Buya Yahya: Inilah Bedanya Orang yang sering Berdzikir dan Tidak, Kalo Sekedar Dzikir Belum Ceria di Iman

Bedanya yang sering Berdzikir dan Tidak
Buya Yahya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idDzikir merupakan amalan yang tidak mempunyai batasan. Tidak mempunyai batas waktu, tempat dan pahala.

Keutamaan dalam berdzikir bagi seorang muslim adalah dilakukan setiap waktu baik dengan ucapan atau dari hati. Ia selalu ingin terhubung secara langsung dengan Allah SWT.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Rasulullah SAW menggambarkan perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup, sementara orang yang tidak berdzikir kepada Allah sebagai orang yang mati.

Dalam hadist Riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati.”

Hadist tersebut menunjukkan bahwasannya terdapat perbedaan di antara seorang hamba dengan hamba yang lain, apabila mereka gemar berdzikir atau tidak.

Dilansir dari video YouTube Al-Bahjah TV unggahan 10 Agustus 2018, Ustadz Buya Yahya menyampaikan beberapa perbedaan orang yang suka berdzikir dengan yang tidak.

“Perbedaan antara orang yang suka berdzikir dengan orang tidak suka berdzikir itu sangat jauh. Orang yang rajin berdzikir hatinya hidup, hatinya penuh dengan mengingat Allah SWT,” tuturnya.

Sejatinya berdzikir dilakukan di dalam hati seseorang, yang mana secara otomatis akan menghiasi hatinya tersebut.

Namun jika dilakukan dengan ucapan atau melalui lidah maka ia akan menghiasi lidahnya.

Ustadz Buya Yahya dalam ceramahnya pula menegaskan bahwasannya dzikir bukan hanya dengan menyebut lailahaillallah tetapi dzikir dilakukan dalam setiap langkah keseharian seseorang.

Sehingga yang terpenting dari dzikir adalah, selain pengucapannya tetapi apakah dzikir tersebut telah diamalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sebagai seorang muslim.

Makna dzikir yang dimaksud Ustadz Buya Yahya adalah makna dzikir yang meluas.

“Dan apapun yang kita lakukan jika hal tersebut mengingatkan kita kepada Allah maka itu disebut dzikir. Salat dzikir, bersilaturahmi termasuk dzikir. Karena silaturahmi termasuk amalan yang mengingat Allah SWT.” jelasnya.

Dilanjutkan oleh Ustadz Buya Yahya bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdzikir yang banyak, dilakukan terus menerus.

“Lakukanlah dzikir yang banyak, tapi bukan sekedar dzikir. Jika hanya sekedar dzikir belum ceria di iman. Orang yang senang berdzikir setiap langkahnya akan selalu mengingat Allah.” lanjutnya.

Bagi orang yang gemar berdzikir Allah SWT akan selalu ditempatkan di hatinya. Setiap langkahnya, hatinya, matanya, lisannya dan lain sebagainya.

Berbeda dengan orang yang tidak suka atau jarang berdzikir. Mereka cenderung menjadi orang yang munafik. Terlihat beriman namun sebenarnya hanya mencari perhatian dunia.

“Orang munafik menipu Allah, kelihatannya ngaku beriman nyatanya tidak, berpura-pura melakukan Salat tetapi tidak khusyuk dihatinya,” ujar Ustadz Buya Yahya.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW orang munafik beramai-ramai melakukan Salat di siang hari tetapi tidak dimalam hari. Mereka melakukan Salat pula dengan bermalas-malasan.

Bibit-bibit kemunafikan mudah tumbuh dihati seorang yang tidak suka berdzikir, perbuatannya hanya untuk dilihat atau diakui oleh manusia tidak karena Allah SWT.

Perilaku orang-orang munafik seperti tidak Salat di malam hari, beramal namun diberitakan, Salat tahajud di malam hari lalu diceritakan di pagi hari, dan lain sebagainya. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa orang munafik senang atau hanya ingin disanjung oleh manusia. [lumajang]

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *