Asal Muasal kata Yahudi dan Nasrani menurut Al-Quran

kata Yahudi dan Nasrani menurut Al-Quran
kata Yahudi dan Nasrani menurut Al-Quran
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Terlebih dahulu kami ingin membuat disclaimer, bahwa catatan berikut ini sekedar sebagai bagian dari pemenuhan atas kewajiban diri kami sendiri, untuk menyampaikan atau mensyiarkan firman Allah SWT. Kami sama sekali tidak berpretensi untuk para pembaca merasa “harus” atau “terpaksa” meninggalkan agama dan atau kepercayaan anda, setelah membaca catatan ini. Karena kami pun tahu bahwa masalah keimanan kepada Allah, ketaatan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW, membenarkan para Malaikat-Nya, membenarkan firman-Nya yang disampaikan dalam Al-Quran, membenarkan akan adanya hari kebangkitan setelah kematian dan bersikap menerima segala ketetapan-Nya, semuanya mesti dilakukan karena ‘panggilan’ nurani, dan tidak boleh dilakukan karena adanya tekanan, atau paksaan. la ikraha fi din, “tidak ada paksaan dalam agama”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selanjutnya Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

wa may yabtagi gairal-islāmi dīnan fa lay yuqbala min-h, wa huwa fil-ākhirati minal khāsirīn

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”

Q.S Ali ‘Imran [3] : 85

Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ayat ini diturunkan atau diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, setelah diwahyukannya ayat 62 pada surah Al-Baqarah sebagai berikut:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِـِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

innallażīna āmanū wallażīna hādū wan-naṣārā waṣ-ṣābi’īna man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ‘amila ṣāliḥan fa lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”

Q.S Al-Baqarah [2] : 62

Ibnu Mas’ud mengatakan ayat “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi” ini berkenaan dengan Salman Al-Farizi, salah seorang tokoh masyarakat Jundisapur pada masa itu.

As-Suyuthi menuliskan sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Kami orang yang paling mengetahui mengapa orang-orang Yahudi menamakan dirinya sebagai Yahudi dan mengapa orang-orang Nashrani menemakan diri mereka Nashrani. Dinamakan Yahudi karena perkataan yang pernah di ucapkan Musa Alaihissalam “Inna Hudna Ilaika” artinya “Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau” (QS. Al-A’raf (7): 156). Setelah Musa wafat, mereka mengatakan kata “Hudna” (bertaubat) ini sangat disukainya. Maka mereka menamakan diri mereka Yahudi. Jadi orang Yahudi itu sejatinya adalah ungkapan kepada Bani Israil yang melakukan pertaubatan dan kembali kepada ajaran Allah, Tuhan Nabi Musa.

Adapun dinamakan Nashrani karena Nabi Isa Alaihissalam pernah mengatakan: ( _Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama) Allah? Para hawariyyun (sahabat-sahabat setia) menjawab. Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. (QS. Ali Imran (3): 52, Ash-Shaff (61): 14. Maka mereka pun menamakan diri mereka sebagai Nashrani, yang artinya penolong (agama) Allah.

Ayat ini dewasa ini seringkali dijadikan dalil yang sesat dan menyesatkan, umat manusia yang tidak memiliki pengetahuan terhadap ayat ini. Banyak kalangan mengatakan bahwa orang Yahudi, Nasrani sebagaimana mereka dengan agama yang dianutnya dewasa ini, adalah orang yang beriman kepada Allah dan karena itu jika mereka melakukan kebaikan, maka mereka tidak perlu bersedih hati.

Sebab itu, mari kita lihat apa yang dimaksud dengan ma’ruf atau kebaikan.
Misalnya pada ayat “kuntum Khaira ukhrijat linnasi ta’muruuna bil ma’rufi….hingga akhir ayat. (QS. Ali Imran (3): 117.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud “ta’muruuna bil ma’ruf” artinya hendaknya mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah”. la Ilaha Illa Allah adalah sebesar-besarnya kebaikan.

Sehingga dengan demikian, sebagaimana di contohkan oleh Salman Al-Farizi yang menjadi asbab diturunkannya ayat 62 pada surah Al-Baqarah diatas, maka dapat dipahami bahwa ayat itu, memberitahu bahwa para pengikut Nabi Musa yang bertaubat kembali kepada (agama) Allah, dengan mengucapkan kesaksian la Ilaha Illa Allah dan para pengikut Nabi Isa yang teguh pada prinsipnya untuk membela (agama) Allah, maka mereka hendaknya menyempurnakan kebaikan mereka dengan menerima Kenabian Muhammad SAW, serta membenarkan Al-Qur’an yang telah diwahyukan kepada Beliau, atau lebih tegasnya hendaknya mereka melakukan konversi kepada pelaksanaan syariat Islam.

Dan tafsir seperti ini tidak perlu diperdebatkan karena sudah jutaan eks pemeluk agama Yahudi dan atau Nashrani yang menjadi muallaf, sebagai bentuk kesadaran dalam menyempurnakan kebaikan mereka. Dan itulah sikap yang benar sebagaimana merupakan saksi atas kebenaran firman Allah SWT.

Sebab itu, dengan tidak bermaksud memaksakan penafsiran dari Ibnu Mas’ud maupun Ibnu Abbas ini, kami mengajak kepada saudara-saudara yang masih memeluk ajaran Yahudi dan Nasrani, supaya mengikuti mereka yang telah terlebih dahulu mengambil sikap yang baik dan benar dengan menjadi muallaf.

Catatan ini kami sampaikan sebagai bentuk sikap yang berbeda dengan para ulama yang dengan alasan “toleransi” membiarkan saudara-saudara kita tetap dalam “kegelapan”, dan tidak menganjurkan untuk menyempurnakan kebaikan.

Namun seperti yang kami sampaikan diawal catatan ini, sama sekali kami tidak memaksakan kehendak.

Selanjutnya Kami berserah diri kepada Allah SWT, semoga catatan ini menjadi saksi bagi kami bahwa kami telah mengajak saudara-saudara sebagaimana firman-Nya:

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ

qul yā ahlal-kitābi ta‘ālau ilā kalimatin sawā’im bainanā wa bainakum allā na‘buda illallāha wa lā nusyrika bihī syai’aw wa lā yattakhiża ba‘ḍunā ba‘ḍan arbābam min dūnillāh, fa in tawallau fa qūlusyhadū bi’annā muslimūn

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”

Q.S Ali ‘Imran [3] : 64

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada kita semua.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *