Kabar Gembira! Windhu Purnomo Sebut Penduduk Indonesia Sudah Kebal Covid-19

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

 

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Berbeda dengan banyak ahli epidemiologi yang khawatir pada penyebaran virus Covid-19, justru Windhu Purnomo santai menghadapinya.

Ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini mengatakan penduduk Indonesia sebenarnya sudah kebal pada virus berbahaya itu.

Sebab, program vaksinasi Covid-19 telah mencapai lebih dari 60 persen.

Selain itu, banyak masyarakat yang sudah pernah terpapar virus Covid-19, akan memiliki kekebalan secara otomatis.

Maka, jangan heran bila saat ini masyarakat Indonesia sangat sulit diatur agar menjalankan prokes (protokol kesehatan).

Kita bisa melihat di jalan raya, banyak yang tak memakai masker, kegiatan nongkrong pun tetap berjalan.

“Kita sudah punya kekebalan hasil vaksin Covid-19. Sudah 60 persen untuk dosis kedua. Sedangkan lansia 50 persen, dan ada lagi tambahan booster,” ungkap Windhu pada webinar virtual, Sabtu (12/2/2022).

Menurut Windhu, ada hal yang tidak disadari oleh masyarakat, yakni mereka yang telah terinfeksi sebenarnya telah mendapatkan kekebalan secara alamiah.

“Tahun lalu tiada sadar yang terinfeksi itu memberikan kekebalan secara alamiah,” ujarnya.

“Survei yang dilakukan Kemenkes, Kemenlu dan universitas menemukan hasil bahwa 86,6 persen sudah punya kekebalan di tingkat masyarakat,” lanjutnya.

Hal ini kata Windhu tentu menjadi sebuah kabar baik. Masyarakat telah memiliki modal sehingga tidak usah panik seperti menghadapi varian Delta.

Sehingga, prinsipnya adalah menegakkan protokol kesehatan sebagai perisai utama.

Ia lalu meluruskan jika sedari dulu vaksin Covid-19 tidak pernah mencegah penularan.

Namun mencegah terjadinya gejala berat bila tertular.

Tindakan yang mencegah diri dari terinfeksi sekali lagi adalah prokes. Jika abai, maka tubuh tidak dapat terhindar dari infeksi.

Sementara itu, SINOVAC Biotech Ltd. (SINOVAC) merilis data terbaru yang menunjukkan 95 persen individu yang telah menerima tiga dosis CoronaVac memiliki antibodi penawar terhadap Omicron.

Studi yang diterbitkan di bioRxiv ini diselenggarakan di Tiongkok dan meneliti respons imun CoronaVac, vaksin yang diinaktivasi propiolakton, pada 120 peserta.

Hasil dari penelitian mendukung penggunaan tiga dosis imunisasi karena tingkat serokonversi dari antibodi penetralisir terhadap Omicron meroket dari 3,3 persen (2/60) menjadi 95 persen (57/60) untuk rangkaian dua dan tiga dosis masing-masing.

Pada partisipan yang menerima tiga dosis, peneliti juga mengisolasi 323 antibodi monoklonal manusia yang berasal dari memori sel B, setengahnya mengenali receptor binding domain (RBD) dan menampilkan bahwa sebagian dari mereka (24/163) memberikan netralisasi pada SARS-CoV-2 variants of concerns (VOCs).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebuah varian sebagai VOCs apabila dikaitkan dengan “peningkatan penularan atau perubahan merugikan dalam epidemiologi Covid-19, peningkatan virulensi atau penurunan efektivitas kesehatan masyarakat dan sosial atau pada fasilitas diagnostik, vaksin, dan terapi yang tersedia.”

Pearson Liu, juru bicara Sinovac menyampaikan, saat dunia terus bergulat dengan munculnya varian baru Covid19, penelitian ini memberikan kepastian bahwa tipe vaksin nonaktif, salah satu vaksin yang paling banyak digunakan secara global, tetap efektif melawan Covid-19.

“Hasil tersebut juga mendukung tiga dosis imunisasi untuk memastikan perlindungan terhadap COVID-19, sebuah penemuan yang sejalan dengan saran dari WHO dan badan kesehatan di seluruh dunia untuk semua jenis vaksin Covid-19,” ujar Pearson Liu dalam keterangan resmi, Sabtu (15/1/2022).

Data terbaru ini muncul karena adanya penemuan baru yang menunjukkan bahwa satu bulan setelah dosis kedua, CoronaVac memberikan respons Sel-T yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin mRNA.[3] Hal ini penting dalam mencegah penyakit serius, rawat inap, dan kematian.

Temuan yang dipublikasikan pada bulan Desember 2021 ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh LKS Fakultas Kedokteran, The University of Hong Kong (HKUMed) dan Fakultas Kedokteran, The Chinese University of Hong Kong (CU Medicine).

CoronaVac telah disetujui untuk penggunaan darurat atau penggunaan pemasaran bersyarat oleh WHO dan badan pengawas obat lokal di lebih dari 50 negara dan wilayah.

Lebih dari 2,6 miliar dosis vaksin telah didistribusikan ke seluruh dunia dengan lebih dari 250 juta dosis CoronaVac diberikan pada anak-anak berusia 3 hingga 17 tahun di Tiongkok, per Januari 2022.

Ini adalah vaksin yang digunakan secara luas, dapat ditoleransi dengan baik, juga aman dan efektif, serta merupakan senjata penting kesehatan masyarakat untuk memerangi pandemi.

Data dari beberapa uji klinis menunjukkan bahwa CoronaVac diasosiasikan dengan minim insiden dan efek samping yang serius.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *