RRC: Indonesia Negara Miskin, Korsel Salah Mengajak untuk Membuat KF-21 Boramae!

KF-21 Boramae
KF-21 Boramae
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id KF-21 Boramae menjadi salah satu proyek penting pertahanan Indonesia. Indonesia diajak Korea Selatan alias Korsel membuat KF-21 Boramae. Korsel sengaja mengajak Indonesia membuat KF-21 Boramae.

Jadi bukan Indonesia mengemis dalam proyek ini namun Korsel sendirilah yang sadar diri mengajak Jakarta untuk bersama-sama mengembangkan jet tempur tersebut. Korsel melihat Indonesia yang sudah punya industri dirgantara pastilah mempunyai pengalaman membuat pesawat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hal itu benar dimana adanya N250 Gatotkaca menjadi bukti jika Indonesia bisa membuat pesawat terbang. Kemudian keberhasilan Indonesia merancang CN-235 yang bahkan dipakai oleh Korsel juga jadi pertimbangan sendiri.

Yang pasti Korsel ketagihan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia. Hampir tiga matra alutsista Korsel punya jalinan dengan Indonesia. Di matra darat, Korsel bekerja sama membuat panser Tarantula serta mengekspor Howitzer buatannya ke Indonesia.

Matra laut malah lebih luas lagi, Korsel-Indonesia bekerja sama membuat kapal perang jenis LPD dan kapal selam Nagapasa class. Matra udara ada KF-21 Boramae serta ekspor T-50 Golden Eagle dan pesawat latih KT-1 Wongbee Korsel ke Indonesia. T-50 adalah contoh ekspor paling menguntungkan Korsel.

Gegara dibeli Indonesia, T-50 ikutan diborong Filipina dan Thailand. Malaysia juga kepincut membeli T-50. Bahkan ketiga negara di atas membeli versi lanjutan dari T-50 yakni FA-50.

Padahal performa T-50 dan FA-50 terbilang biasa saja. Apalagi alutsista lainnya buatan Korsel, tanpa ‘dipromosikan’ Indonesia, senjata negeri Gingseng cuma onggokan tak menarik di pasar ekspor. Karena sebab inilah Korsel yakin mengajak Indonesia di proyek KF-21 Boramae.

Di tangan Indonesia masa depan penjualan KF-21 Boramae lebih terjamin. Terlebih Indonesia sudah menyatakan minatnya bakal membeli 80 unit KF-21 Boramae.

Kurang enak apa coba Korsel, dapat iuran 20 persen program pengembangan dan layanan sales marketing dari Indonesia yang terbukti tokcer pastilah mereka mau. Setidaknya target penjualan KF-21 Boramae ditangan Indonesia akan mencapai 300 unit.

Korsel membeli 120 plus 80 dari Indonesia, maka tinggal 100 unit lagi harus terjual supaya balik modal. Korsel yakin jika 100 unit tersebut bisa laku terjual dalam waktu cepat apabila marketingnya Indonesia.

“Tahun ini, selain produk ekspor utama, uji terbang prototipe KF-21 yang dipilih KAI sebagai makanan masa depan dijadwalkan pada paruh kedua tahun ini.

Proyek pengembangan KF-21, pesawat tempur Korea generasi berikutnya, dimulai pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menggantikan pesawat tempur usang seperti F-4 dan F-5.

Sebanyak 8,1 triliun won akan diinvestasikan pada tahun 2028, dan Indonesia (Indonesia), yang berpartisipasi dalam pembangunan bersama, akan menanggung 20% ​​dari ini, atau 1,6 triliun won.

Tapi patut disayangkan ada kejadian menyesakkan bagi Indonesia saat pengembangan KF-21 Boramae. Pada 2018 lalu insinyur Indonesia malah tak diberi akses teknologi ke KF-21 Boramae. Hal ini jelas mengecewakan lantara pada perjanjian awal Indonesia pasti diberi seluruh akses teknologi KF-21 Boramae.

“Terus terang, delegasi Indonesia dilarang mengakses banyak bagian dari teknologi dan studi KF-X (KF-21 Boramae), terutama yang berkaitan dengan teknologi AS.

Mengingat Indonesia memberikan seperlima dari biaya pengembangan KF-X, masuk akal dalam beberapa hal bahwa para insinyur Indonesia merasa ragu tentang keunggulan teknis melalui program bersama ini (KF-21 Boramae). Memang benar insinyur AS yang dikirim ke markas KAI sensitif tentang kemungkinan kebocoran teknologi AS ke pekerja Indonesia,” ujar insinyur Korsel yang tak mau disebutkan namanya kepada Defense News.

Karena hal inilah Indonesia akhirnya sengaja menunggak pembayaran KF-21 Boramae sebanyak dua kali. Indonesia juga menarik mundur para insinyurnya dari Korsel sehingga terjadi kekhawatiran akan cabutnya Jakarta dari proyek KF-21 Boramae.

Korsel bingung melihat gelagat Indonesia ini. Maka mereka segera membujuk Indonesia agar tetap dalam proyek. Disinilah Indonesia kemudian mencari celah mengambil keuntungan kepada Korsel.

Karena ulah Korsel dahulu, Indonesia meminta kompensasi berupa pembayaran menggunakan komoditas ekspor dan Seoul harus mau menerimanya.

“Korea Selatan dan Indonesia mencapai kesepakatan pada hari Rabu tentang pembayaran yang harus dilakukan Indonesia untuk proyek jet tempur bersama mereka.

Sebanyak 32 pekerja Indonesia saat ini bekerja di sini bersama insinyur Korea, dan jumlahnya akan mencapai 100 pada Desember. Indonesia akan melakukan pembayaran selama lima tahun ke depan hingga 2026, dan tiga puluh persen dari itu akan menjadi transfer dalam bentuk barang,” lapor Korea Herald, Kamis 11 November 2021.

Padahal sebelum adanya kejadian ini, seorang anggota parlemen Korsel pada 2017 lalu memperingatkan bahwa Indonesia merupakan mitra penting. Jika Indonesia mundur dari proyek, KF-21 Boramae batal.

“Anggota parlemen Korea Selatan dan anggota Komite Pertahanan Majelis Nasional, Kim Jong-dae, mengatakan bahwa dengan hilangnya kontribusi Indonesia, seluruh proyek memiliki peluang nyata untuk dibatalkan,” lapor aerotime.aero.

Sementara itu media China sohu.com pada 27 Februari menjelaskan memang tidak setiap negara bisa mengembangkan jet tempur generasi 4.5 dan di atasnya. Bahkan media China tersebut mengatakan jika Korsel tak punya kepakaran membuat jet tempur siluman sekelas KF-21 Boramae.

“Proyek KF-X sekali lagi membuktikan satu hal: ada banyak negara yang membutuhkan pesawat tempur siluman, tetapi tidak setiap negara dapat melakukannya sendiri.

Mereka ingin menipu Indonesia agar membelanjakan uang ke pembelian KF-21 Boramae. Pada awalnya, orang Korea meremehkan sulitnya penelitian pesawat tempur siluman.

Namun, setelah beberapa tahun kerjasama, Indonesia menemukan bahwa Korea Selatan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan pesawat tempur siluman sama sekali,” ujar sohu.com.

Tapi media China tersebut pada 19 Oktober 2019 menyebut bila Korsel sendiri salah cari rekan pengembangan KF-21 Boramae.

“Sejak awal Korea Selatan menemukan pasangan yang salah,” jelasnya.

Karena kesalahan inilah yang membuat Korsel kesulitan mengembangkan KF-21 Boramae.

Harusnya Korsel mencari rekan yang sudah tahu seluk beluk pembuatan jet tempur.

“Alasan mengapa perkembangannya begitu lambat antara lain karena alasan teknis, karena teknologi sistem radar seperti radar susunan elektronik sumber dan avionik lainnya, Amerika Serikat menolak untuk mentransfernya ke Korea Selatan, sehingga Korea Selatan hanya bisa mandiri, yang tidak diragukan lagi memperlambat kemajuan pengembangan KF-X,” katanya.

Korsel salah memilih Indonesia dimana Jakarta dicap negara miskin dan tak terlalu bernafsu membuat KF-21 Boramae.

“Poin penting lainnya adalah bahwa mitra Korea Selatan, Indonesia adalah negara miskin.

Meskipun populasinya besar, keuangan negara selalu ketat, belum lagi menghabiskan banyak uang untuk mendukung pengembangan jet tempur baru Korea Selatan,” ungkap sohu.com.

Tapi tudingan media China itu kini mentah dimana Indonesia komitmen penuh agar terwujudnya KF-21 Boramae yang siap terbang pada Juli 2022.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *