Negara Milik Semua

Negara Milik Semua
Prof Haedar Nashir
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Di negeri ini tidak semestinya berkembang siapa yang kuat dan yang menang menguasai Indonesia dalam hukum Darwinian. Manakala hal itu terjadi, Indonesia dapat terpapar “radikalisme-ekstrem” dalam bentuk lain, yang tentu saja tidak sejalan dengan Pancasila dan Konstitusi 1945.

Indonesia wajib hukumnya untuk menjadi milik semua. Masa depan bangsa dan negara pun terancam dan menjadi ladang pertaruhan melebihi atau menyamai ancaman radikalisme jika dikuasai oleh sekelompok pihak yang merusak bangunan dasar keindonesiaan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pemerintah negara wajib hadir untuk melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintahan negara dari pusat sampai daerah beserta seluruh institusi yang melekat di dalamnya harus menjadi milik semua yang mengayomi, memayungi, menyantuni, melayani, dan melindungi semua.

Ancaman keindonesiaan bukan hanya separatisme fisik, melainkan dapat berupa separatisme nonfisik dalam segala hasrat hegemoni, dominasi, dan oligarki atas nama apa pun dan oleh siapa pun atau kelompok mana pun.

Pemerintah negara wajib hadir untuk melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia, serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Para warga dan lebih-lebih elite bangsa niscaya memupuk jiwa kenegarawanan yang meletakkan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, kelompok, golongan, dan segala primordialisme yang mencederai keindonesiaan. Jiwa kenegarawanan yang luhur itu mesti dijadikan alam pikiran, sikap, dan orientasi tindakan nyata dalam berbangsa dan bernegra.

Bukan jiwa kenegarawanan sebagai slogan yang indah pada narasi kata dan retorika, melainkan miskin tindakan dan bukti nyata. Jiwa kenegarawanan yang autentik antara kata dan perbuatan, bukan dalam jargon heroik kebinekaan dan keindonesiaan yang terkunci dalam verbalisme NKRI harga mati hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Bagi kaum beriman, jiwa kenegarawanan dalam berbangsa dan bernegara mesti lahir dari tauhid yang menundukkan segala ananiyah diri di atas otoritas Allah Yang Maha Kuasa. Kuasa duniawi itu nisbi dan titipan Tuhan yang mesti dirawat dengan jiwa terpercaya.

Sebaliknya, mesti dieliminasi segala wujud nafsu duniawi yang melampaui batas. Nabi mengingatkan, jika manusia diberi satu gunung emas, dia akan meminta gunung yang kedua, setelah diberi yang kedua, dia minta gunung emas ketiga. Hanya kematian yang memutus nafsu keserakahan itu (QS at-Takatsur: 1-2).

Mandat kekuasaan duniawi bagi orang-orang beriman bukanlah barang indrawi yang mesti dikuasai menjadi milik sendiri dengan arogansi dan lupa diri. Takhta itu amanah sangat berat yang harus dipertanggungjawabkan di mahkamah Tuhan.

Bukankah Allah mengingatkan dengan firman-Nya, “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS an-Nisa: 58).

Jika hasrat kuasa diri dan kroni menjelma menjadi sangkar besi, lantas di mana ajaran luhur agama dan nilai suci Ilahi masuk ke jantung hati! [republika]

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *