai salam, melainkan sebagai ungkapan penghormatan kepada Buddha, dan diharapkan menginspirasikan kualitas Buddha kepada teman yang saya tulisi.”

Jadi, menurut pemeluk Budha, ungkapan ‘namo buddhaya‘ adalah satu bentuk pujian kepada Tuhan-nya orang Budha. Dalam bahasa Arab, “Terpujilah Buddha” itu sama dengan: “Alhamdu lil-Buddha!”

Siapakah Buddha menurut orang Buddha? Dalam sebuah buku berjudul “Kumpulan Ceramah Bhikkhu Uttamo Thera (Buku 5), Buddha Dhamma dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dijelaskan mengapa para dewa tidak mau turun dari sorga dan menemui manusia:

“Sang Buddha yang telah wafat hampir 3000 tahun lamanya itu sebenarnya baru sekejap saja untuk alam dewa. Hanya saja, diceritakan dalam Dhamma, alam manusia ini sungguh kotor dan busuk bagi para dewa. Para dewa tidak berminat mendekati manusia. Dari jarak jauh pun mereka sudah terganggu dengan bau manusia.” (hal. 21).

Siapakah nama Tuhan orang Buddha? Dalam sebuah buku berjudul “Be Buddhist Be Happy”, ditulis: “Seorang umat Buddha meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal dengan sebutan: “Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkatam”, yang artinya: Sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, Yang Mutlak. Tuhan Yang Maha Esa di dalam agama Buddha adalah Anatman (Tanpa Aku), suatu yang tidak berpribadi, suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. (Jo Priastana, Be Buddhist Be Happy, (Jakarta: Yasodhara Puteri Jakarta, 2005), hlm. 28-29).

Itulah konsepsi Tuhan orang Buddha. Orang Muslim punya konsep Tuhan sendiri. Orang muslim sudah bersaksi, bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah”. Bolehkah seorang muslim, mengganti ungkapan Alhamdulillah, dengan Alhamdu lil-Buddha atau Alhamdu lil-Yesus atau Alhamdu lil-Krishna???

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *