Nyatanya Gegara Indonesia, Singapura Bisa Hidup dalam Kegelapan

Foto: Apple Store Terapung di Marina Bay Sands, Singapura (Dok. Apple)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id — Krisis energi kini tidak hanya melanda Eropa, Inggris, China dan India, tapi Singapura. Negeri tetangga RI itu pun terimbas krisis energi.

Pengecer listrik di negara ini mulai bertumbangan. Terbaru, Ohm Energy dan iSwitch akan menghentikan operasi mereka.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Keduanya akan mengembalikan rekening pengguna ke SP group, perusahaan listrik milik negara di Singapura. Pasokan gas yang terbatas dan harga yang meroket menjadi salah satu penyebab dari krisis listrik.

Tapi bukan hanya itu. Ternyata ketergantungan ke Indonesia juga jadi sebab lain.

Di antaranya gangguan impor gas dari pipa gas West Natuna RI. Ini juga terkait rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan (Sumsel).

“Ada juga pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna (RI) dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel,” kata Otoritas Energi Singapura, EMA, dikutip dari Channel News Asia (CNA) pada akhir pekan lalu.

Saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas membenarkan adanya gangguan pasokan gas ini. Namun dikatakan distribusi sudah membaik.

“Distribusi gas pada September sudah mulai membaik, dibandingkan Juli yang mengalami gangguan produksi, namun belum kembali normal seperti awal tahun ini. Hal ini disebabkan penurunan laju produksi gas di salah satu lapangan” tegas Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno ke CNBC Indonesia.

Perlu diketahui, berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.

Bila ekspor gas RI ke Singapura ini mencapai rata-rata 737,2 BBTUD, maka artinya sekitar 60% pasokan gas Singapura dipasok dari RI.

SKK Migas mencatat pada tahun 2020 setidaknya ada tiga kontrak ekspor gas RI ke Singapura. Pasokan minimal dari kontrak ini sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Dilansir CNBCIndonesia, berikut kontrak ekspor gas RI ke Singapura tahun 2020 berdasarkan data SKK Migas:

 

1. Kontrak Ekspor Gas Pipa ke GSPL Singapura

Kontrak gas pipa ini berasal dari lapangan gas yang dikelola ConocoPhillips Grissik Ltd dan Petrochina ke Gas Supply Pte Ltd (GSPL), perusahaan gas di Singapura. Adapun volume terkontrak sebesar 350 miliar British thermal unit per hari (Billion British Thermal Unit per Day/ BBTUD) dan kontrak akan berakhir pada 2023.

 

2. Kontrak Ekspor Gas Pipa ke SembGas

Kontrak ekspor gas dari lapangan gas yang dikelola Medco Natuna, Premier Oil dan Star Energy ke SembCorp Gas (SembGas), perusahaan gas di Singapura. Kontrak akan berakhir di 2028. Mengutip dari situs SembGas, ekspor gas perdana ke SembGas ini sebesar 100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada Juli 2001 dari lapangan gas yang terdapat di West Natuna Sea (Laut Natuna Barat). Adapun dalam perjanjian jual beli gas (Gas Sales Agreement) pada saat itu mencapai 325 MMSCFD.

Sumber gas diambil dari sejumlah blok di Laut Natuna Barat seperti South Natuna Sea Block B yang saat itu dikelola ConocoPhillips, namun sejak 2016 sudah diambil alih Medco E&P Natuna Ltd, lalu Kakap Block yang dioperasikan Gulf Resources (Kakap) Ltd namun kini dioperasikan Star Energy (Kakap) Ltd, Natuna Sea Block A, dan Premier Oil Natuna Sea.

 

3. Kontrak Ekspor Gas Pipa ke SembGas

Secara terpisah ada juga kontrak ekspor gas dari lapangan gas yang dikelola Premier Oil ke SembCorp Gas (SembGas), perusahaan gas di Singapura, di mana kontraknya akan berakhir pada tahun 2028.

Sementara itu Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko menyampaikan kebutuhan ekspor gas pipa dari RI ke Singapura hingga akhir tahun ini diperkirakan akan meningkat dibandingkan rata-rata hingga akhir September 2021 lalu.

SKK Migas mencatat, realisasi kebutuhan gas pipa ekspor sampai dengan September 2021 rata-rata 737,2 miliar British thermal unit per hari (BBTUD). Menurutnya pada Oktober sampai Desember 2021 diproyeksikan kebutuhan ekspor gas pipa ke Singapura akan naik menjadi 850 BBTUD.

Dengan demikian, perkiraan kebutuhan gas pipa yang diekspor ke Singapura pada 2021 ini akan naik menjadi 765 BBTUD.

“Pemanfaatan gas bumi yang melalui pipa kita tahu sebagian gas kita ada yang kita ekspor. Sampai September 2021 antara kebutuhan dan pasokan masih balance, tapi di Oktober-Desember 2021 diperkirakan ada selisih (defisit gas),” paparnya dalam konferensi pers, Selasa (19/10/2021).

Dia mengatakan saat ini rata-rata pasokan gas ke Singapura masih sesuai dengan kesepakatan kontrak yang ada antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Indonesia, baik di Sumatera maupun Natuna, dan pembeli Singapura.

Arief menyebut, rata-rata pasokan gas pipa nasional hingga September 2021 mencapai 3.789,77 BBTUD. Namun sampai akhir Desember diperkirakan pasokan gas tidak akan meningkat tajam. Pada Oktober 2021, pasokan gas diperkirakan mencapai 3.880,1 BBTUD, November 3.946,4 BBTUD, dan Desember 3.946,4 BBTUD.

Dengan demikian, rata-rata pasokan gas pipa selama tahun 2021 ini diperkirakan mencapai 3.890,94 BBTUD.

“Perkiraan kebutuhan pembeli ekspor adalah berdasarkan angka MDQ (Maximum Daily Quantity) dikarenakan pembeli dapat melakukan nominasi hingga MDQ,” ujarnya.

Dia mengatakan, hingga September 2021 tidak ada selisih kekurangan gas antara pasokan dan penjualan gas, baik ekspor maupun domestik, karena itu merupakan angka rata-rata realisasi penyerapan gas bumi dan tidak dibandingkan dengan kebutuhan gas bumi.

“Perkiraan kebutuhan pembeli ekspor adalah berdasarkan angka MDQ (Maximum Daily Quantity) dikarenakan pembeli dapat melakukan nominasi hingga MDQ,” ujarnya.

Dia mengatakan, hingga September 2021 tidak ada selisih kekurangan gas antara pasokan dan penjualan gas, baik ekspor maupun domestik, karena itu merupakan angka rata-rata realisasi penyerapan gas bumi dan tidak dibandingkan dengan kebutuhan gas bumi.

Namun bila kebutuhan ekspor gas ke Singapura tersebut meningkat hingga akhir tahun, maka diperkirakan memang ada defisit pasokan gas hingga 232,59 BBTUD. Namun demikian, pihaknya akan berupaya agar kontrak gas bisa dipenuhi.

“SKK Migas bersama KKKS akan terus berusaha menjaga tingkat produksi gas dan memenuhi kebutuhan gas bumi sesuai kontrak,” ucapnya.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *