Haji Mabrur, Contohlah Etos Kerja Nabi Ibrahim

Layar kajian secara online danlive youtube Hajinews TV
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id,- Salah satu ciri haji mabrur adalah mampu merealisasikan etos kerja Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya adalah kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, serta ikhlas menjalankannya. Satu lagi yang tak boleh dilupakan adalah tegar dan adaptif dalam segala situasi dengan tetap dalam keimanan.

“Coba lihat betapa Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang sebenarnya sebagaimana disebut dalam surat Al-An’am ayat 76-79. Juga perjalanannya dari Irak ke Palestina kawasan Syiria, dari Syiria berangkat ke Mesir, dari Mesir balik lagi ke Syiria, dari Syiria barulah ke Mekkah membangun Kabah beserta Ismail dan Istrinya Siti Hajar,” kata Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah dan Ketua PP IPHI. Abudin berbicara dalam kajian seri ke-2 “Menyegarkan Kembali Konsep Haji Mabrur” di IPHI Jalan Matraman Jakarta. Kajian ini juga dilakukan secara online dan live Youtube hajinews TV.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Abudin melanjutkan bahwa dalam kisah Siti Hajar mencari air di padang pasir ke sana kemari akhirnya membawa berkah munculnya air zamzam. Demikian juga ketegaran Nabi Ibrahim ketika diperintahkan menyembelih anaknya Ismail, dan keikhlasan Ismail menerimanya, lalu digantikan seekor gibas. Inilah etos kerja Nabi Ibrahim yang perlu dicontoh dalam kehidupan nyata saat ini.

“Tegar dan adaptif dalam situasi apapun, karena dibalik itu semua ada hikmah yang dapat menjadi pelajaran bagi kita,” tambahnya.

Sementara itu dalam pengantar kajian, Ketua Umum PP IPHI, H. Ismed Hasan Putro  menegaskan harapannya sesuai pesan Muktamar ke-7 di Surabaya untuk meningkatkan kualitas haji mabrur yang dibuktikan dalam aspek spiritualnya maupun kerja sosialnya. Seperti juga diharapkan oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam Muktamar Surabaya, serta Dirjen Haji dan Umroh Prof. Hilman Latief dalam acara Pelantikan, bahwa pemerintah berharap besar kontribusi IPHI untuk bangsa dan negara. Ini sesuai dengan visi besar IPHI yakni merawat Haji Mabrur Sepanjang Hayat.

Selanjutnya Prof. Dr. Wawan Wahyudin, Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan Dewan Pakar PP IPHI menjelaskan lebih lanjut tentang kisah nabi Ibrahim yang perlu ditiru, yakni tegar dan tahan terhadap godaan (harta, tahta dan wanita), peduli sosial dan tidak sombong.

“Nabi Ibrahim itu mampu bertahan dalam bumi yang tandus dan tegar serta mampu mempertahankan keimanannya dalam situasi apapun. Saat ini kita juga banyak menghadapai banyak godaan, harus tegar dalam situasi yang tidak kondusif, jangan sampai murtad dengan mengorbankan keimanan. Itu yang pertama,” kata Wawan Wahyudin.

“Yang kedua adalah Nabi Ibrahim mampu mendidik anaknya Ismail dalam situasi keterbatasan, menjadi penghuni surga. Masya Allah. Demikian juga kisah Siti Hajar yang diabadikan dalam rukun haji yakni Sa’i, yakni berlari dari Bukit Sofa dan Marwa mencari air di tengah tanah tandus. Itu adalah sebuah usaha yang dilakukan seorang wanita bernama Siti Hajar, dalam kondisi Yaa Allah, terus terang saya nangis kalau ingat ini. Sekarang sudah enak, ada AC dan ingin minum tinggal pencet. Ketika Siti Hajar mencari air ke Sofa dan Marwa itulah kemudian keluar air zamzam.”

Wahyudin menambahkan bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah peduli sosial. Air zamzam yang disemburkan dari dulu hingga sekarang, sudah berapa milyar liter untuk keberkahan manusia. Makanya kemudian Wawan Wahyudin menyarankan setiap jemaah haji yang akan berangkat maupun yang sudah berhaji, wakaf Rp5 ribu saja, akan terkumpul dana milyaran rupiah, bisa untuk mendirikan pesantren, rumah sakit dan masjid.

Dr. Abubakar Wasahua, Ketua PW IPHI Sulawesi Selatan dalam tanggapannya menjelaskan bahwa masalahnya saat ini adalah bagaimana melaksanakan spirit dari sejarah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan bai Ismail. Lewat organisasi IPHI inilah sifat kejuangan, etos kerja Nabi Ibrahim, dan spirit mengenal Allah dan Rasul dalam segala dimensi, perlu dipuuk terus tanpa henti. Karena sesungguhnya haji mabrur itu wujudnya adalah istiqomah menebar kebaikan. Kemabruran harus memberi pengaruh bukan hanya kepada dirinya tetapi juga lingkungan sosialnya.

Sedangkan Ketua PW IPHI Lampung H. Tobroni Haru menjelaskan spirit Nabi Ibrahim dalam bentuk trilogi kerukunan umat beragama, yakni kerukunan dengan pemerintah, dengan sesama umat beragama dan dengan umat beragama lain. Untuk ini perlu meningkatkan gerakan silaturahmi dan bersedekah. “Alumni haji harus jadi pelopor pemersatu, ” kata Tobroni Harun.

Dr. Bustomi Usman,ketua PW IPHI Aceh menanggapinya dengan menyatakan bahwa indikator kemabruran haji yang paling sederhana adalah membiasakan shalat jamaah, bersedekah, menghindari maksiat dan tidak menganggap orang lain lebih rendah.

Sedangkan H. Harsono, MBA, Ketua PW IPHI Jawa Tengah menjelaskan bahwa haji mabrur itu sebuah proses, sehingga harus dimulai dari proses ketika hendak berhaji. Uang haji jelas harus didapat dari proses yang halal. Ketika berhaji juga sesuai dengan syarat dan rukunnya, serta sesudah haji menunjukkan sikap hidup yang lebih dekat dengan Allah, banyak beramal, rendah hati dan sabar.

Seri kajian Peradaban Islam dengan yang kali ini membahas haji Mabrur, akan dilakukan secara rutin tiap pekan hari Jumat sore. Kegiatan ini menjadi program khusus IPHI untuk menjalin silaturahmi, konsolidasi organisasi dan saling taushiyah. (*)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *