Silaturahim Lintas Primordial

Silaturahim Lintas Primordial
Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Imam Besar Masjid Istiqlal
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Imam Besar Masjid Istiqlal

Hajinews.id – SECARA semantik silaturahim berasal dari dua akar kata: shilah dan rahim. Shilah dalam bahasa Arab berasal dari kata washala-yashilu-washlan, wushulan, shilah, yang secara harfiah berarti sampai ke sebuah tempat atau tujuan, menyambung, menggabungkan, dan berkelanjutan. Adapun rahim berasal dari akar kata rahima-yarham-marhamah, yang secara literal berarti menaruh kasih, mencintai, menyayangi dengan sangat dalam.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dari akar kata ini muncul kata lain, misalnya rahmah (rahmat), al-Rahim (Maha Penyayang), dan al-Rahman (Maha Pengasih). Dari akar kata yang sama juga lahir kata rahim, yaitu organ reproduksi, baik yang berada di dalam perut perempuan (rahim mikrokosmos) maupun organ reproduksi alam raya (rahim makrokosmos), seperti perut bumi yang lazim disebut ibu pertiwi. Secara populer silaturahim sering diartikan menyambung tali cinta kasih.

Dari makna di atas dipahami bahwa silaturahim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial manusia seperti agama, ras, etnik, suku bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan sebagainya. Al-Qur’an menegaskan, ”Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam,” (QS al-Isra’/17:70).

Tuhan tidak menggunakan redaksi “Allah memuliakan orang-orang Islam” (wa laqad karramna al-muslimun). Ini artinya siapa pun sebagai anak cucu Adam wajib dihormati sebagai manusia. Al-Qur’an juga menggagas konsep ukhuwah imaniyah, persaudaraan orang-orang yang berkeimanan.

Al-Qur’an mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah saudaramu,” (QS al-Hujurat/49:10).

Tuhan tidak mengatakan, ‘’Sesungguhnya orang-orang Islam itu bersaudara (innamal muslimin ikhwah).” Ini artinya pengakuan terhadap orang-orang yang beriman. Soal keimanannya itu benar atau salah ialah persoalan lain dan itu lebih merupakan urusan Allah SWT. Al-Qur’an menegaskan, ‘’Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertak wa di antara kamu.” (QS al-Hu jurat/ 49:13)

Sehubungan dengan ini, menarik untuk dihayati kedalam an dan keluasan wawasan tokohtokoh NU yang pernah menggagas sinergi tiga konsep ukhuwah yang hidup di dalam wadah NKRI. Ketiganya ialah persauda raan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan keislaman (ukhuwah islamiyah).

Tidak boleh atas nama salah satu konsep ukhuwah digunakan untuk merusak tatanan ukhuwah yang sudah mapan. Allah SWT dengan tegas mengatakan, ‘’Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.’’ (QS Al-Mumtahinah/60: 7-8)

Nabi juga pernah menegaskan, “Barang siapa yang mendzalimi orang-orang yang menjalin perjanjian damai (mu’ahhad) atau melecehkan mereka atau membebaninya sesuatu di luar kesang gupannya, atau mengambil hartanya tanpa persetujuannya, maka saya akan menjadi lawannya nanti di hari kemudian” (HR Bukhari-Muslim).

Ada hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan Nabi memerintahkan untuk mensalat gaibkan sahabat Nabi, yaitu Raja Najasy ketika sampai kabar kematian kepadanya. Sahabat pun melakukan salat gaib dengan empat kali takbir di masjid dan mendoakannya (HR Bukhari No 3880-3881). Riwayat dari jalur Imam Muslim juga hampir sama redaksinya.

Jika terjadi silaturahim internal sesama makhluk mikrokosmos bisa terwujud, itu akan memudahkan terjalinnya ukhuwah komprehensif dengan makhluk makrokosmos. Silaturahim antara kedua kosmos ini diharapkan melahirkan kedamaian komprehensif dan abadi. Semoga lebaran kali ini membawa kabahagiaan dan kedamaian untuk kita semua.

Silaturahim jelas bukan hanya untuk sesama umat Islam melainkan lintas agama bahkan lintas primordial. Silaturahim dalam arti menjalin tali kasih dengan siapa pun sesama makhluk Tuhan.

Allah SWT mencontohkan berdialog dengan iblis dan memenuhi permintaannya untuk dipanjangkan hidupnya sepan jang hidup umat manusia (QS Shad/38:75-85). Ketika Rabi’ah Adawiyah ditanya apakah engkau membenci iblis? Ia menjawab, ‘’Cintaku sudah memenuhi semua ruang dalam tubuhku sehingga tidak ada lagi tempat untuk membenci kepada siapa pun.’’

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *