Singapura, UAS dan Dai Akhir Zaman

UAS dan Dai Akhir Zaman
Dr Teuku Zulkhairi MA, Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Dr Teuku Zulkhairi MA, Sekjend Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD)

Hajinews.id – TINDAKAN Singapura menzalimi Ustaz Abdul Somad yang akrab disapa UAS praktis telah menjadi isu besar di tanah air.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebagaimana pengakuan UAS sendiri dan diberitakan oleh banyak media, UAS setiba di bandara Singapura dikurung dalam “sel” sempit oleh pihak imigrasi untuk kemudian dideportasi kembali ke tanah air.

Tindakan Singapura ini tentu lahir karena islamphobia akut yang menderanya.

Sebagai kaki tangan Israel di Asia Tenggara, mereka anti dengan ulama-ulama yang lurus dalam menyampaikan Islam.

Sebagai negara yang oleh banyak pengamat disebut sebagai kaki tangan Israel di Asia Tenggara, tindakan Singapura menzalimi UAS diyakini merupakan representasi dari kebijakan Israel.

UAS sebagai dai yang lurus dianggap sebagai ancaman bagi mereka yang memiliki rencana buruk terhadap umat Islam dan tatanan dunia yang beradab.

Buktinya, Singapura telah lama dikenal sebagai negara yang sangat prokoruptor.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Deputi Penindakan Karyoto sebagaimana dilansir detik.

com (6/4/2021) mengatakan, “Satu-satunya negara yang tidak menandatangani ekstradisi yang berkaitan dengan korupsi adalah Singapura.

Surganya koruptor yang paling dekat adalah Singapura,”.

Ungkapan KPK ini disebabkan karena realitas sulitnya pemberantasan korupsi di Indonesia karena posisi Singapura yang selalu melindungi koruptor-koruptor kelas kakap dari Indonesia.

Dapat disimpulkan, melalui koruptor- koruptor kelas kakap ini, Singapura telah berperan aktif dalam merusak Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia.

Sebagai negara yang prokoruptor, Singapura juga menjadi negara yang pernah merayakan hari jadi Israel secara besar-besaran.

Keduanya juga memiliki hubungan diplomatik.

Oleh sebab itu, tidak heran apabila hari ini kita mendengar Singapura mendeportasi UAS.

Mereka adalah pelindung koruptor yang berdiri di samping Israel sehingga tokoh-tokoh Islam yang kontra dengan sikap mereka itu akan dimusuhi.

Maka tidaklah heran jika Singapura melalui Duta Besarnya sebagaimana diberitakan.

com (24/5) juga menolak untuk meminta maaf atas tindakan kejinya ini.

Padahal, negara kita Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga telah mengirim nota diplomatik meminta alasan Singapura dalam kasus UAS ini.

Dai akhir zaman Setelah dideportasi Singapura yang merupakan sarang koruptor-koruptor kelas kakap, UAS disambut umat Islam Indonesia dengan gegap gempita.

Lautan manusia menghadiri Tabligh Akbar-nya di berbagai tempat di Madura, Jawa Timur.

Foto-foto yang dishare UAS di akun Facebook dan Instagramnya menunjukkan adanya lautan manusia yang mendengar tausiah UAS.

Diyakini, ke depan lautan manusia akan kembali memenuhi dimana pun tempat lainnya tempat dimana UAS akan memberi ceramah.

Padahal sebelumnya kita ketahu bahwa pamor UAS “sempat menurun”.

Inilah mungkin cara Allah menunjukkan kepada kita sang dai lurus di akhir zaman yang perlu selalu menjadi panutan umat.

Sebagai dai yang lurus, ia akan selalu dibenci kafirun dan orang-orang munafik.

Kita bisa melihat sendiri, bagaimana di negara kita juga terdapat segelintir orang yang justru membela Singapura dalam kasus ini.

Itu sebenarnya tidak aneh.

Alquran sejak di awal surah al-Baqarah sudah memberikan penjelasan bahwa akan selalu ada orang-orang yang mengaku Islam tapi lebih pro kepada orang kafir ketimbang kepada Islam atau umat Islam sendiri.

UAS memang bukan malaikat yang tidak punya salah, tapi sejauh ini ia adalah jelas dai yang lurus di akhir zaman yang masih istiqamah menjaga prinsip-prinsip wasathiyah (di tengah-tengah) Islam dalam ceramah-ceramahnya.

Paradigma Islam Wasathiyah yang disampaikan UAS mampu menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang organisasi dan pemahaman.

Itu sebab, Tabligh Akbar UAS di berbagai tempat di nusantara selalu dihadiri lautan manusia.

Lautan manusia yang menghadiri acara UAS ini menunjukkan bahwa umat Islam di Indonesia menyukai dai-dai yang lurus yang mampu mengedepankan sisi Wasathiyah Islam dalam ceramahnya.

Jika dianggap sebagai kesalahan, maka satu-satunya “kesalahan” UAS menurut saya adalah karena UAS tidak menjilat kepada kekuasaan.

UAS berdiri pada posisinya sebagai ulama yang konsisten mengatakan yang benar dan mengoreksi yang salah.

Posisi UAS seperti ini menempatkan ia sebagai sahabat bagi semua kalangan yang memperjuangkan kebaikan.

Kehadiran sosok-sosok ulama seperti ini sebenarnya dibutuhkan oleh semua pihak.

Oleh rakyat kehadirannya dibutuhkan supaya mereka selalu tercerahkah dan dapat berjalan di atas jalan yang lurus dalam kehidupan dunia ini.

Sementara bagi penguasa, kehadirannya dibutuhkan agar jalannya kekuasaan sang penguasa selalu ada yang mengontrol dan menasihati.

Jadi sosok seperti UAS ini tidak perlu dibenci oleh siapa pun yang berkuasa dan atau menjadi bagian dari kekuasaan.

Bahkan, sebenarnya penguasa itu nggak perlu kepada “penjilat” kekuasaan karena penjilat itu tidak bisa mengarahkan penguasa kepada kebenaran jika suatu saat penguasanya salah.

Mereka hanya mampu membenarkan meskipun salah.

Padahal kita tahu beratnya tanggung jawab seorang penguasa, baik di dunia dan apalagi di akhirat.

Misalnya kita sebagai penguasa, tentu kita ingin agar jika kita khilaf agar ada yang ingatkan supaya kita berhasil menjalankan tugas kepemimpinan.

Betul tidak? Jadi bayangkan jika posisi kita adalah penguasa, lalu bagaimana kita akan melihat para penjilat yang akan membenarkan apa pun kebijakan kita meskipun kita sedang berbuat salah.

Jika demikian, maka bukankah para penjilat itu hanya akan membawa kita menuju kegagalan dan kehancuran? Oleh sebab itu, sekali lagi, sosok UAS adalah berkah bagi bangsa kita.

Berkah bagi orang-orang yang mencintai kebaikan.

Dan Singapura sebagai negara pelindung para koruptor memang wajar menolak UAS.

Sebab mereka pro koruptor yang telah memiskinkan rakyat kita dan menghancurkan negara kita di semua sendinya.

Tindakan Singapura ini mencerminkan posisi UAS sebagai dai akhir zaman yang layak diikuti dan dijadikan panutan oleh umat Islam.

Ketika UAS dibenci oleh negara yang menjadi sarang koruptor dan sahabat Israel, bukan saat itu telah menunjukkan dengan jelas posisi UAS sebagai dai yang lurus di akhir zaman? Konon lagi, di akhir zaman seperti ini faktanya menunjukkan kian banyak “dai-dai” yang “memanipulasi ajaran Islam demi kepentingan duniawi.

Membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar sehingga umat dilanda kebingungan dahsyat.

Rasulullah Saw dalam hadis Riwayat Al Hakim memberitahu kita: “Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama su’ (buruk), mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.

Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu”.

Sementara itu, Rasulullah Saw memberitahu kita tentang ciri-ciri dai yang lurus yang dapat menjadi pedoman kita di akhir zaman.

Beliau bersabda dalam hadis riwayat al-Hakim: “Ulama adalah kepercayaan Rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia.

Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik terhadap dunia, maka mereka telah mengkhianati para Rasul, karena itu jauhilah mereka”.

Tentu bukan tugas kita untuk menuduh su’ kepada siapa pun.

Kita mesti fokus ke diri sendiri.

Namun dari hadis di atas, menunjukkan bahwa UAS setidaknya telah memiliki di antara ciri-ciri ulama atau dai yang lurus di akhir zaman.

Dan oleh sebab itu pantas diikuti.

Wallahu a’lam bishshawab.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *