Sisi Optimis Indonesia Menghadapi Masa Depan dengan Lebih Cepat dan Lebih Baik

Optimis Indonesia Menghadapi Masa Depan
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Selalu ada sisi pesimis dan optimis berhadapan dengan suatu tantangan. Catatan ini ingin di fokuskan pada sisi optimis, karena mengingat pembicaraan publik (public discourse) dari sisi pesimistis sudah sedemikian marak berlangsung.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tidak ada yang dapat memastikan apa yang akan terjadi hari esok, bahkan semenit, dua menit ke depan, tidak satu pun manusia yang dapat menyebutkan apa yang berbagai belahan dunia akan hadapi. Kenyataan demikian di sembunyikan Allah sebagai rahmat-Nya bagi manusia. Sebab, coba anda bayangkan jika apa yang akan terjadi telah pasti diketahui, tentu hal itu akan jadi malapetaka bagi manusia, mengingat sifat dan watak alami dari manusia itu.

Dengan “tertutup”-nya tabir akan masa depan, manusia lalu berlomba mempersiapkan diri menurut pemikiran dan kemampuannya masing-masing. Terjadi kompetisi dikalangan mereka, dan itulah yang mendorong munculnya kerjasama atau kolaborasi meraih sesuatu yang lebih baik.

Kolaborasi dalam kebajikan, dengan demikian adalah kunci sukses mengatasi segala tantangan, fastabiqul hairaat. Dan inilah sisi kekuatan Bangsa Indonesia menghadapi tantangan masa depan, Gotong Royong dalam kebaikan.

Sebab itu, segala aspek yang mendorong melemahnya “kolaborasi” menurunnya vitalitas dalam bergotong-royong hendaknya dijauhkan sejak dalam pemikiran. Pembelahan sosial, berdasarkan perbedaan cara pandang ideologi, suku, etnisitas, gender dan seterusnya harus dihentikan.

Dengan modal “kolaborasi” dalam kebaikan inilah Bangsa Indonesia optimis mengatasi masalah apapun yang dihadapinya.

Selanjutnya, “kolaborasi” dalam kebaikan ini, memerlukan seorang leaders (Pemimpin) yang akan memandu warga Bangsa Indonesia menghadapi tantangannya. Pemimpin yang diperlukan kehadirannya dengan demikian adalah yang dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan “kebaikan”, perbedaan-perbedaan energy positif, bukan sebaliknya mendorong perpecahan makin menguat. Sebab itu, segala jenis propaganda yang dihembuskan kekuatan-kekuatan asing untuk memecah belah bangsa Indonesia mesti diatasi secara bersama-sama. Propaganda seperti Islamophobia, arab (atau etnis lain) phobia, Barat Phobia, dan semua jenis phobia sudah saatnya tidak diangkat-angkat. Dan sebaliknya harus di redam bersama-sama. Karena berdampak buruk bagi “kegotong-royongan” kita sebagai Bangsa.

Sisi kedua setelah “gotong royong” atau “kolaborasi” yang mendorong optimisme kita sebagai Bangsa menghadapi masa depan bersama-sama adalah kenyataan akan sisi keunggulan akan geostrategis wilayah Negara Republik Indonesia. Sisi ini belum dimanfaatkan dengan baik selama ini dan semakin menunjukkan signifikansinya untuk dimaksimalkan sebagai kekuatan utama Indonesia. Pola hubungan internasional, nampaknya kembali akan menghadirkan dua blok kekuatan politik-ekonomi, mengakhiri hegemoni tunggal kapitalisme selama pasca perang dunia kedua. Kebangkitan blok sosialisme-komunisme di bawah kolaborasi Tiongkok-Rusia dan sekutunya, disatu sisi dan Amerika dan sekutunya di sisi yang lain. Hal itu menguatkan alasan bagi Indonesia untuk yakin bahwa sikap non-blok yang diwariskan oleh para pendiri Bangsa semakin relevan bagi kemajuan Bangsa Indonesia. Sikap politik “Non-Blok” itu harus terus dipegang teguh, karena sejatinya sikap “non-blok” itulah yang juga hadir menjiwai perumusan Pancasil, Dasar Negara kita. Sikap “non-blok” juga sejalan dengan letak geographis bangsa Indonesia, yang tidak mungkin dapat dipertahankan keutuhannya, jika aneka kepentingan internasional tidak diberi wadah oleh Bangsa Indonesia. Perekonomian Global, interaksi politik-ekonomi global sangat ditentukan oleh letak geographis Bangsa Indonesia. Sebab itu sikap politik “non-blok” jangan dipahami sebagai “anti” terhadap salah satu blok (Barat dan Timur) yang sedang bertikai. Sikap “non-blok” sebaliknya mesti dipahami sebagai kekuatan mendamaikan potensi pertikaian global, akibat terseret dalam pusaran konflik blok Sosialis-Komunis dengan Blok Kapitalis-Liberal. Indonesia mesti mengatasi kedua blok ekonomi politik dunia itu. Dan secara filosofi, secara konseptual, para pendiri Bangsa telah mewariskan Pancasila itu sebagai solusi mengatasi perubahan geo-politik global.

Setelah “kolaborasi” (gotong-royong) dalam semangat Pancasila, dilaksanakan dengan memahami posisi geo-politik, geostrategis kita sebagai Bangsa, juga masih memiliki keunggulan lainnya yang tidak kalah pentingnya, yakni bahwa Bangsa kita adalah bangsa yang “beriman”. Bangsa yang percaya adanya kekuatan diluar jangkauan kekuatan manusia yang senantiasa memberikan perlindungan, bimbingan dan rahmat-Nya bagi seluruh Bangsa Indonesia. Dan dari kekuatan iman inilah kita menemukan cinta dan kasih sayang antar sesama umat manusia. Kekuatan cinta inilah yang menjadi kata kunci kenapa Bangsa Indonesia mesti harus senantiasa optimis dalam menghadapi masa depannya. Karena cinta bangsa Indonesia itu anugerah dari Yang Tidak Terhigga. Anugerah dari Pemilik langit dan bumi serta segala isinya.

Salam kolaborasi, (gotong-royong) bagi segenap Bangsa Indonesia.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *