Global Innovation Index 2021 Dan World Competitiveness Report 2021. Kita Berinovasi Atau Kita Mati

Global Innovation Index 2021
Global Innovation Index 2021
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



By A. Hanief Saha Ghafur ( Ketua Program Doktor Kajian Stratejik & Global, SKSG, Universitas Indonesia. Dosen “Metodologi Riset” SKSG-UI dan Dosen Matakuliah “Kepemimpinan Stratejik” di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, PTIK)

Hajinews.idGlobal Innovation Index (GII) adalah institusi pemeringkatan yang dibuat bersama oleh beberapa lembaga dengan reputasi internasional seperti Cornell University, WIPO, ECOSOC, INSEAD, dll. GII mengukur kapasitas & daya inovasi bangsa-bangsa di beberapa Negara dengan 80 indikator. Seperti indikator investasi riset & pengembangan, hak paten internasional, ekspor produk teknologi, aplikasi mobile online, dsb. GII publication 2021, mengukur kemampuan inovasi di 129 negara. Terlampir indikator & score penilaiannya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Rilis terbaru 1/10 dari Global Innovation Index (GII) 2021. Di tingkat dunia peringkat negara paling inovatif dengan income tinggi diduduki

  1. Swiss,
  2. Swedia,
  3. USA,
  4. Inggris,
  5. Korea Selatan,
  6. Belanda,
  7. Finlandia,
  8. Singapura.

Nyaris tak ada perubahan dari tahun sebelumnya.

Bagaimana dengan skor INDONESIA yang ada diangka = 87. Semula di 2020 ada diangka = 85. Artinya posisi kita stagnan & tidak ada kegiatan inovasi signifikan yang dapat mendongkrak skor. Begitu pula INDONESIA masih tetap jauh bila dibanding dengan tetangga kita ASEAN. Singapore masih tetap tertinggi diantara sesama Asean diangka skor 57,8. Singapura diperingkat = 1 di pilar institusi, peringkat 3 di pilar kecanggihan bisnis, dan peringkat ke-8 dalam skor global. Sedang Malaysia di skor = 41.9, Thailand = 37.2, Vietnam = 37.0, Philippines = 35.3, & Brunei Darussalam = 28.2

Bila skor ini dikorelasikan antara kemampuan inovasi dengan daya saing bangsa dengan Indeks Pembangunan Manusia sangat terkait dan relevan. Korelasi ketiganya untuk menemukan posisi yang tepat pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Mari kita membaca laporan riset World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021 yang dilakukan oleh Institute Management Development (IMD) menempatkan daya saing Indonesia pada peringkat 37 dari total 64 negara. Peringkat Indonesia di 2021 sedikit meningkat dari posisi 2019 di peringkat 40. Walaupun total peringkat Indonesia naik. Namun peringkat di negara Asia Pasifik, tetap berada di posisi 11 dari 14 negara, di atas India & Filipina. Naiknya peringkat Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan oleh peningkatan daya saing nasional tetapi juga penurunan daya saing negara lain terutama akibat pandemi Covid-19. Walaupun dari tahun ke tahun di tengah persaingan bangsa-bangsa di dunia peringkat Indonesia dalam IMD World Competitiveness Ranking 2021 stagnan. Namun Indonesia masih di atas India, Rusia, & Turki.

Dalam pengertian, tidak ada daya saing tanpa dukungan inovasi. Dengan inovasi, maka daya saing bangsa akan terangkat.
Menariknya INDONESIA berdasarkan pilar inovasi dari Global Competitive Report WEF (World Economic Forum), biasanya Indonesia di atas Vietnam & Philipina. Bahkan pernah di atas Thailand. Walaupun masih selalu dibawah Singapura & Malaysia.

Pelajaran berharga bila kita terus memacu pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi & daya saing. Pengembangan inovasi kreatif berbasis digital yang kuat di sektor pertanian & produk turunannya akan membantu Indonesia atasi tantangan pangan. Kekuatan inovasi, kreativitas, & daya saing sangat dibutuhkan bagi penguatan & daya saing pasar pada produk industri kita.

II. Berinovasi atau Mati

Saat bangsa Indonesia berjuang agar NKRI merdeka, kita punya jargon “merdeka atoe mati”. Tidak merdeka lebih baik mati. Namun berbeda perjuangan kita ke depan tidak ditentukan oleh darah & air mata. Tetapi ditentukan oleh kekuatan ekonomi & kemampuan Iptek. Sedang 2 kekuatan penentu ini harus diwujudkan dan dimanifestasikan dalam perjuangan nyata di lapangan

Perjuangan nyata ke depan ditentukan oleh kemampuan kita “berkreasi & berinovasi atau kita mati”. Keberlanjutan kita menjadi terkemuka ditentukan oleh kecerdasan kita berinovasi & kemampuan kita berdaya saing. Dua kata kunci inilah penentu garda depan bangsa kita untuk bisa tetap terkemuka & memimpin dunia.

Membaca laporan Indeks Pembangunan Manusia 2021 ada istilah “soft nations” dalam buku ASIAN DRAMA. Soft Nations menurut Gunnar Myrdal adalah bangsa yang selalu dirundung krisis kemiskinan, kebodohan, konflik, perang, & tak mampu atasi masalah internalnya. Sedang “hard Nations” adalah bangsa-bangsa yang berdaya saing tinggi mampu atasi semua masalah dengan cepat, cerdas, & sukses. Bahkan kompetitif & leading dalam setiap persaingan dengan bangsa-bangsa lain.

Perubahan adalah keniscayaan. Semakin cepat perubahan & semakin ketat persaingan, maka semakin kuat kebutuhan akan kreatifitas & inovasi untuk tetap survive dan bisa leading. Bahkan dalam perencanaan stratejik, kreatifitas & inovasi harus lebih cepat & laju memandu dibanding dengan perubahan & persaingan itu sendiri.

Coba kita melihat, bagaimana ketatnya persaingan dijagat galaxy antara HP IPhone dengan Samsung. Persaingan antara elektronika Jepang, Korsel, & Taiwan. Semua kembali kepada 6 penentu keunggulan mutu bangsa-bangsa di dunia. Jelas sekali 2 kunci penentu kemenangan yaitu kekuatan ekonomi & kemampuan Iptek. Dari 2 kunci kemenangan itu, ada 2 motor penggerak utama yaitu perubahan & bersaing positif. Ada 2 pemandu utama dari kemajuan & daya saing bangsa-bangsa, yaitu: kreatifitas & inovasi. Mau terus berinovasi & berdaya saing atau kita mati. Berkreasi & berinovasi adalah harga mati. KITA CERDAS, KREATIF, & BERDAYA SAING ATAU KITA MATI. Majulah negeriku, jayalah bangsaku. Sekian. Salam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *