Ustadz Adi Hidayat: Apakah Sakit Merupakan Takdir atau karena Dosa? Begini Penjelasan Beliau

Ustadz Adi Hidayat: Apakah Sakit Merupakan Takdir atau karena Dosa?
Ustadz Adi Hidayat: Apakah Sakit Merupakan Takdir atau karena Dosa?
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Bisa dikatakan jika sakit merupakan salah satu kondisi terlemah manusia.

Banyak kesulitan dan kesakitan yang harus dirasakan ketika mengalami sebuah penyakit.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya mengenai penyebab penyakit yang sesungguhnya.

Apakah penyakit ini disebabkan karena dosa atau memang sudah takdir?

Ustadz Adi Hidayat menjelaskannya dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal Youtube Cermaha Pendek pada 18 Februari 2017.

Ustadz Adi Hidayat mengatakan jika sakit bisa memang karena takdir, namun bisa juga disebabkan karena dosa yang diperbuat.

Contoh bagi sakit yang memang sudah ditakdirkan oleh Allah adalah kasus Nabi Ayyub.

Nabi Ayyub merupakan seorang Nabi dan Rasul yang tentu sudah dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa.

Meski demikian, Nabi Ayyub menderita penyakit menahun yang cukup parah.

Penyakit tersebut bahkan membuat semua orang pergi meninggalkannya, termasuk sang istri.

Meskipun demikian, Nabi Ayyub tetap menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Jadi, terkadang penyakit datang sebagai sebuah cobaan untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah.

Allah hanya ingin melihat, jika diberi sakit apakah hamba-Nya tersebut masih berkenan ke masjid?

Ada sebagian orang yang sekalipun dalam kondisi sakit, tapi tetap pergi ke masjid.

Hal ini seperti kisah seorang sahabat yang tidak bisa melihat dan jarak rumahnya ke masjid sekitar 500 m – 1 km.

Beliau bertanya pada nabi, apakah bisa sholat di rumah atau tidak?

Nabi Muhammad mengatakan, selama mendengar adzan, maka sholatlah di masjid.

Kembali ke pembahasan sebelumnya. Selain karena takdir, penyakit fisik juga bisa karena dosa yang diperbuat.

Contohnya adalah ketika pulang dari masjid atau majlis ta’lim mengambil sandal orang lain.

Pastinya hati dan pikirannya tidak pernah merasa tenang dan selalu was was.

Setiap akan melangkah, pasti tengok kanan kiri dahulu karena takut ketahuan.

Tidur tidak bisa nyenyak, aktivitas tidak bisa tenang karena selalu kepikiran.

Akibatnya, kepala menjadi pusing karena terus memikirkan perbuatannya.

Sekalipun sudah minum obat sakit kepala, belum tentu bisa sembuh.

Hal ini dikarenakan sumber penyakutnya bukan ada pada fisik, melainkan pada jiwanya. [jmbr]

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *