Rakusnya Keterlaluan! ICW Ungkap Bisnis Tes PCR Covid-19 Rezim Jokowi Untung Rp 10,46 Triliun, Said Didu: Bisa Beli Pesawat Pribadi

Said Didu. Foto: Dok Detik/Ari Saputra
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Peneliti ICW Wana Alamsyah mengatakan hitungan itu berdasarkan jumlah spesimen yang sudah dikumpulkan sebanyak 25.840.025 dikalikan dengan 20 persen profit keuntungan dari harga PCR sebelum diturunkan sebesar Rp 900 ribu per tes (Di India Hanya 65 Ribu Rupiah).

“Sejak Oktober 2020 – October 2021 penyedia jasa layanan kesehatan untuk tes PCR setidaknya mendapatkan keuntungan 10,46 triliun,” kata Wana dalam diskusi virtual, Jumat (22/10/2021).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ini angka yang sangat besar dalam konteks pandemi saat ini ketika sebagian orang sulit mendapatkan pekerjaan tapi kemudian mereka terpapar,” ucapnya.

Dilansir dari berbagai sumber, turunnya harga tes PCR kemudian memunculkan banyak respons, ada yang menyambut baik. Namun ada juga yang menganggap kebijakan itu terlambat, seperti yang disampaikan kolumnis Hersubeno Arief.

Ia mengakui adanya keterlambatan penurunan harga tes PCR di Indonesia lantaran proyek ini sudah berjalan lebih dari 1,5 tahun, di mana para pelakon usaha tes PCR sudah untung besar dari peristiwa pandemi ini.

Hersobeno pun bahkan membongkar adanya importir tes PCR di Indonesia yang sudah membeli pesawat pribadi karena saking besarnya keuntungan yang didapat.

Info ini setidaknya didapat dari Mantan Sekretaris Menteri BUMN, Muhammad Said Didu di saluran Youtube FNN, Rabu 18 Agustus 2021.

“Bayangkan, berapa keuntungan mereka selama ini, besar, gila-gilaan. Mereka selama ini berhasil mengeruk keuntungan, kata Said Didu ada importir PCR yang bisa beli pesawat pribadi,” katanya dikutip Hops.id–jaringan Suara.com.

Pada kesempatan yang sama ditampilkan bagaimana pernyataan Said Didu menyinggung jumlah perputaran uang dari tes PCR di Indonesia. Menurutnya, dari pihak-pihak inilah, ada yang coba mengeruk keuntungan dari mahalnya fasilitas kesehatan di tengah pandemi.

“Ini bisnis yang sangat besar, kalau setahun ada yang PCR 20 juta orang, itu bisa besar sekali,” katanya.

Dia mencontohkan biaya PCR di Indonesia yang dipatok Rp900 ribu dengan hasil lebih dari 24 jam, dan biaya Rp 1,5 juta jika menginginkan hasilnya cepat alias 1 x 24 jam.

Said Didu lalu memukul angka rata-rata Rp1,2 juta, di mana dengan dana segitu, bisa ada dana Rp 20 triliun berputar.

“Nah di sinilah ada yang monopoli, sampai ada importir yang punya izin impor PCR sudah bisa beli pesawat pribadi, saking untungnya besar sekali. Dialah yang pasti punya akses dengan penguasa selama ini,” ungkapnya.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *