Jas Merah Bung Karno

Jas Merah Bung Karno
Jas Merah Bung Karno
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Daniel Mohammad Rosyid

Hajinews.id – Setelah peristiwa G30S/PKI, setahun kemudian Sang Proklamator mengatakan Jas Merah : jangan sekali-kali melupakan sejarah. Maknanya, jika kita tidak bisa belajar dari sejarah, maka sejarah akan mengajar kita dengan keras.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagi sebagian manusia, mungkin pelajaran sejarah dianggap tidak penting. Matematika dan Fisika, mungkin dinilai lebih penting, tapi sejarah adalah pelajaran terpenting bagi manusia sebagai spesies terorganisir.

Manusia bukan sekedar makhluq yang sedikit lebih cerdas dari simpanse atau makhluq biokimia rumit yang rapuh menghadapi virus. Yang membedakannya dari spesies lain adalah kemampuannya berpikir kompleks melalui simbol-simbol sehingga bisa belajar dari masa lalu.

Semesta simbol yang penting adalah bahasa sebagai repertoir instrumen berpikir yang paling sederhana. Berbeda dengan matematika dan statistika yang crispy, bahasa memberi instrumen untuk mengatasi fuzziness.

Sejarah diungkapkan terutama yang terpenting dengan bahasa dalam bentuk narasi tertulis yang menjadi collective memory.
Sejarah bisa diungkapkan juga dalam dongeng secara bertutur dalam cerita rakyat dan folklore.

Kedua bentuk perekaman masa lalu beserta pemaknaannya oleh penulis dan penutur sejarah itu penting dan saling melengkapi.

Sayang sekali manusia kadang cukup dungu untuk berani tidak belajar lagi karena merasa serba jumawa : berkuasa, berharta dan merasa umurnya masih panjang.
Muhammad Rasulullah saw suatu ketika mengatakan bahwa yang paling cerdas diantara manusia adalah yang paling ingat akan kematian. Cukuplah kematian menjadi nasehat bagi manusia.

Kematian Politik Bung Karno setelah berjaya hampir satu dekade setelah Dekrit Presiden 5/7/1959 itu, baiklah dicermati.
Bagi Romo Franz Magnis Suseno, preemptive move Bung Karno itu terbukti menjadi blunder politik paling monumentalnya. Walaupun oleh sebagian ummat Islam Dekrit itu berarti pengakuan

Piagam Jakarta dalam kerangka hukum nasional, namun segera setelah itu Bung Karno mulai memenjarakan tokoh-tokoh Islam di Masyumi di luar Partai NU seperti Natsir dan Hamka.
Bung Karno memanfaatkan dukungan PKI yang makin kuat dan kedekatannya dengan Moskow dan kemudian Peking. Dengan slogan Nasakom, Bung Karno secara lambat tapi pasti menjadi diktator. Orang-orang PKI seperti Aidit menjadi pendukung politik paling setia.

Merefleksikan satu episode dalam sejarah kelam bangsa ini, kiranya tokoh-tokoh nasionalis, NU dan komunis saat ini mewaspadai peringatan Jas Merah Bung Karno itu.
Sebagai gagasan, Nasakom ternyata hanya ilusi Bung Karno.

Terbukti kemudian Bung Karno jatuh dan yang menang adalah kapitalisme Barat.

Lebih dua dekade kemudian, saat keruntuhan Tembok Berlin, Fukuyama mengatakan keruntuhan USSR sebagai The End of History.
Memasuki milenium kedua, saat Fareed Zakarya mensinyalir kemunduran AS dan meramalkan sebuah Post American World, kita justru menyaksikan kebangkitan China.
Saat dunia dihantam pandemi Covid-19, dan China dan Eropa mulai dihantam krisis energi dan hutang, di Afghanistan justru muncul Pemerintahan Islam Afghanistan setelah berhasil mengusir AS dari bumi Khurasan itu.

Jadi, sejarah memang belum berakhir dan sejarah tetap memberi pelajaran penting bagi mereka yang beriman. Orang-orang beriman diserukan untuk bertaqwa yaitu merenungkan sejarah demi menyambut masa depan.

Maka jadilah Musa dan sahabat-sahabatnya, jangan menjadi Fir’aun, taipan Qarun, kyai Bal’am dan teknokrat Haman.

Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, 31/10/2021

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *