Ketua PW Muhammadiyah Jateng Raih Doktor Studi Islam

SM/Agus Fathuddin TERIMA IJAZAH: Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Drs H Tafsir MAg menerima ijazah dari Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq usai dinyatakan lulus menjadi Doktor Studi Islam dalam ujian terbuka di auditorium Pascasarjana Jalan Walisongo, Jrakah, Semarang, Jumat (4/2).
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SEMARANG, Hajinews.id – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Drs KH Tafsir MAg menjadi Doktor Studi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jumat (4/2).

Tafsir dinyatakan lulus program doktor setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Dinamika Purifikasi Muhammadiyah di Jawa Tengah” di auditorium Pascasarjana UIN Walisongo, Jalan Walisongo, Jrakah, Semarang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sidang terbuka itu digelar secara daring dan luring, dipimpin Ketua Tim Penguji sekaligus Rektor UIN Walisongo Prof Dr Imam Taufiq MAg dan Sekretaris Sidang Direktur Pascasarjana Prof Dr Abdul Ghofur MAg.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi sebagai penguji eskternal. Tiga penguji lainnya yaitu Prof Dr Abdul Djamil MA, Prof Dr M Mukhsin Jamil MAg, dan Dr Nashihun Amin MAg. Sedangkan promotor Dr Tafsir adalah  Prof Dr Abdul Munir Mulkhan SU Co-Promotor Drs Abu Hapsin MA PhD yang juga mantan Ketua PWNU Jawa Tengah.

SM/Agus Fathuddin
TERIMA IJAZAH: Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Drs H Tafsir MAg menerima ijazah dari Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof Dr Imam Taufiq usai dinyatakan lulus menjadi Doktor Studi Islam dalam ujian terbuka di auditorium Pascasarjana Jalan Walisongo, Jrakah, Semarang, Jumat (4/2).

Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi yang menjadi penguji eksternal mengatakan sidang terbuka Dr Tafsir merupakan contoh keharmonisan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama karena yang diuji Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng dan co-promotornya mantan Ketua PWNU Jawa Tengah. ‘’Sehingga patut ditiru dan dijadikan uswah bagi jama’ah Muhammadiyah dan NU,’’ katanya.

Saat ujian terbuka, kampus 1 Pascasarjana di Jalan Walisongo, Jrakah, dipenuhi dengan ratusan karangan bunga dan bunga anggrek dari para kolega Dr Tafsir.

Jadi Perdebatan

Dalam disertasinya, Dr Tafsir menyoroti perlu adanya purifikasi (desakralisasi, rasionalisasi, dan festivalisasi) budaya di dalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah. Karena selama ini budaya yang notabenenya produk kearifan lokal tak jarang menjadi perdebatan di tengah masyarakat Islam, ketika terjadi perpotongan dengan agama. Sehingga Dr Tafsir menawarkan solusi tentang potensi hadirnya purifikasi di tengah kebudayaan.

Pemahaman tentang purifikasi di Muhammadiyah menurut pria asli Banjarnegara  itu perlu didekonstruksi untuk

kemudian direkonstruksi. Karena pada faktanya pemahaman purifikasi yang ada selama ini telah menimbulkan dilemma bagi ruang gerak Muhammadiyah di tengah-tengah arus deras dinamika sosial yang terjadi.

‘’Dilema antara Muhammadiyah yang ingin membangun faham Islam yang berkemajuan, membangun semangat tajdid dan ijtihad di satu pihak dengan ingin menegakkan Islam yang asli dan murni tanpa tambahan dan perubahan dari manusia di pihak lain. Dari latar belakang pemikiran inilah penelitian ini menemukan masalah-masalah yang meliputi apa pengertian, landasan serta dinamika purifikasi Muhammadiyah secara

konseptual, bagaimana pandangan para Pimpinan Muhammadiyah tentang purifikasi serta bagaimana dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan atau implementasi purifikasi

Muhammadiyah Jawa Tengah,’’ katanya.

Penelitian kualitatif itu menurut Tafsir mengambil lokasi Pimpinan Ranting Muhammadiyah Plompong, Sirampog Kabupaten Brebes, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kaliwungu dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jatinom Kabupaten Klaten.

Untuk memperoleh hasil penelitian, digunakan Analisa deskriptif-interpretatif dengan pendekatan pemikiran Islam dan sejarah dengan kerangka teori pemikiran Fazlur Rahman

tentang cara kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Menurut Tafsir, di dalam rumusan-rumusan ideologi Muhammadiyah tidak terdapat pengertian purifikasi secara definitif tetapi terdapat ungkapan-ungkapan yang mencerminkan makna purifikasi, seperti bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengembalikan kepada ajaran

Islam yang asli dan murni tanpa tambahan dan perubahan dari manusia, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) sebagaimana terdapat dalam Landasan Ideologi Muhammadiyah. (agus)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *