Membahas Tasawuf dan Tarekat, UAS Singgung “Wali Setan” dan “Nama Ruh”

Tasawuf dan Tarekat
UAS
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id UAS membacakan pertanyaan dari jemaah yang tertulis di secarik kertas, lalu menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Di antaranya pertanyaan seputar ajaran tasawuf dan tarekat.

“Apa pandangan ustadz tentang ajaran tasawuf dan tarekat? Karena masih banyak masyarakat yang mengatakan ajaran tasawuf itu sesat dan tidak ada ajarannya dari Rasulullah,” bunyi pertanyaan tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

UAS menjawab, amalan-amalan dalam tasawuf dan tarekat memiliki landasan hadis.

“Orang yang ikut tarekat, sebelum dia berzikir, dia disuruh mandi taubat. Adakah dalam hadis tentang mandi taubat? Ada,” jawab UAS sembari mengutip hadis.

“Sebelum mengambil zikir tahlil, maka dia ditalqinkan oleh guru. Adakah Nabi mentalqinkan zikir kepada sahabat? Ada,” imbuhnya.

UAS menerangkan, tarekat-tarekat yang ada bermula dari nama guru yang mentalqinkan zikir.

“Kebetulan guru yang mentalqinkan namanya Imam Abul Hasan Asy-Syadzili, maka nama tarekatnya Syadziliyah,” ujar UAS menyebutkan contoh.

Ia menjelaskan, salah satu tarekat yang masuk ke Minangkabau adalah Tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat ini dibawa oleh Syekh Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi asal Simabur setelah berguru kepada Syekh Dhiyauddin Khalid di Makkah.

Syekh Ismail memiliki murid yang tidak hanya tersebar di Minangkabau, tetapi juga di Sumatra Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.

Di antara murid dari murid Syekh Ismail adalah Syekh Ja’far Pulau Godang, seorang ulama asal Kampar. Ia memiliki anak bernama Buya Somad.

“Saya mengambil zikir tarekat Naqsyabandiyah melalui Buya Somad,” tutur UAS.

UAS mengimbau kepada jemaah untuk berhati-hati terhadap orang-orang yang mengklaim diri sebagai wali.

“Kalau mau ikut tarekat, maka gurunya mesti salat, mesti zikir, mengajak kita kepada Allah,” serunya.

Ia mengatakan, ada seorang mursyid (pembimbing tarekt) yang tidak salat karena beranggapan dirinya sudah sampai pada tingkatan ma’rifat.

“Itu namanya wali setan. Hakikat tanpa syariat batil. Syariat tanpa hakikat sia-sia, tak bermakna. Oleh sebab itu, kalau ingin ambil zikir, lihat mursyidnya,” timpal UAS.

UAS lalu mengutip nasihat Imam Syafii.

“Kalau kau tengok ada orang terbang di atas awan, berjalan di atas air, jangan tertipu karena setan pun bisa melakukan itu. Tapi, pandanglah bagaimana dia menjalankan syariat, mengikuti Nabi Muhammad SAW,” ucapanya.

UAS juga memberikan pandangannya soal nama ruh yang akhir-akhir ini menjadi topik perbincangan di kalangan pengamal tasawuf dan tarekat.

UAS mengatakan, pembahasan mengenai nama ruh terdapat dalam kitab al-Gunyah yang ditulis oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

“Ada hamba Allah yang dikasih nama, (tetapi) yang tahu nama itu hanya Allah. Begitu dalam kitab Al-Gunyah,” terang UAS.

Ia lantas menyebut ada pihak tertentu yang mengklaim mengetahui nama pemberian Allah tersebut.

“Ada orang kini menyebut, saya tahu (nama ruh), dan kalau mau tahu, saya bisa kasih tahu namanya,” kata UAS tanpa menjelaskan siapa orang yang dimaksud.

Mengakhiri ceramahnya, ia berharap agar jemaah tidak gampang terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang mengarah kepada kesesatan.

“Semoga kita dan anak cucu kita terselamatkan daripada ini,” pungkas UAS.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *